Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Maviro Renayla Pasha

Drama Korea

Eduaksi | 2023-12-05 18:30:05
Bae Suzy memerankan karakter Lee Doona dalam Drama Korea "Doona!'

Di antara kalian yang lagi baca artikel ini ada ngga sih yang sudah nonton “Doona!”? Buat kalian yang belum tau, nih, “Doona!” merupakan salah satu drama korea terbaru dari Netflix yang diadaptasi dari Webtoon populer. Drama ini diperankan oleh Bae Suzy dan Yang Sejong. Bae suzy memerankan karakter Lee Doona seorang mantan idol K-Pop dan Yang Sejong berperan sebagai Won Jun yang merupakan seorang mahasiswa. Drama ini mengisahkan seorang mantan idol K-Pop yang dulunya masuk ke dalam grup Dream Sweet. Dalam grup itu, posisi Doona sebagai center of the group, yang mana ia akan selalu memiliki posisi di tengah. Ditambah dengan parasnya yang cantik dibandingkan member lainnya. Namun, karena dirinya yang begitu menonjol di dalam grup, teman satu grupnya pun merasa iri dengannya karena Doona terus-terusan mengambil spotlight yang seharusnya didapatkan oleh mereka semua secara rata. Setelah suatu kejadian, Doona pun memutuskan untuk hiatus dari dunia idol. Selama masa hiatusnya inilah, ia menunjukkan bagaimana karakter asli dari Lee Doona yang tidak dilihat oleh para penggemarnya selama ia menjadi idol.

Penggemarnya mengenal Doona sebagai seorang idol cantik yang memiliki karakter baik dan paras yang sempurna bak Aphrodite. Sedangkan, karakter asli dari Doona ialah seorang perempuan yang berjiwa bebas dengan latar belakang keluarga kurang baik. Ibunya suka mengekang dan ia yang tidak lagi merasakan kehadiran ayahnya dikarenakan sang ayah yang pergi meninggalkan ia dan ibunya sejak lama. Hal ini membuat Doona memiliki masalah kepercayaan kepada orang lain. Ia menjadi perempuan yang kasar dan suka berpikiran buruk terhadap orang lain. Selain itu, ia juga memiliki kebiasaan merokok dan pergi ke klub malam untuk menghabiskan waktunya.

Nah, drama korea berjudul “Doona!” ini tidak hanya sekedar drama, loh! Drama ini kurang lebih merepresentasikan kehidupan idol-idol K-Pop yang selama ini tidak kita ketahui di belakang kamera. Kita biasa melihat idol K-Pop sebagai sosok yang imut, lucu, humble, sopan, friendly dan rendah hati kepada banyak orang, terlihat seperti tidak ada celah untuk mereka menunjukan sisi negatifnya ketika di depan kamera. Namun, kita tidak tahu bagaimana karakter mereka aslinya ketika kamera-kamera itu dimatikan. Kita tidak tahu bahwa orang kita idolakan bisa saja adalah seorang pembully, atau orang yang memiliki kepribadian buruk lainnya. Selama ini juga banyak pemberitaan atau skandal mengenai sikap-sikap idol K-Pop yang berlawanan dengan karakter mereka saat di depan kamera. Hal itu tentu membuat tidak sedikit penggemar dari idol itu kecewa, tidak bisa menerima kalau ternyata seseorang yang mereka idolakan tidak sesuai dengan ekspektasi mereka selama ini. Jadi, apakah karakter idol K-Pop yang selama ini kalian lihat itu asli atau hanyalah buatan agensi semata? Mari Kita bahas melalui pandangan sosiologi komunikasi

Fenomena ini berkaitan dengan teori sosiologi bernama teori dramaturgi yang dimiliki Erving Goffman. Teori ini berada di dalam bukunya yang berjudul “Presentation of Self in Everyday Life”, yang terbit pada tahun 1959, yaitu seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan. Pada teori Dramaturgi, terdapat “Front stage” (panggung depan) dan “Backstage” (panggung belakang).

Teori dramaturgi oleh Erving Goffman memberikan pandangan bahwa ketika manusia berinteraksi, manusia itu ingin mengelola pesan yang diharapkan tumbuh pada orang lain. Manusia sebagai aktor yang sedang memainkan peran. Dalam drama aksi dipandang sebagai perform, penggunaan simbol-simbol untuk menghadirkan sebuah cerita. Teori dramaturgi tidak lepas dari pengaruh Cooley tentang the looking glass self, yang terdiri tiga komponen; Pertama: kita mengembangkan bagaimana kita tampil bagai orang lain. Kedua: kita membayangkan bagaimana penilaian mereka atas penampilan kita. Ketiga : kita mengembangkan perasaan diri, seperti malu, bangga, sebagai akibat mengembangkan penilaian orang lain. Melalui imajinasi kitalah kita mempersepsikannya. Peran adalah suatu ekspektasi yang didefinisikan secara sosial yang dimainkan seseorang. Menurut Goffman orang yang berinteraksi adalah orang yang ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain, yang disebut sebagai pengelolaan pesan.

Nah dari sedikit pemaparan teori di atas, ada keterkaitan dengan kehidupan para idol K-Pop. Contohnya adalah karakter dalam drama “Doona!” ini, yang mana ketika ia tampil di atas panggung, ia merupakan sosok yang sempurna dan diidam-idamkan oleh banyak orang, sedangkan di belakang kamera ia memiliki karakter yang berbanding terbalik. Doona seakan memainkan peran di atas panggung dalam teater yang ia buat agar pengemarnya dapat mengikuti alur cerita dan mendapatkan pesan sesuai yang ia inginkan. Namun, sedikit fun-fact saja, beberapa penggemar idol K-Pop tidak lagi merasa asing dengan fakta ini. Beberapa penggemar telah mengetahui karakter asli dari idol yang mereka sukai, dan mereka tetap menerimanya. Biasanya mereka mengetahui ini melalui sasaeng atau memang tersebar foto atau video yang membuktikan hal tersebut. Menurut kalian mengapa hal ini bisa terjadi? Hal itu dikarenakan idol-idol ini dapat membawakan karakter yang mereka buat dengan sangat baik, sehingga para penggemarnya tidak terlalu memperdulikan sisi lainnya. Mereka memiliki pemikiran bahwa selagi orang yang mereka idolakan ini dapat membawakan karakter yang mereka inginkan dan memuaskan keinginan mereka, kenyataan lainnya bukanlah suatu masalah. Ditambah dengan para penggemar yang juga sudah mengeluarkan banyak uang untuk memenuhi keinginan yang melibatkan idolanya ini. Sehingga, tidak sedikit penggemar yang beranggapan bahwa mereka juga memiliki hak atas kehidupan idolanya sendiri, dan idolanya pun mau tidak mau harus mengikuti keinginan dari para penggemarnya karena hal tersebut.

Selain itu, Goffman juga menjelaskan konsep dramaturgi ialah individu yang berlomba-lomba untuk menampilkan dirinya sebaik mungkin. Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Upaya ini disebut sebagai pengelolaan kesan (Impression Management), yaitu teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Idol korea juga memainkan peran untuk mencapai tujuannya, yaitu disukai orang banyak dan mendapatkan uang. Mereka rela menjadi apa yang penggemarnya inginkan demi mencapai hal tersebut, sangat sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh Erving Goffman.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image