Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aurel Auria Korompis

Perubahan Perilaku Anak Akibat Game Simulator

Games | 2024-06-05 13:28:19

Zaman sekarang, anak-anak lebih menyukai permainan modern karena permainannya sangat canggih serta sering merasa tertantang untuk memainkannya. Oleh sebab itu, anak anak lebih menyukai permainan modern dan permainan tradisional menjadi kurang menarik lagi dan semakin ditinggalkan, sehingga anak-anak lebih memilih untuk bermain game modern karena lebih seru dan menarik untuk dimainkan.

Handphone merupakan salah satu dari hasil perkembangan teknologi. Teknologi handphone awalnya hanya sebuah alat komukasi nirkabel, kemudian berkembang menjadi sebuah alat yang canggih. Kecanggihan teknologi handphone tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi manusia dapat mengambil foto, merekam video, bermain game,mendengarkan musik, dan mengakses internet dalam hitungan detik. Handphone yang di dalamnya terdapat berbagai game muncul di pasaran. Fenomena ini menunjukan betapa teknologi game sudah meluas ke berbagai sektor kehidupan. Game dapat diperoleh dengan mudah melalui aplikasi dalam handphone dan media internet. Pertumbuhan game masih akan sangat fenomenal di masa mendatang. Berbagai gadget baru dengan aplikasi game canggih pun bermunculan, salah satunya yaitu game simulator.

Game simulator sekarang lebih populer di kalangan anak-anak berkat kemajuan teknologi, yang memungkinkan mereka menikmati pengalaman bermain yang lebih realistis. Game simulator yang mensimulasikan peristiwa kehidupan nyata seperti mengemudi mobil, menerbangkan pesawat, atau bahkan menjalankan bisnis dapat sangat memengaruhi perilaku anak-anak. Sebaliknya, permainan ini dapat membantu anak-anak meningkatkan kemampuan kognitif seperti pemecahan masalah, koordinasi mata-tangan, dan pengambilan keputusan. Misalnya, game seperti "Flight Simulator" mengajarkan anak-anak dasar-dasar navigasi dan penerbangan, sementara "SimCity" mengajarkan mereka tentang perencanaan kota dan manajemen sumber daya.

sumber : landuni.id

Efek dari game simulator ini tidak semuanya positif. Perilaku anak dapat dipengaruhi oleh penggunaan orang tua yang berlebihan atau kurang pengawasan. Anak-anak terbiasa dengan lingkungan game yang cepat dan penuh aksi, yang dapat menyebabkan mereka menjadi lebih agresif atau tidak sabar.

Selain itu, dapat mengalami gejala kesulitan membedakan antara dunia virtual dan dunia nyata, yang dapat berdampak pada cara mereka berinteraksi dengan orang lain di dunia nyata. Anak-anak yang bermain game dengan konten kekerasan cenderung berperilaku agresif dan tidak empati terhadap orang lain. Selain itu, kecanduan game menjadi masalah yang serius. Anak-anak yang terlalu lama bermain game simulator mungkin mengabaikan tugas sekolah, olahraga, dan interaksi sosial. Kecanduan ini dapat mengganggu pola tidur, menyebabkan obesitas dan gangguan tidur. Oleh karena itu, orang tua harus memantau dan membatasi waktu anak bermain, memastikan mereka aktif secara fisik dan terlibat dalam kegiatan sosial yang sehat.

Di sisi lain, game simulator dapat bermanfaat untuk pendidikan jika digunakan dengan benar. Anak-anak dapat belajar keterampilan kreatif dan pemrograman dasar melalui game edukatif seperti "Minecraft". Game-game ini adalah alat pembelajaran tambahan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi orang tua dan pendidik. Metode yang seimbang dan pengawasan yang tepat dapat membantu mengoptimalkan keuntungan dari game simulator sambil mengurangi efek negatifnya.

Secara keseluruhan, tergantung pada cara dan seberapa sering game simulator dimainkan, game simulator dapat memengaruhi perilaku anak secara positif maupun negatif. Game ini dapat membantu perkembangan kognitif dan keterampilan praktis anak-anak dengan bantuan orang tua dan pendidik yang tepat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image