Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Pandyaduhita Gendhis Pambayun

Mengenal Interaksi Parasosial: Hubungan 'Halu' Fans dengan Idola

Gaya Hidup | 2024-06-12 18:57:15
Sumber gambar: https://x.com/XH_official

“Halu mati, ga halu mati, lebih baik halu sampai mati”. Mungkin kalimat tersebut sudah ramai digunakan di media online dewasa ini, mengingat konten yang disajikan pada dunia hiburan sungguh beragam, termasuk kehidupan dari selebriti. Hal ini tentu menyokong interaksi dari penggemar dengan idola menjadi lebih intens, di mana penggemar dapat melihat life update yang dibagikan oleh pihak selebriti sehingga menimbulkan perasaan kedekatan dan koneksi dengan sang artis. Koneksi tersebut memungkinkan penggemar memiliki hubungan interpersonal dengan selebriti, influencer, hingga karakter fiksional seperti tokoh anime. Interaksi ini biasa kita sebut dengan interaksi parasosial.

Interaksi parasosial merupakan interaksi satu arah oleh konsumen dan selebriti melalui saluran yang dimediasi. Interaksi ini kerap kali dikatakan sebagai khayalan satu arah yang dialami oleh fans dengan selebriti. Dikutip dari insider, biasanya interaksi parasosial memiliki beberapa ciri :

1. Merasa tertarik dengan kehidupan selebriti dan timbul keinginan membaca artikel yang berkaitan dengan selebriti tersebut ;

2. Mendukung hal-hal baik yang berkaitan dengan selebriti ;

3. Mengembangkan selebriti dan memiliki keinginan untuk mengembangkan hal-hal baik dari mereka ;

4. Membayangkan bertemu selebriti dan dapat berbincang dengan mereka ;

5. Merasa seolah-olah selebriti menemani penggemarnya ;

6. Menulis surat harian atau buku harian kepada selebriti ;

7. Jika penggemar tidak melihat berita tentang selebriti tersebut, penggemar merasa merindukan mereka.

Meskipun kerap dikaitkan dengan citra yang buruk, interaksi parasosial merupakan hal yang normal selama tidak berlebihan dan dapat membantu sebagian orang. Interaksi ini dapat membantu seseorang untuk menghilangkan kesepian karena interaksi ini memungkinkan penggemar merasa terkoneksi dan memiliki seseorang yang ‘menemani’. Interaksi parasosial juga memiliki risiko yang rendah di mana penggemar tidak perlu mengkhawatirkan selebriti karena selebriti tersebut tidak mungkin ‘memberi penolakan’.

Selain itu, interaksi ini dapat menginspirasi penggemar dengan menjadikan selebriti tersebut sebagai role model-nya. Hal tersebut dapat membantu penggemar untuk berkembang dan memiliki kepercayaan diri atas pencapaiannya. Penggemar biasanya dapat berinteraksi dengan pihak lain dalam fandom atau komunitas penggemar sehingga dapat memperluas relasi yang dimilikinya.

Namun, interaksi parasosial dikatakan sudah tidak ideal apabila penggemar mulai kehilangan kontrol diri serta memiliki harapan tidak realistis yang dapat mempengaruhi perilaku sehari-harinya. Hal ini dapat memicu seorang penggemar mengalami celebrity worship syndrome di mana terjadi ledakan euforia berlebihan pada diri penggemar seperti mulai ketergantungan, memiliki perilaku konsumtif, membanding-bandingkan hidupnya dengan selebriti, merasa ingin dekat dengan selebriti, hingga melakukan tindakan impulsif seperti menjadi seorang stalker.

Menurut Sanjaya dan Rahmasari (2023), seorang penggemar perlu melakukan pengendalian diri dengan langkah sebagai berikut :

1. Kontrol perilaku dengan membatasi perilaku konsumtif, prokrastinatif, serta fanatisme ;

2. Kontrol kognitif dengan mengolah informasi yang didapatkan sehingga tidak termakan hoax yang dapat memicu terjadinya fanwar ;

3. Kontrol keputusan dengan tetap mengutamakan kehidupannya dan mempertimbangan konsekuensi yang didapatkan dari segala keputusannya.

Referensi :

Hart, W. What are parasocial relationships? why an imaginary friendship with a celebrity can actually be healthy, according to experts, Business Insider. Available at: https://www.businessinsider.com/guides/health/mental-health/parasocial-relationship (Accessed: 12 June 2024).

Perbawani, P.S. and Nuralin, A.J. (2021) ‘Hubungan Parasosial dan Perilaku Loyalitas Fans dalam Fandom KPop di Indonesia’, Jurnal Lontar, 9(1), pp. 42–52.

Saifuddin, D.A. and Masykur, A.M. (2014b) ‘Interaksi Parasosial (Sebuah Studi Kualitatif Deskriptif pada Penggemar JKT48)’. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.

Sanjaya, R. and Rahmasari, D. (2023) ‘Kontrol Diri Kpopers yang Mengalami Celebrity Worship Syndrome’, Jurnal Penelitian Psikologi, 10(10), pp. 409–426.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image