Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Afni Ega Wahdani

Gerakan Boikot Produk Israel: Upaya Global Mendukung Rakyat Palestina

Update | Monday, 10 Jun 2024, 18:26 WIB
https://pin.it/6se2QWaUb

Salah satu peristiwa yang saat ini menjadi perhatian luas di seluruh dunia adalah pembantaian yang terjadi di Rafah. Serangan militer Israel yang menggempur camp pengungsian warga Gaza di Rafah telah memicu gelombang kemarahan dan kecaman dari berbagai dunia. Dukungan dan bantuan terhadap perjuangan rakyat Palestina melawan agresi militer Israel terus mengalir dari Indonesia. Selain mengirimkan bantuan, dukungan juga ditunjukkan melalui aksi boikot terhadap semua produk yang terkait dengan Israel. Gerakan ini memboikot produk-produk dari berbagai merek yang mendukung atau terafiliasi dengan Israel, termasuk makanan cepat saji, fashion, makanan dan minuman, serta kosmetik dan perawatan pribadi.

Selain itu, kampanye boikot produk-produk yang terafiliasi dengan Israel sebagai bentuk dukungan kepada perjuangan rakyat Palestina melawan penjajahan Israel kini juga telah merambah ke aplikasi digital. Belum lama ini, sebuah aplikasi inovatif “No Thanks” telah diluncurkan untuk membantu konsumen yang ingin memboikot produk-produk yang memiliki keterkaitan dengan Israel. Fitur utama dari aplikasi “No Thanks” adalah mampu untuk memindai barcode atau memasukkan nama produk secara manual untuk di identifikasi apakah produk tersebut memiliki keterkaitan dengan Israel. Jika produk tersebut terkait dengan Israel, aplikasi ini akan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang memproduksi produk tersebut dan menjelaskan bagaimana perusahaan tersebut terhubung dengan Israel.

Menurut keterangan dari aplikasi itu sendiri, “No Thanks” dikembangkan oleh Ahmed Bashbash. Ia mendapat ide untuk membantu gerakan boikot dengan membuat aplikasi yang membantu masyarakat mengetahui produk mana yang ada dalam daftar boikot. Ia membuat aplikasi ini karena telah kehilangan saudara perempuannya pada tahun 2020 karena tidak mendapatkan bantuan kesehatan. Kemudian ia kembali kehilangan saudara laki-lakinya karena mendapatkan serangan udara dari pihak Israel. Tujuan ia mengembangkan aplikasi ini adalah untuk mencoba mencegah apa yang menimpa pada keluarga palestina lainnya. Ia menjadikan aplikasi “No Thanks” sepenuhnya gratis. Penghasilan apapun yang ia dapatkan dari aplikasi ini akan dikirimkan ke organisasi Palestina.

Peluncuran aplikasi “No Thanks” telah disambut dengan antusias oleh para aktivis pro-Palestina, yang melihatnya sebagai alat penting untuk meningkatkan kesadaran mengenai pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel dan mendorong boikot produk Israel. Aplikasi “No Thanks” adalah contoh bagaimana teknologi dapat digunakan untuk memberdayakan konsumen dan mendorong perubahan sosial. Aplikasi ini memberikan konsumen informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan pembelian yang lebih sadar, serta membantu mereka mengambil tindakan terhadap perusahaan yang mereka anggap tidak etis.

Namun, dampak dari gerakan boikot produk Israel baru akan terasa dalam waktu lebih dari satu tahun atau lebih setelah kita sepenuhnya berhenti atau mengurangi penggunaan produk-produk tersebut. Boikot jangka pendek, seperti satu hingga tiga bulan saja tidak akan cukup untuk menggoyahkan mereka, karena perusahaan-perusahaan tersebut memiliki tim pengelola keuangan yang handal dan dana darurat. Oleh karena itu, perusahaan yang terindikasi mendukung Israel tidak langsung membuat saham yang dimiliki oleh perusahaan tersebut mengalami penurunan. Penurunan saham dalam beberapa hari tidak bisa dikatakan sebagai keberhasilan boikot kita. Efek dari boikot produk Israel jika dilakukan secara massal dan berkelanjutan, baru akan terlihat dalam satu hingga dua tahun, dan mungkin bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan-perusahaan tersebut. Meskipun produk yang terafiliasi dengan Israel ada yang diproduksi di Indonesia, saham perusahaannya tetap dimiliki oleh Israel. Perusahaan-perusahaan ini secara terbuka atau tersirat mendukung aksi kejahatan Israel di Palestina.

Gerakan boikot produk Israel juga memicu perubahan kebiasaan konsumen Indonesia yang kini lebih memilih untuk mengonsumsi produk lokal. Menghindari produk-produk Israel dapat menjadi langkah awal untuk lebih mendukung dan mengonsumsi produk-produk lokal yang mendukung hak asasi manusia dan perdamaian. Dengan demikian, kita tidak hanya mengurangi dukungan terhadap Israel tetapi juga memperkuat ekonomi lokal. Hal ini berpotensi membuka lapangan pekerjaan baru di dalam negeri. Dengan memboikot produk Israel, kita tidak hanya mendukung Palestina tetapi juga memberikan dampak positif bagi perusahaan lokal, mengangkat produk-produk lokal Indonesia yang pro-Palestina.

Jika kita merasa tidak mampu untuk memberikan bantuan langsung kepada Palestina, setidaknya kita dapat mengambil langkah dengan tidak mendukung Israel secara tidak langsung. Salah satu cara efektif untuk melakukannya adalah dengan menjauhi dan tidak membeli segala produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan Israel. Jika kita merasa tidak dapat berjuang dengan tenaga atau berkontribusi dengan harta, kita masih bisa melakukan perjuangan melalui pilihan konsumsi kita. Menunjukkan kesabaran dan komitmen untuk berhenti membeli dan menggunakan produk Israel merupakan tindakan nyata yang bisa dilakukan oleh setiap individu. Dengan begitu, kita tidak memberikan dukungan ekonomi kepada pihak yang terlibat dalam penjajahan dan penindasan terhadap rakyat Palestina. Setidaknya kita bisa menunjukkan solidaritas kita dengan rakyat Palestina melalui keputusan konsumsi kita. Dengan demikian, kita berperan dalam sebuah gerakan global yang mendukung keadilan dan kemanusiaan, serta menolak segala bentuk penindasan dan ketidakadilan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image