Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ahmad muttaqillah Muttaqillah

Polemik Tesis Nasab Ba'alawi

Guru Menulis | 2024-06-05 11:15:02

Persoalan nasab Baalawi yang menjadi topik hangat pada saat ini tidak terlepas dari persoalan politik yang berkembang di Indonesia. Ada beberapa habib yang sangat kritis terhadap kebijakan pemerintah Presiden Joko Widodo. Boleh jadi pada masa kekuasaan Presiden Joko Widodo muncul persoalan nasab habaib ini.

Di sisi lain bahwa Habib Lutfi adalah salah satu penasihat presiden Joko Widodo merupakan habib dari klan Baalawi. Kedekatan Presiden Joko Widodo dengan Habib Lutfi bukan tanpa alasan. Setidaknya ada keinginan politik agar lebih terciptanya suasana yang tenang.

Bukan saja sebagian kecil para habib dari klan Baalawi yang sangat kritis dengan penguasa, tetapi juga banyak para kiai dan ulama yang menyampaikan kritiknya, terutama para kiai yang terdapat dalam partai yang tergabung dalam oposisi baik dari NU maupun yang lainnya.

Dari hasil tesisi K.H. Imaduddin yang sampai ke khalayak terdapat berbagai reaksi. Ada yang keras bereaksi, ada pula yang moderat. Sehingga terjadi polemik yang cukup sengit di masyarakat.

Wajar apabila polemik tesisi nasab cukup sengit, sebab tesis penelitian ini berbasis sosial. Dan yang dibahas adalah masalah nasab habaib dari kalangan Baalawi. Sementara penghormatan masyarakat muslim Indonesia dengan para Habaib begitu kuat. Karena para habaib ini benyak yang memberikan pelajaran yang sangat baik kepada masyarakat termasuk perjuangan mereka dalam membela kemerdekaan Indonesia.

Yang sangat disayangkan dari masyarakat pendukung tesis juga sangat garang sehingga seolah-olah menghilangkan nilai keilmiahan suatu tesis. Begitu pula dengan Ki Imaduddin dengan lantangnya di media sosial melakukan penantangan terhadap orang-orang yang berseberangan dengannya dengan retorika yang keras dan emosional.

Yang perlu disadari adalah bahwa karya ilmiah itu adalah mengandung kebenaran, namun tidak mengadung kebenaran mutlak. Maka sejatinya harus disampaikan dengan bahasa yang santun kepada khalayak agar tidak menimbulkan gejolak negatif. Al-Qur’an saja yang mengandung kebenaran mutlak harus disampaikan dengan baik dan bijak.

Seperti yang ditegaskan dalam firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Maka wajar ketika Tesis terkait dengan nasab mendapat banyak reaksi yang keras. Sebab disosialisasikan di bebgai media, kedua terlanjur nasab itu dihormati selama ribuan tahun. Hal yang dipublikasikan ini sangat menyinggung emosional masyarakat karena sudah mendarah daging.

Kita mencoba melakukan analisis terhadap tesisi Ki Imad yang sudah viral. Pertama, karena tesisi itu berbasis penelitian sosial dan nasab yang sudah dianggap suci. Kedua dilatarbelakangi oleh persoalan politik.

Apakah hasil Tesis Ki Imdudddin ini tepat, akurat, benar secara mutlak atau sebaliknya?

Jawaban yang pertama adalah situasi dan kondisi yang ada sekarang adalah kuarang tepat. Soal keakuratan dapat dilihat hasil penelitian, begitu juga kebenarannya. Bisa jadi benar bisa pula tidak. Artinya bukan kebenaran mutlak aatau kesalahan mutlak.

Mengapa demikian? Yang pertama latar belakangnya jelas seperti dipaparkan di atas. Kedua metodologi penelitian yang digunakan memungkinkan memiliki ketepatan dan ketidaktepatan. Ketiga, kapan waktu penelitian dilaksanakan. Keempat, subjek penelitian yang sudah berlaku sangat panjang waktunya. Kelima pendekatan teknik, dan desain juga dapat menentukan hasil yang bersifat relatif.

Jadi hasil penelitian berupa tesisi Ki Imad adalah belum selsai. Lalu bagaimana dengan teknis tes DNA? Pada dasarnya sama saja walaupun menggunakan pendekatan saintifiks seperti itu. Penjelasannya adalah berapa sampel yang digunakan dari ribuan Habaib di Indonesia. Kalau hanya satu dua, atau puluahan saja, bukan jaminan keakuratan, justru tidak akurat..

Ketidakakuratan lain dari tes DNA bisa disebabkan oleh kepentingan politik, tujuan poltitik misalnya ingin mendeskriminasikan habib, siapa yang mengetes, bagaimana alatnya, dan waktu yang terpaut dalam jangka panjang. Pokoknya hasil teknologi buatan manusia memiliki banyak kelemahan.

Yang tepat adalah apabila hasil penelitian itu tidak dipengaruhi berbagai kepentingan politik dan popularitas. Murni karena menyebarkan pengetahuan yang benar kepada khalayak harus disampaikan dengan hikmah, dan mauizah yang baik, dengan waktu yang tepat. Berkonsultasi dengan para ahli hikmah. Apabila tesisi itu ingin disebarkan di masyarakat.

Tapi yang perlu disadari adalah bahwa hasil tesis itu banyak kelemahan dan kekurangannya walaupun diyakini mengandung kebenaran. Maka bahasa yang snatun dan baik sangat diperlukan dalam menyampaikan pengetahuan. Manusia tidak cukup dengan berilmu saja tapi juga harus beretika dan beradab.

Wallahu a’lam bishawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image