Menelisik 4 Tradisi di Trenggalek yang Masih Eksis di Era Modern
Lainnnya | 2024-06-08 07:16:35Kabupaten Trenggalek merupakan sebuah kabupaten kecil di Provinsi Jawa Timur, Indonesia yang terletak di bagian selatan Jawa Timur. Kabupaten Trenggalek terbagi menjadi 14 kecamatan dan 157 desa. Trenggalek memiliki berbagai ragam tradisi yang masih terjaga kelestariannya. Berikut 4 tradisi yang masih eksis di era modern.
1. Nyadran
Upacara Nyadran adalah tradisi pelemparan kepala kerbau di Dam Bagong Ngantru, kabupaten Trenggalek. Tradisi Nyadran dilakukan untuk mengenang Adipati Menak Sopal yang berperan penting terhadap pembangunan Dam Bagong. Upacara Nyadran dilakukan setiap Jumat Kliwon bulan Selo. Upacaranya diawali dengan kirab kerbau di hari Kamisnya dari makam Mbok Rondo Krandon ke makam Adipati Menak Sopal, di hari Jumat nya acara dilanjutkan dengan tahlilan di makam Adipati Menak Sopal, setelah itu dilakukan ziarah makam yang diikuti oleh masyarakat sekitar dan di halaman sekitar makam disajikan tarian jaranan yang diiringi musik gamelan. Pada puncak acara, dilakukan penyembelihan kerbau dan pelemparan tumbal kepala kerbau. Kononnya, warga Trenggalek percaya jika tidak dilakukan Upacara Nyadran maka Trenggalek akan mengalami bencana banjir bandang.
2. Tiban
Tiban adalah sebuah tradisi sebagai bentuk permohonan masyarakat Trenggalek untuk menurunkan hujan. Jika terjadi musim kemarau yang panjang, biasanya warga Trenggalek melakukan tradisi ini. Tradisi tiban memiliki makna yang sangat penting yaitu, manusia harus berusaha menjaga kesejahteraan hidupnya dan memelihara alam supaya terjaga keseimbangan kehidupan. Yang unik dari tradisi tiban adalah cara melakukan ritual tersebut, ritual ini dilakukan dengan cara perang cambik menggunakan lidi aren.
3. Larung Sembonyo
Larung Sembonyo merupakan salah satu tradisi di Trenggalek, tepatnya di Prigi, Watulimo, kabupaten Trenggalek. Tradisi ini dilakukan untuk mengungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang diberikan pada satu tahun terakhir yang berupa hasil tangkapan ikan yang melimpah. Tradisi Larung Sembonyo diawali dengan kirab tumpeng agung dan aneka hasil bumi dari kantor kecamatan Watulimo menuju PPN Prigi, sesampainya di PPN Prigi dilakukan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh adat setempat serta dilakukannya kegiatan seremonial. Diujung acara, pada saat tengah hari, tumpeng agung bersama hasil bumi dilarungkan ke tengah laut. Puluhan kapal nelayan juga turut mengantarkan pelepasan tumpeng serta hasil bumi tersebut.
4. Ngitung Batih
Ngitung Batih adalah tradisi yang berasal dari Dongko, kabupaten Trenggalek. Setiap tahun tradisi Ngitung Batih dilaksanakan pada tahun baru Islam atau pada tanggal 1 Muharram. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap anggota keluarga serta untuk terhindar dari marabahaya. Tradisi ini diawali oleh kirab dayang-dayang yang membawa takir plontang (makanan yang disajikan di dalam mangkuk daun) serta tumpeng dari jalan raya Dongko menuju pendapa kecamatan Dongko. Dayang-dayang ini merupakan perwujudan keluarga yang hadir. Setelah sampai di pendapa kecamatan Dongko, diteruskan dengan murwakala atau doa bersama supaya dijauhkan dari marabahaya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.