Jejak Kesehatan Masyarakat dalam Peradaban
Lainnnya | 2024-06-11 23:13:14Perkembangan kesehatan masyarakat di dunia terdiri atas dua fase penting yaitu fase sebelum dan setelah mengenal ilmu pengetahuan. Fase ilmu pengetahuan meliputi zaman Romawi, Yunani, dan abad pertengahan, sedangkan fase setelah ilmu setelah ilmu pengetahuan dimulai pada abad ke-18 sampai saat ini. Pada zaman Romawi dan Yunani Kuno, telah ditemukan sejumlah dokumen tertulis yang mengindikasikan bahwa terdapat upaya penanggulangan penyakit, pengaturan air minum, dan pembuatan sumur karena air sungai sudah tercemar sehingga tidak layak diminum. Dokumen-dokumen tersebut juga menjelaskan bahwa pada abad ke-7 beberapa penyakit menular mulai menyerang manusia dari berbagai negara seperti tifus, kolera di India, pes di Cina, dan lain-lain. Beberapa negara mulai mengadakan sebuah upaya untuk menanggulangi penyakit menular tersebut dengan cara perbaikan sanitasi lingkungan, kebersihan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan penggunaan ventilasi agar bisa terjadi pergantian udara.
Fase setelah mengenal ilmu pengetahuan dimulai pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 setelah terjadi kebangkitan ilmu pengetahuan, salah satunya di bidang kesehatan. Masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan penyakit mulai ditinjau tidak hanyak dari faktor biologis, tapi juga fenomena sosial yang kompleks sehingga pendekatannya tidak terfokus pada satu sektor. Tokoh-tokoh yang terkenal di abad ini adalah John Snow yang dijuluki Bapak Epidemiologi dan berkontribusi dalam menemukan penyebab penyakit kolera, Louis Pasteur yang berjasa dalam penemuan vaksin pencegah cacar, dan Robert Koch yang menemukan kuman tuberkulosis.
Momen bersejarah kesehatan masyarakat tertuang dalam Deklarasi Alma Ata yang terjadi pada tanggal 6-12 September 1978 di Alma Ata, sebuah konferensi bersaman antara WHO dan UNICEF yang dihadiri oleh 140 negara untuk mencapai kesepakatan tentang Primary Health Care agar bisa mencapai Health for All By The Year 2000. Kesepakatan tersebut bertujuan untuk mencapai kesehatan untuk semua kalangan (Kesuma, 2000) yang dilaksanakan dengan memperhatikan dan melaksanakan pelayanan kesehatan primer (primary health care). Indonesia merupakan salah satu negara yang terlibat dalam kesepakatan ini.
Kiprah kesehatan masyarakat tidak hanya dapat dilihat di luar negeri, Indonesia juga mulai mengenal adanya kesehatan masyarakat setelah penjajahan oleh Belanda berlangsung pada abad ke-16. Beberapa sumber mengatakan bahwa pernah diadakan pemberantasan malaria, cacar, dan kolera sangat gencar dilaksanakan untuk mengatasi ketakutan masyarakat. Tahun 1807, praktik pelatihan dukun bayi tersebar di Hindia-Belanda sebagai pertolongan pertama persalainan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi. Wabah pes dan lepra memasuki Indonesia pada tahun 1922, disusul dengan wabah kolera pada 1927, dan wabah cacar pada 1948. Pemberantasan wabah dilakukan dengan cara vaksinasi massal, penyuluhan kesehatan, dan penyemprotan massal.
Setelah masa kemerdekaan, Dr. Y. Leimena dan Dr. Patah mengenalkan sebuah konsep yang disebut Bandung Plan pada tahun 1951 dan menjadi salah satu tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia, selanjutnya dikenal dengan istilah Patah-Leimena. Bandung Plan berisi tentang bagaimana suatu pelayanan kesehatan masyarakat dengan aspek kuratif, dan aspek preventif tidak boleh dipisahkan baik di rumah sakit maupun di Puskesmas. Tahun 1956, Dr. Sulianti Saroso merintis Proyek Bekasi sebagai proyek imitasi sekaligus tempat pelatihan pelayanan kesehatan terpadu. Tahun 1967, telah diadakan seminar untuk merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sehingga terwujudlah konsep Puskesmas yang disusun oleh Dr. Ahmad Dipodilogo. Tahun 1968, Puskesmas disetujui sebagai sistem pelayan terpadu yang dikembangkan menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Perintis berdirinya puskesmas adalah balai kesehatan ibu dan anak serta balai pengobatan yang menyatu setelah pembangunan kesehatan nasional. Kemudian, pada tahun 1984, tanggung jawab Puskesmas semakin besar sehingga mengalami peningkatan dengan berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana atau Posyandu. Awalnya, Puskesmas hanya menyelenggarakan lima pelayanan dasar tapi hinga kini sudah berkembang menjadi 21 pelayanan.
KATA KUNCI: Perkembangan, Puskesmas, Sanitasi, Wabah
DAFTAR PUSTAKA
Siyoto, Sandu., Retnaningtyas, E. 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan.
Ryadi, Alexander L. S. 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.