Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dokter Alwan

Tenaga Kesehatan yang Lebih Baik,Pasti Bisa

Lainnnya | 2024-06-04 13:51:52
Pelayanan Pasien Prolanis (Sumber : Dok.Pribadi)

Nama saya Hatim Alwan, namun orang biasa memanggil Dokter Hatim.Alasan saya menjadi dokter adalah Saya sebenarnya takut jarum. Jadi saya pikir kalau saya jadi dokter, setidaknya saya yang pegang jarumnya, bukan saya yang ditusuk.Awal Pertama Kali saya ditugaskan Menjadi Dokter di Kota Pangkalan Bun.Kalimantan Tengah pada tahun 2016.

Dalam perkerjaan saya sebagai tenaga Kesehatan, bisa diambil pelajaran dari pelayanan yang saya lakukan sehari-hari. Saya selalu bertanya apalagi yang harus diperbaiki dalam melayani pasien dan menjadikan pasien menjadi raja atau tokoh yang paling dominan dalam proses pengobatan bukan saya.

Agar dapat membuat kita menjadi tenaga kesehatan yang baik, diperlukan kerjasama yang baik antara Dokter dan pasien. Pasien harus terbuka dalam memberikan informasi mengenai apa yang dirasakan, dan saya juga harus terus meningkatkan kompetensi sebagai Dokter. Saya meyakini bahwa untuk menjadi tenaga medis yang baik, kita harus mau berubah dan berusaha terus memperbaiki diri untuk belajar sepanjang hidup atau ”long life learner”.

Ketika waktu kuliah dulu, saya diajarkan Clinical Skill Lab yang ada panduannya harus seperti apa. Clinical Skill Lab adalah adalah fasilitas pendidikan yang dirancang untuk mahasiswa kedokteran dan profesional kesehatan lainnya guna mengembangkan dan menyempurnakan keterampilan klinis mereka.

Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai Clinical Skill Lab untuk Mengembangkan keterampilan dasar seperti pengambilan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan prosedur teknis lainnya itu semua adalah panduan baku dan harus dilakukan sebagai seorang Dokter.

Dalam hal ini, ada form ceklis yang harus kita jalankan, namun itu semua bisa menyebabkan kita terjebak dalam zona nyaman yang itu-itu saja. Hanya melakukan prosedur yang sama tanpa berusaha untuk berubah jadi lebih baik. Ini semua membuat saya menjadi Tenaga Kesehatan yang itu-itu saja.

Saat Pasien datang, kita harus melayani, membuat resep, memberi obat. Bahkan karena jumlah pasien yang banyak di Puskesmas, saya dan rekan-rekan tenaga Kesehatan lainnya dituntut untuk memberi pelayanan dengan cepat. Sehingga terkadang karena banyaknya pasien tersebut, saya sering berpikir, apakah kualitas kita dalam menggali informasi dari Pasien atau dari Anamnesa sampai pemeriksaan fisik menjadi agak berkurang

Bahkan dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) waktu yang dibutuhkan maksimal hanya 10 menit , dengan pasien yg banyak (respon time). Namun, sebagai seorang tenaga Kesehatan yang baik, kita tetap harus melakukannya dengan teliti dan hati-hati agar pelayanan yang diberikan kepada Pasien tidak mengecewakan.

Saya memiliki pengalaman menarik. Ada seorang pasien datang ke saya dengan keluhan sakit perut. Setelah pemeriksaan karena terlalu banyak pasien waktu itu, Saya dengan serius berkata, "Kelihatannya Anda terlalu banyak makan makanan pedas." Pasien bingung lalu menjawab, "Dok, saya sebenarnya datang untuk konsultasi tentang kutil di kaki saya." Saya tertawa malu dan berkata, "Baiklah, mari kita mulai lagi dari awal."

Untuk menjadi Tenaga Kesehatan yang lebih baik, salah satu caranya adalah dengan selalu berusaha berpikir tentang pasien dan menempatkan pasien sebagai raja atau tokoh dominan customer yang harus benar-benar dilayani dengan baik dan sepenuh hati.

Seorang tenaga Kesehatan yang baik, bukannya tidak boleh berpifikir tentang kesejahteraannya, namun dari sudut pandang ini, jika kita memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien dan mereka merasa puas, maka InsyaAllah secara tidak langsung bisa meningkatkan kesejahteraan kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image