Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Sapi
Eduaksi | 2024-06-05 22:19:40Sistem kesehatan hewan ternak terhadap berbagai penyakit perlu ditingkatkan dengan memberikan pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat dalam menghadapi penyakit yang sangat berbahaya bagi hewan maupun manusia. Penyakit Mulu dan Kuku (PMK) merupakan salah satu ancaman terbesar bagi industri peternakan sapi.
Pendahuluan
Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) atau Foot and Mouth Disease (FMD) adalah salah satu penyakit viral paling menular yang menyerang hewan berkuku belah, termasuk sapi. Penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi yang besar dalam industri peternakan dan berdampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan hewan. Artikel ini akan membahas penyebab, gejala, dampak ekonomi, serta strategi pengendalian dan pencegahan PMK pada sapi, disertai referensi dari literatur yang relevan.
Penyebab dan Penularan
PMK disebabkan oleh virus dari famili Picornaviridae, genus Aphthovirus. Virus ini memiliki tujuh serotipe (A, O, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3, dan Asia 1) dengan berbagai subtipe yang mempersulit penanganan karena kekebalan terhadap satu serotipe tidak memberikan kekebalan terhadap serotipe lainnya. Penularan virus PMK terjadi melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, kontak tidak langsung melalui peralatan yang terkontaminasi, aerosol, serta produk hewani seperti daging, susu, dan pakan ternak . Manusia juga dapat berperan sebagai pembawa pasif virus, meskipun tidak terinfeksi .
Gejala dan Dampak
Gejala PMK pada sapi meliputi demam tinggi, lepuh-lepuh pada mulut, lidah, gusi, kuku, dan puting susu. Lepuh tersebut dapat pecah dan menyebabkan luka yang menyakitkan, menyebabkan kesulitan makan dan berjalan . Akibatnya, produksi susu dan berat badan hewan menurun drastis. Pada sapi muda, penyakit ini dapat menyebabkan kematian mendadak karena myocarditis. Dampak ekonomi dari PMK sangat besar, termasuk penurunan produksi susu dan daging, biaya perawatan hewan sakit, dan hilangnya pasar ekspor karena pembatasan perdagangan hewan dan produk hewan dari wilayah yang terinfeksi.
Pengendalian dan Pencegahan
Pengendalian dan pencegahan PMK melibatkan beberapa langkah kunci:
1. Vaksinasi: Vaksinasi adalah salah satu metode paling efektif untuk mencegah PMK.
Vaksin yang digunakan harus sesuai dengan serotipe virus yang beredar di wilayah
tersebut. Vaksinasi massal dapat membentuk kekebalan kawanan (herd immunity) yang
dapat mengurangi penyebaran virus .
2. Biosekuriti: Meningkatkan praktik biosekuriti di peternakan seperti penggunaan
disinfektan, pembatasan akses orang dan kendaraan ke area peternakan, serta karantina
hewan baru sebelum bergabung dengan kawanan .
3. Pemantauan dan Diagnosa Dini: Pengawasan ketat dan diagnosa dini dapat membantu
mendeteksi dan mengontrol wabah PMK lebih cepat. Pemeriksaan rutin dan pengujian
laboratorium pada hewan yang menunjukkan gejala klinis penting untuk pengendalian
penyakit .
4. Pengendalian Pergerakan Hewan: Pembatasan pergerakan hewan dari dan ke wilayah yang
terinfeksi sangat penting untuk mencegah penyebaran virus. Karantina dan penutupan
pasar hewan dapat diberlakukan selama wabah .
5. Edukasi Peternak: Edukasi dan pelatihan peternak tentang tanda-tanda PMK, cara
melaporkan kasus yang dicurigai, dan langkah-langkah pencegahan sangat penting untuk
keberhasilan program pengendalian.
Penanganan Wabah
Saat wabah PMK terjadi, langkah-langkah yang diambil termasuk:
Isolasi dan karantina hewan yang terinfeksi.
Pemberlakuan zona pengendalian dan pengawasan di sekitar daerah wabah.
Pemusnahan hewan yang terinfeksi berat untuk mengurangi sumber infeksi.
Disinfeksi menyeluruh pada peralatan, fasilitas, dan kendaraan yang mungkin
terkontaminasi.
Kesimpulan
PMK merupakan ancaman besar bagi industri peternakan yang memerlukan strategi
pengendalian yang komprehensif dan koordinasi antar berbagai pihak, termasuk pemerintah, peternak, dan ahli kesehatan hewan. Dengan vaksinasi yang tepat, praktik biosekuriti yang baik, pemantauan terus-menerus, dan edukasi yang efektif, penyebaran PMK dapat ditekan dan dampak ekonominya dapat diminimalkan.
Referensi
1. Geering, W.A., Forman, A.J., & Nunn, M.J. (1995). "Exotic Diseases of Animals: A Field
Guide for Australian Veterinarians." Australian Government Publishing Service.
2. Alexandersen, S., Zhang, Z., Donaldson, A.I., & Garland, A.J.M. (2003). "The
Pathogenesis and Diagnosis of Foot-and-Mouth Disease." Journal of Comparative
Pathology, 129(1), 1-36.
3. Thompson, D., Muriel, P., Russell, D., Osborne, P., Bromley, A., Rowland, M., CreighTyte, S., & Brown, C. (2002). "Economic costs of the foot and mouth disease outbreak in
the United Kingdom in 2001." Revue Scientifique et Technique (International Office of
Epizootics), 21(3), 675-687.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.