Akhlak Al-Quran dalam Pancasila: Implementasi Sila Ketuhanan yang Maha Esa dalam Kehidupan Berbangsa
Sekolah | 2025-12-22 13:55:36
Pendahuluan
Sebagai landasan ideologi bangsa Indonesia, Pancasila memiliki fungsi sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di antara kelima sila Pancasila, sila Ketuhanan Yang Maha Esa menempati posisi paling mendasar karena menjadi sumber nilai bagi sila-sila berikutnya. Sila ini tidak hanya menegaskan pengakuan berketuhanan, tetapi juga mengandung tuntutan moral dan etika dalam seluruh sendi kehidupan.
Dalam perspektif Islam, konsep Ketuhanan Yang Maha Esa selaras dengan prinsip ketauhidan, yaitu keyakinan terhadap keesaan Tuhan yang menjadi poros orientasi kehidupan manusia. Maka, menyelaraskan antara Pancasila dengan nilai moral Al-Qur’an merupakan langkah awal yang penting dalam membangun karakter dan mental bangsa Indonesia.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai Landasan Tauhid
Ketuhanan Yang Maha Esa dapat dimaknai sebagai manifestasi dari nilai tauhid dalam kehidupan berbangsa. Tauhid bukan hanya sekadar keyakinan teologis, melainkan juga kesadaran hidup yang menuntut ketaatan, kepatuhan, kejujuran, dan tanggung jawab moral. Kesadaran ini menempatkan Tuhan sebagai pembimbing dan sumber nilai tertinggi dalam berperilaku individual maupun berkekehidupan sosial.
Sebagai sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi landasan etis bagi seluruh sila lainnya. Nilai kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial hanya dapat diwujudkan secara utuh apabila dilaksanakan dalam kerangka kesadaran akan berketuhanan. Dengan demikian, sila pertama ini berfungsi sebagai fondasi moral bagi Pancasila secara keseluruhan.
Revolusi Mental dalam Perspektif Akhlak Qurani
Revolusi mental merupakan suatu usaha mendasar dalam mengubah pola pikir, sikap, dan perilaku manusia. Dalam perspektif Al-Quran, revolusi mental identik dengan reformasi akhlak. Akhlak tidak hanya dipahami sebagai perilaku lahiriah, tetapi juga sebagai kondisi batin yang mendorong seseorang untuk bertindak secara benar dengan penuh kesukarelaan dan ketulusan.
Kesadaran berketuhanan yang kuat akan melahirkan akhlak mulia seperti kejujuran, keadilan, amanah, dan kepedulian sosial. Oleh karena itu, implementasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa tidak cukup diwujudkan melalui ritual keagamaan semata, tetapi harus diwujudkan dalam bentuk etos kerja, kehidupan bermasyarakat, serta praktik berbangsa dan bernegara.
Dimensi Sosial Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan Yang Maha Esa mencakup dimensi vertikal dan horizontal. Secara vertikal, manusia memiliki tanggung jawab kepada Tuhan atas segala perbuatannya. Secara horizontal, kesadaran tersebut menuntut penghormatan terhadap martabat sesama manusia. Setiap individu dipandang setara sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sehingga segala bentuk diskriminasi dan ketidakadilan bertentangan dengan nilai Ketuhanan.
Dari kesadaran inilah akan lahir sebuah sikap kemanusiaan yang adil dan beradab, semangat persatuan, budaya musyawarah, serta komitmen pada keadilan sosial. Dengan kata lain, sila-sila Pancasila saling berkaitan satu sama lain dan bersumber dari nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Implementasi dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, implementasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa menuntut perilaku yang bermoral di berbagai bidang. Misalnya dalam bidang politik, kekuasaan harus dipandang sebagai amanah yang dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab dan kejujuran. Dalam bidang hukum, keadilan wajib ditegakkan tanpa memihak. Dalam bidang ekonomi, praktik eksploitasi, korupsi, dan ketimpangan sosial harus dihindari. Dalam bidang pendidikan, nilai Ketuhanan akan membentuk individu yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.
Tanpa landasan moral Ketuhanan Yang Maha Esa, pembangunan berisiko kehilangan arah dan sekedar mengejar kepentingan material semata.
Penutup
Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan inti dari Pancasila dan menjadi dasar revolusi mental bangsa Indonesia. Keselarasan antara nilai Pancasila dan moral Al-Quran melalui sila pertama menuntut penghayatan tauhid yang terwujud dalam akhlak dan tindakan yang nyata. Dengan menjadikan Ketuhanan sebagai landasan etis, Pancasila dapat berfungsi secara utuh sebagai pedoman moral dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, bersatu, dan memiliki adab yang luhur.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
