(Neo) Liberalisme Merusak Akidah
Agama | 2024-06-05 05:07:32# (Neo)Liberalisme Merusak Akidah: Dari Sudut Pandang Islam dan Marhaenisme
## Pendahuluan
Liberalisme dan turunannya, neoliberalisme, telah menjadi arus utama dalam banyak aspek kehidupan modern, terutama dalam bidang ekonomi dan politik. Namun, dari perspektif Islam dan Marhaenisme, kedua ideologi ini dipandang merusak akidah dan nilai-nilai dasar kemanusiaan. Artikel ini akan mengkaji dampak neoliberalisme terhadap akidah Islam dan prinsip-prinsip Marhaenisme, serta bagaimana kedua pandangan ini menawarkan alternatif yang lebih manusiawi dan adil.
## Pengertian (Neo)Liberalisme
### Liberalisme
Liberalisme adalah sebuah ideologi yang menekankan kebebasan individu, hak-hak asasi manusia, dan pasar bebas. Ideologi ini berkembang pesat di Barat sejak Abad Pencerahan dan menjadi landasan bagi sistem politik dan ekonomi di banyak negara. Liberalisme klasik menekankan minimnya intervensi pemerintah dalam urusan pribadi dan ekonomi, serta mendukung kebebasan berpendapat, beragama, dan hak-hak sipil lainnya.
### Neoliberalisme
Neoliberalisme adalah bentuk evolusi dari liberalisme yang muncul pada akhir abad ke-20. Neoliberalisme menekankan privatisasi, deregulasi, dan pengurangan peran pemerintah dalam ekonomi. Ideologi ini mengutamakan pasar bebas sebagai mekanisme utama untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur kehidupan sosial-ekonomi. Dalam praktiknya, neoliberalisme sering dikritik karena menciptakan ketidaksetaraan yang besar dan meminggirkan kelompok-kelompok yang lebih lemah.
## Perspektif Islam terhadap (Neo)Liberalisme
### Akidah dan Ekonomi dalam Islam
Dalam Islam, akidah merupakan dasar keimanan yang mencakup keyakinan kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari kiamat, dan takdir. Akidah Islam mengajarkan nilai-nilai keadilan, kebersamaan, dan tanggung jawab sosial. Dalam konteks ekonomi, Islam menekankan distribusi kekayaan yang adil, zakat, larangan riba, dan etika bisnis yang berlandaskan pada kejujuran dan keadilan.
### Kritik Islam terhadap Liberalisme dan Neoliberalisme
Liberalisme dan neoliberalisme dianggap merusak akidah Islam karena beberapa alasan:
1. **Individualisme Ekstrem**: Liberalisme menekankan kebebasan individu yang sering kali mengabaikan tanggung jawab sosial. Dalam Islam, manusia tidak hanya bertanggung jawab kepada dirinya sendiri tetapi juga kepada masyarakat dan Allah. Individualisme ekstrem dalam liberalisme bertentangan dengan konsep kebersamaan dan solidaritas dalam Islam.
2. **Materialisme dan Konsumerisme**: Neoliberalisme mendorong konsumsi tanpa batas dan menjadikan materi sebagai tujuan utama. Ini bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan kehidupan sederhana, syukur, dan keseimbangan antara dunia dan akhirat.
3. **Ketidakadilan Ekonomi**: Neoliberalisme sering kali menghasilkan ketidaksetaraan ekonomi yang besar. Islam mengajarkan keadilan sosial dan ekonomi serta mendorong distribusi kekayaan yang lebih merata melalui mekanisme seperti zakat dan sedekah.
4. **Eksploitasi dan Ketamakan**: Neoliberalisme memungkinkan eksploitasi sumber daya dan tenaga kerja demi keuntungan maksimal. Islam mengajarkan bahwa segala bentuk eksploitasi dan ketamakan adalah haram dan bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan dan kemanusiaan.
