Malioboro Sidoarjo
Wisata | 2024-06-06 17:00:26Setiap kota di Indonesia biasanya memiliki tempat menarik untuk dikunjungi, baik untuk memenuhi kebutuhan maupun sekadar mengisi waktu bersama keluarga. Misalnya, di Yogyakarta, salah satu ikon kota ini adalah Malioboro, yang selalu ramai baik siang maupun malam. Di sana, terdapat banyak pedagang kaki lima (PKL) yang menjual oleh-oleh khas Jogja yang menarik.
Jika di Yogyakarta ada Malioboro, maka di Sidoarjo, Jawa Timur, ada Gading Fajar 2. Ketika kalian datang ke Gading Fajar 2, baik siang maupun malam, tempat ini akan selalu terasa ramai seperti halnya Malioboro di Yogyakarta. Karena itu, banyak orang menyebutnya 'Malioboro Sidoarjo'. Malioboro Sidoarjo terletak di Perumahan Gading Fajar 2, Desa Sepande, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Tempat ini merupakan suatu perumahan yang di depannya terdapat banyak pedagang kaki lima. Mereka berjualan berbagai barang seperti baju, alat masak, makanan berat, jajanan ringan, minuman, dan masih banyak lagi. Para pedagang kaki lima ini berjajar sepanjang Jalan Raya Gading Fajar 2 hingga Taman Pinang. Walaupun tidak seindah dan selengkap Malioboro, tetapi jika anda mencari makanan enak, disinilah surganya. Mulai dari pecel, sate, soto, bakso, bahkan restauran juga ada.
Apalagi jika kalian berkunjung pada hari Minggu, sudah seperti lautan manusia, macet sekali. Ada orang-orang yang berkunjung hanya sekedar mencari sarapan, ada juga yang berolahraga, bahkan ada juga orang yang rela datang jauh-jauh demi mencari penghasilan disini. Tidak jarang aku juga sering mencari kebutuhan ku disini, hampir setiap hari Minggu aku selalu menyempatkan waktu untuk sekedar membeli jajanan seperti es pisang ijo, tahu walik, rujak jambu kristal, dan lain-lain.
Setiap hari Minggu, kalian juga bisa menyewa delman untuk sekedar berkeliling sekitaran Gading Fajar 2 hingga Taman Pinang dengan tarif yang cukup terjangkau, apalagi delman dihias dengan dekorasi yang lucu, dijamin bakal betah keliling.
Di Gading Fajar 2, juga terdapat air mancur yang biasa disebut “bundaran” oleh warga sekitar karena bentuknya yang melingkar atau membundar. Di bundaran tersebut, terdapat maskot atau ikon dari kota Sidoarjo, yaitu udang bandeng. Udang dan bandeng dari maskot kota Sidoarjo ini membentuk huruf S dan mewakili sektor perikanan yang semakin berkembang disini.
Bergeser sedikit ke Taman Pinang yang tidak kalah menarik. Sama halnya dengan Gading Fajar 2, di Taman Pinang ini juga banyak pedagang kaki lima yang berjualan setiap hari minggu, mulai dari makanan berat, hingga baju dan sepatu. Di Taman Pinang ini, lebih banyak pedagang yang berjualan baju, sandal, dan sepatu daripada makanan. Mulai dari gamis, baju anak-anak, hijab, sandal hari raya, sneakers. Di Taman Pinang, terdapat banyak baragn premium, bahkan ada sepatu second dari brand-brand ternama.
Pada malam hari, di Taman Pinang ini ada angkringan yang tidak pernah sepi pengunjung sekalipun weekday, mereka menjual banyak sekali makanan seperti angkringan pada umumnya, seperti sate-satean, nasi kucing, dan es. Salah satu angkringan favoritku disini itu angkringan “Ireng Pothe”, apalagi nasi kucing teri-nya.
Namun, keberadaan Malioboro Sidoarjo merupakan dilematis. Di satu sisi, keberadaan tempat ini sangat menguntungkan karena ratusan keluarga menggantungkan hidup, mengais rejeki di Malioboro Sidoarjo sehingga mampu meningkatkan ekonomi masyarakat khususnya para pedagang yang berjualan di wilayah itu. Sayangnya, dibalik keunikan dan keragaman ini Gading Fajar 2 kerap menjadi arena balap liar. Ketika tengah malam atau menjelang pagi, tidak jarang polisi berpatroli untuk menangkap oknum-oknum tersebut. Keberadaan PKL juga sedikit mengganggu kenyamanan pengguna jalan dan warga yang tinggal di sekitar daerah tersebut karena jalan menjadi macet dan sampah yang berserakan.
Oleh karena itu, perlu adanya langkah win-win solution. Dibutuhkan adanya pengaturan, penataan dari pemerintah Kabupaten Sidoarjo agar keberadaan Maliboro Sidoarjo tetap ada, tetapi tidak mengganggu kenyamanan para pengendara dan warga sekitar. Misalnya dengan pengaturan jam jualan, bisa juga dengan relokasi pada suatu tempat yang permanen, memberikan motivasi dan kesadaran pada para pedagang untuk menjaga kebersihan, tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu perlu adanya pengawasan dari pemerintah daerah, melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk memastikan penataan PKL itu berjalan dengan baik dan konsisten. Semoga dengan penataan di atas, keberadaan Maliboro Sidoarjo menjadi tertata lebih baik dan ikon wisata di Sidoarjo, seperti halnya Maliboro di Yogyakarta.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.