Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bilqis Desty Wiyanty

Membongkar Patriarki di Suku Madura: Menuju Masyarakat yang Lebih Egaliter

Eduaksi | 2024-06-04 21:43:11

Suku Madura dikenal dengan bahasa yang tegas dan blak-blakan, serta memiliki sistem patriarki yang kuat. Faktanya, struktur sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat Madura didominasi oleh laki-laki. Patriarki di Madura, seperti benang kusut yang erat terjalin dalam kehidupan masyarakatnya, menghadirkan paradoks budaya dan modernitas. Di satu sisi, tradisi patriarki dipegang teguh sebagai warisan leluhur. Di sisi lain, modernitas menuntut kesetaraan gender dan membuka peluang bagi perempuan untuk berkembang.

https://www.instagram.com/p/C1_cEJXp2Bv/?igsh=MTFyZjVxdHY3MzFjZw==

Sejarah dan Asal-Usul Patriarki di Madura

Akar patriarki di Madura tertanam dalam sejarah panjang dan kompleks. Faktor-faktor seperti struktur sosial, budaya maritim, dan pengaruh agama Islam berkontribusi pada terbentuknya sistem ini. Dalam struktur sosial tradisional Madura, laki-laki memiliki peran sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah, sedangkan perempuan bertanggung jawab atas urusan rumah tangga dan pengasuhan anak. Budaya maritim Madura yang didominasi laki-laki dalam pelayaran dan perdagangan juga memperkuat peran laki-laki sebagai pemimpin dan pengambil keputusan.

Pengaruh agama Islam, meskipun tidak secara eksplisit menganjurkan patriarki, ditafsirkan secara selektif untuk memperkuat peran laki-laki sebagai kepala keluarga. Hal ini terlihat dari tradisi pernikahan Madura yang mengharuskan perempuan untuk memberikan mahar kepada laki-laki, dan aturan poligami yang diizinkan dalam agama Islam.

Manifestasi Patriarki dalam Kehidupan Masyarakat Madura

Patriarki di Madura memanifestasikan diri dalam berbagai aspek kehidupan, seperti:

· Keluarga: Laki-laki memiliki otoritas penuh dalam keluarga, termasuk dalam pengambilan keputusan terkait keuangan, pendidikan anak, dan perkawinan. Perempuan diharuskan tunduk dan patuh kepada suami.

· Pendidikan: Tingkat partisipasi perempuan dalam pendidikan masih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh norma budaya yang menganggap pendidikan perempuan tidak penting dan lebih fokus pada persiapan pernikahan.

· Pekerjaan: Laki-laki mendominasi pekerjaan di sektor publik dan swasta, sedangkan perempuan umumnya bekerja di sektor informal seperti buruh rumah tangga dan pekerja kecil.

· Politik: Perempuan Madura masih minim representasi dalam politik. Jumlah perempuan yang menduduki jabatan politik di tingkat daerah dan nasional masih jauh dari proporsional.

Dampak Patriarki terhadap Perempuan Madura

Patriarki di Madura memiliki dampak negatif dan positif bagi perempuan.

Dampak negatif:

· Ketidakadilan gender: Perempuan dihadapkan pada berbagai bentuk ketidakadilan gender, seperti diskriminasi dalam pendidikan, pekerjaan, dan politik.

· Kekerasan terhadap perempuan: Perempuan Madura rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dan diskriminasi.

· Kesehatan mental: Perempuan Madura yang mengalami tekanan patriarki dan diskriminasi gender rentan terhadap masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

Dampak positif:

· Kuatnya solidaritas perempuan: Perempuan Madura memiliki solidaritas yang kuat untuk saling mendukung dan memperjuangkan hak-haknya.

· Kegigihan dan ketangguhan: Perempuan Madura dikenal dengan kegigihan dan ketangguhannya dalam menghadapi berbagai rintangan.

· Nilai-nilai positif: Patriarki Madura juga memiliki nilai-nilai positif seperti rasa hormat kepada orang tua dan penghormatan terhadap tradisi.

Tantangan dan Peluang untuk Mengurangi Patriarki di Madura

Mengurangi patriarki di Madura merupakan tantangan yang kompleks dan membutuhkan upaya kolektif dari berbagai pihak.

Tantangan:

· Norma budaya yang kuat: Norma budaya patriarki yang deeply rooted di masyarakat Madura menjadi hambatan utama dalam upaya perubahan.

· Kurangya kesadaran gender: Masih banyak masyarakat Madura yang belum memiliki kesadaran gender yang memadai.

· Lemahnya penegakan hukum: Penegakan hukum terhadap kasus kekerasan terhadap perempuan dan diskriminasi gender masih lemah.

Peluang:

· Pendidikan gender: Meningkatkan pendidikan gender bagi masyarakat, khususnya perempuan dan anak perempuan, merupakan kunci untuk mengubah mindset dan perilaku masyarakat.

· Empowerment perempuan: Memberdayakan perempuan melalui pelatihan dan akses kepada sumber daya ekonomi dapat meningkatkan peran mereka dalam masyarakat.

· Keterlibatan laki-laki: Melibatkan laki-laki dalam upaya penghapusan patriarki sangatlah penting untuk mengubah sistem yang mengakar kuat ini.

· Peran media: Media massa dan media sosial dapat berperan dalam menyebarkan informasi dan edukasi tentang kesetaraan gender dan hak-hak perempuan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image