### Pandangan Ulama
Banyak ulama dan cendekiawan Muslim mengkritik neoliberalisme sebagai ideologi yang merusak moral dan sosial. Mereka menekankan perlunya kembali kepada prinsip-prinsip ekonomi Islam yang lebih adil dan berkelanjutan.
## Perspektif Marhaenisme terhadap (Neo)Liberalisme
### Pengertian Marhaenisme
Marhaenisme adalah ideologi yang dikembangkan oleh Soekarno, presiden pertama Indonesia. Ideologi ini didasarkan pada konsep pembelaan terhadap kaum marhaen, yaitu rakyat kecil yang bekerja keras tetapi tetap miskin. Marhaenisme menekankan pentingnya keadilan sosial, pemerataan ekonomi, dan kedaulatan nasional.
### Kritik Marhaenisme terhadap Liberalisme dan Neoliberalisme
Dari sudut pandang Marhaenisme, neoliberalisme dianggap merusak karena:
1. **Penindasan terhadap Kaum Lemah**: Neoliberalisme sering kali memperkaya segelintir elit ekonomi dan memiskinkan mayoritas rakyat. Marhaenisme menolak ketidakadilan ini dan mengusulkan distribusi kekayaan yang lebih merata untuk mengangkat harkat dan martabat kaum marhaen.
2. **Dominasi Asing**: Neoliberalisme sering kali dikaitkan dengan dominasi asing dalam perekonomian nasional. Marhaenisme mengutamakan kedaulatan nasional dan menolak intervensi asing yang merugikan rakyat kecil.
3. **Peran Negara yang Lemah**: Neoliberalisme mendorong pengurangan peran negara dalam ekonomi, yang berpotensi mengabaikan kebutuhan dasar rakyat. Marhaenisme menekankan pentingnya peran aktif negara dalam mengatur ekonomi untuk memastikan kesejahteraan rakyat.
4. **Eksploitasi Sumber Daya Alam**: Neoliberalisme mendorong eksploitasi sumber daya alam tanpa memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Marhaenisme menekankan pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana untuk kepentingan rakyat banyak dan generasi mendatang.
### Warisan Sukarno
Soekarno dalam pidato-pidatonya sering kali mengkritik kapitalisme dan imperialisme yang dianggapnya merusak kedaulatan dan kesejahteraan rakyat. Ia mengajak bangsa Indonesia untuk mandiri dan membangun ekonomi yang berkeadilan, dengan menempatkan rakyat sebagai subjek utama pembangunan. Warisan pemikiran Soekarno ini terus hidup dalam semangat perlawanan terhadap neoliberalisme yang merusak akidah kebangsaan dan keadilan sosial.
## Kesimpulan
Neoliberalisme, dengan segala janji kebebasan dan kemakmuran yang dibawanya, sering kali justru merusak akidah dan nilai-nilai dasar baik dalam Islam maupun Marhaenisme. Dari sudut pandang Islam, neoliberalisme bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan, kebersamaan, dan tanggung jawab sosial. Sementara itu, dari perspektif Marhaenisme, neoliberalisme memperparah ketidakadilan sosial dan ekonomi serta mengabaikan kedaulatan nasional dan kesejahteraan rakyat kecil.
Kritik-kritik dari kedua pandangan ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk mencari alternatif yang lebih adil dan berkelanjutan. Islam dan Marhaenisme menawarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang bisa menjadi landasan bagi pembangunan ekonomi dan sosial yang lebih manusiawi. Dengan kembali kepada nilai-nilai ini, diharapkan kita bisa membangun masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan bermartabat.
## Penutup
Meskipun tantangan yang dihadapi besar, nilai-nilai yang diusung oleh Islam dan Marhaenisme memberikan harapan untuk perlawanan terhadap neoliberalisme yang merusak. Melalui pemahaman dan penerapan nilai-nilai ini, kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil dan sejahtera, serta menghindari kerusakan lebih lanjut terhadap akidah dan moralitas kita. Semoga artikel ini dapat menjadi inspirasi untuk terus berjuang demi keadilan sosial dan kemanusiaan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.