Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Putri Ajeng Aprisa Simorangkir

Peternak Bingung Sapi Stres atau Birahi? Yuk Simak Perbedaannya!

Eduaksi | 2024-06-11 09:17:43

Siapa sih yang tidak kenal dengan sapi? Sapi atau yang di kenal dengan hewan anggota famili Bovidae ini adalah hewan yang umum ditemukan di peternakan. Mereka dibiakkan karena di kenal sebagai hewan yang memiliki berbagai kegunaan untuk dimanfaatkan, yakni dari susu dan dagingnya sebagai sumber makanan dan bahan baku industri.

Sama hal nya dengan manusia, sapi ternyata juga bisa merasakan stres loh. Stress pada sapi merupakan kondisi umum pada sapi yang menyebabkan perubahan fisik dan perilaku sebagai respons terhadap berbagai faktor, antara lain suhu udara panas, kurang tidur, penanganan yang buruk oleh manusia, dan lingkungan yang tidak menyenangkan. Stres pada sapi ini dapat berpengaruh pada hasil produksi sapi termasuk berkurangnya produksi susu dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pemberian pakan yang tidak memadai, suhu panas, dan lingkungan yang tidak mendukung. Sapi yang stres dapat menunjukkan perilaku yang tidak normal, seperti melompat dan berteriak. Namun beberapa dari peternak, tidak dapat membedakan sapi dalam keadaan stres atau dalam keadaan birahi.

Sapi berahi sendiri atau yang biasa disebut estrus adalah suatu keadaan dimana sapi sedang birahi yang menandakan bahwa sapi tersebut sudah siap kawin dengan pejantan. Siklus estrus seekor sapi berlangsung kurang lebih 19 hingga 21 hari, tergantung kondisi sapi itu sendiri dan rasnya. Sapi yang sedang berahi menunjukkan beberapa ciri fisik dan perilaku yang khas seperti gelisah dan sering berteriak atau menjerit atau mungkin mengeluarkan suara lebih keras dari biasanya. Sapi juga akan menjadi lebih aktif dan tidak mau diam.

Pada umumnya kedua kondisi ini sangat lah berbeda. Sapi stres tidak selalu berasal dari faktor eksternal sapi, namun tidak menutup kemungkinan dari internal sapi itu sendiri. Tidak jarang dari sapi yang stres, setelah di periksa di temukan penyakit dan cedera, yang membutuhkan perawatan kesehatan dan makanan yang cukup. Stress pada sapi ini juga bisa terjadi karena suhu ruangan tempat sapi itu berada, dimana perubahan cuaca akan sangat berpengaruh pada perilaku sapi. Sapi yang merasa kepanasan akan lebih berisik di banding sapi di cuaca dingin yang mungkin akan lebih sedikit bergerak dan berinteraksi dengan lingkungan nya. Di bandingkan dengan sapi yang birahi, memang kondisi ini cukup sama. Dimana kondisi sapi akan lebih ganas dan suka berteriak. Pada umum nya, sapi yang birahi akan banyak bergerak dimana sapi betina cenderung lebih aktif, tidak mau diam, suka menaiki, dan dinaiki oleh sesamanya.

Perubahan Vulva pada sapi betina juga dapat di jadikan acuan bahwa sapi tersebut birahi. Vulva akan terlihat bengkak, berwarna merah, dan terasa hangat ketika diraba. Hal ini menandakan bahwa sapi sedang dalam fase pra-berahi, yang berlangsung antara 6-10 jam. Setelah itu, Sapi betina mengeluarkan lendir dari vulvanya. Ini merupakan tanda bahwa sapi sedang dalam berahi, yang berlangsung selama 2-30 jam, rata rata 15 jam. Lendir pada sapi akan nampak bening menggantung dari dalam vulva atau vagina, atau lendirnya sudah membekas (kering) di sekitar pantat, kaki, atau ekor sapi.Hal ini biasanya membuat nafsu makan sapi betina atau induk menurun. Hormon seperti prostaglandin F2 (PGF2) uterus juga mempengaruhi siklus birahi sapi. Sekresi dini PGF2 uterus dapat menimbulkan efek yang maksimal dan mempengaruhi infertilitas postpartum pada sapi.

Setelah mengetahui ciri ciri dari sapi tersebut, maka akan mudah bagi peternak untuk mengetahui kondisi sapi. Peternak harus rajin dan teliti melihat kondisi sapi untuk memantau kesehatan dan reproduksi sapi. Kondisi sapi yang sakit, birahi, atau stres dapat berpengaruh pada hasil susu dan kualitas daging. Peternak harus sering mengamati organ sapi seperti mata, hidung, mulut, saluran kencing, anus, dan kaki untuk mendeteksi apakah sapi mengalami masalah kesehatan. Kondisi tidak normal yang dapat terjadi pada organ sapi adalah mata memerah, mulut mengeluarkan banyak lendir, hidung mengeluarkan ingus, kelamin sulit mengeluarkan urine, kotoran yang keluar dari anus tidak normal, serta di kaki terdapat bengkak ada luka.

Tidak lupa peternak harus waspada terhadap tingkah laku sapi yang tidak normal, seperti sapi gelisah dan terus bergerak, sapi sering menggosok-gosokkan bagian tubuhnya, sapi terlihat berbaring terus dan tidak mau berdiri, sapi kehilangan nafsu makan secara terus-menerus dan banyak minum, serta sapi terlihat batuk dan napasnya terdengar berat. Peternak dapat mengecek kesehatan sapi dengan menepuk tubuh sapi di bagian rongga perut. Jika sapi sedang mengalami kelainan, akan terasa ada bunyi atau tekanan yang tidak normal. Selain itu, peternak juga dapat melihat kondisi bentuk perut. Apabila perut bagian kiri terlihat membuncit, dipastikan sapi sedang mengalami kondisi kembung. Kondisi kembung tersebut harus segera ditangani lebih lanjut. Peternak harus dapat mengidentifikasi tanda-tanda birahi pada sapi, seperti sapi betina diam/tidak bergerak saat dinaiki oleh sapi lain, sapi gelisah dan terlihat menjilati dan mengendus bagian belakang sapi lain, serta sapi mengeluarkan lendir dari vulva yang berupa mucus transparant yang sangat elastis sehingga terlihat menggantung pada vulva serta mengatasi stres pada sapi dengan cara menghindari ketidaknyamanan fisik, mengatur transportasi, mengatasi penyakit dan cedera, serta menggunakan premiks yang sesuai. Dengan demikian, sapi dapat dihindarkan dari stres yang berpotensi membuat mereka melompat dan berisik.

Dengan memantau kondisi sapi secara teliti dan rajin, peternak dapat membedakan sapi stres atau birahi dan meningkatkan kesehatan dan reproduksi sapi, serta mengoptimalkan hasil susu dan kualitas daging.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image