Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Perumpamaan Ilmu dan Tanah

Eduaksi | 2022-01-18 21:52:07
Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh

Beruntunglah kita berada dalam barisan umat Islam. Sebagai agama yang datang langsung dari Allah, Islam membimbing umatnya untuk berilmu.

Dalam Islam kedudukan ilmu sangatlah penting dan utama. Karena semua amalan yang dilakukan tanpa didasari oleh ilmu yang benar, maka amal tersebut pasti ditolak.

Sangking begitu utamanya ilmu, Rasulullah menekankan agar setiap muslim belajar sebagaimana menuntut ilmu itu adalah kewajiban baik laki-laki maupun perempuan.

Dengan melandasinya dengan iman atau berniat karena Allah, maka menuntut ilmu akan mendatangkan hidayah bagi mereka yang ikhlas dan sabar.

Sebuah hadits panjang tentang ilmu dan hidayah dari Abu Musa dari Nabi Muhammad Saw, baginda bersabda,

"Perumpamaan petunjuk (hidayah) dan ilmu yang Allah mengutusku dengan membawanya adalah seperti hujan lebat yang jatuh ke bumi.

Di antara tanah itu ada jenis yang dapat menyerap air sehingga dapat menumbuhkan rerumputan dan tumbuhan yang beragam.

Ada pula tanah yang keras tidak menyerap air hingga tertampungnya air sehingga dapat diminum oleh manusia, hewan ternak dan untuk menyiram tanaman.

Ada juga permukaan tanah yang berbentuk lembah yang tidak dapat menahan air dan juga tidak dapat menumbuhkan tanaman.

Begitulah perumpamaan orang yang belajar agama, memahami agama Allah dan dapat memanfaatkan apa yang aku diutus dengannya, dia mempelajarinya dan mengajarkannya.

Begitu juga perumpamaan orang yang tidak dapat mengangkat derajat (untuk berfikir) dan tidak mau menerima hidayah Allah dengan apa yang aku diutus dengannya (dia umpama tanah yang tidak menampung air dan tidak subur)". (HR Bukhari No: 79)

Berdasarkan sabda Rasulullah Saw diatas kita bisa ambil pelajaran bahwasanya terkait dengan ilmu terdapat tiga kategori manusia:

Pertama; orang yang berilmu, beramal dengan ilmu, dan mengajarkan ilmu tersebut kepada orang lain. Ini seperti tanah yang subur yang bila ditimpa hujan ia menyerap air dan menumbuhkan tumbuhan.

Kedua; orang yang berilmu, kurang dalam amalan, atau kurang memahami ilmu yang dia peroleh, akan tetapi dia tetap menyampaikan ilmu tersebut.

Hal ini seperti tanah yang keras. Ia tidak dapat menyerap air, akan tetapi air yang tertampung itu memberi manfaat kepada makhluk lain.

Ketiga; orang yang berilmu, tetapi tidak berusaha memahami atau menghafalnya, tidak juga beramal dengannya, dan tidak juga berkongsi dengan ilmu itu.

Ia seperti tanah yang tidak subur untuk menumbuhkan tumbuhan, dan tidak juga dapat menampung air. Ilmu itu tidak bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.

Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, “Sebagaimana hujan yang turun akan menghidupkan tanah yang mati, begitu jugalah ilmu agama akan menghidupkan hati yang telah mati."

Jadilah kita kategori pertama, orang yang menerima ilmu, mengamalkan dan menggunakannya untuk mengajar serta memberi manfaat kepada orang lain.

Hendaknya kita senantiasa menjadi tanah seperti ladang ilmu yang darinya tumbuh pohon-pohon yang berbuah lezat. Memberikan manfaat buat manusia dan makhluk Allah. Mengeluarkan darinya dahan-dahan rindang yang dapat menjadi tempat berteduh bagi saudara muslim lainnya. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image