Father Hunger, Figur Ayah Sangat Berperan Bagi Anak Perempuan Loh!
Edukasi | 2024-06-03 09:41:55Apakah kamu pernah mendengar istilah Father Hunger atau Fatherless? Saat ini istilah tersebut sudah dikenal oleh banyak orang terutama oleh gen z. Father Hunger adalah suatu kondisi ketika seorang anak tidak memiliki figur seorang ayah baik karena perceraian, kematian, atau kehilangan figurnya sejak sebelum ia dilahirkan di dunia ini. Bahkan anak mampu merasakan “ketidakhadiran” figur ayah meskipun figurnya masih berada di dalam hidup sang anak.
Apakah benar figur ayah sangat berperan dalam tumbuh dan kembang anak? Tentu benar. Ayah merupakan figur yang penting bagi anak-anaknya terutama untuk anak perempuannya. Kenapa dengan anak perempuan? karena pada umumnya anak perempuan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ayah dan menjadikan ayah sebagai role model di dalam hidupnya. Secara sadar maupun tidak, Anak perempuan akan mencari karakteristik pasangannya dengan melihat figur ayah yang ia miliki. Ketika ia memiliki figur ayah yang baik, maka ia akan mencari pasangan yang memiliki figur seperti ayahnya. Namun, ketika ia memiliki figur ayah yang tidak baik, ia akan mencari karakteristik pasangan yang bertolak belakang dengan figur ayahnya. Tetapi pertanyaannya bagaimana jika seorang anak perempuan tidak memiliki figur ayah dalam hidupnya? Apakah berdampak dalam masa depan sang anak?
Anak perempuan yang tumbuh tanpa figur ayah membuat ia menjadi pribadi yang kurang percaya diri. Ia seperti tidak mempunyai “penopang” di dalam hidupnya. Ia menjadi takut untuk melakukan sesuatu, tidak percaya akan kemampuan yang ia miliki karena tidak adanya dukungan atau perhatian dari seseorang yang seharusnya didapatkan pertama kali yakni orangtuanya. Selain itu, ia menjadi tidak memiliki semangat dalam menjalankan kegiatan hari-hari.
Tanpa figur ayah menjadikan anak perempuan sangat bergantung dengan orang lain salah satunya dengan pasangan yang ia miliki. Tidak sedikit perempuan yang menggantungkan hidupnya kepada pasangannya karena tidak mendapatkan “kasih sayang” dari ayahnya. Ia menjadikan pasangannya sebagai figur ayah sekaligus pasangan. Dampaknya ketika hubungan dengan pasangannya berakhir, ia akan merasa sangat sedih dan hancur.
Seseorang tanpa figur ayah mampu mengalami gangguan emosional seperti depresi, kecemasan dan menjadi pribadi yang sangat sensitif karena rasa kehilangan, kesendirian, dan kesepian yang ia alami. Bahkan dampak yang lebih buruk anak akan sulit diatur, menjadi pembangkang, dan bertindak sesuka hatinya. Oleh karena itu, diperlukannya support system.
Perempuan cenderung emosional dan mudah tersakiti. Pastinya tumbuh tanpa figur ayah adalah hal yang sulit untuk mereka lalui. Menjadi support system untuk mereka adalah salah satu yang dapat kita lakukan untuk mengurangi rasa kehilangan yang ia alami. Terkadang yang mereka butuhkan adalah dukungan emosional. Dengan menjadi support system menyadarkan mereka bahwa masih banyak yang sayang dan peduli kepadanya. Kita sebagai teman, keluarga, juga dapat menjadi pendengar yang baik. Dengarkanlah segala keluhan dan cerita dari mereka. Hadirlah ketika mereka membutuhkan kita. Ajaklah mereka untuk selalu terlibat dalam kegiatan sosial yang positif. Sehingga mereka tidak berlarut dalam kesedihan.
Untuk kamu, perempuan diluar sana yang sedang baca artikel ini, aku tahu bahwa menjalankan hari tanpa figur ayah bukanlah hal yang mudah. Aku pun mengalami kehilangan figur ayah ketika aku memasuki usia yang dewasa. Rasanya seperti “hilang arah”, seperti layangan putus yang seharusnya dikendalikan oleh seseorang kini lepas, terombang-ambing, dan akhirnya terjatuh. Rasa hampa seolah-olah mengambil alih seluruh hidup. Hidup tetapi tidak hidup, seperti itulah keadaannya. Tetapi satu hal yang kamu harus tau bahwa masih banyak yang sayang dan peduli terhadap kamu. Mamamu, adikmu, kakakmu, temanmu, atau aku yang menulis ini. Fokuslah untuk menyayangi mereka. Jangan lupa juga untuk selalu mensupport diri kamu sendiri ya. Peluk dan katakan pada dirimu bahwa kamu merupakan perempuan yang hebat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.