Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ibnu Masri

Mimpi Israel Tentang Gaza Paska Perang

Politik | 2024-05-22 17:37:20
Jalur Gaza menjadi incaran zionis Israel untuk diduduki. Namun hingga hari ke 228 belum ada tanda-tanda Israel dapat menguasai wilayah Jalur Gaza. (sumber: reuters.com)

Tak ada yang bisa memprediksi, sampai kapan agresi Israel ke Jalur Gaza akan berakhir. Terhitung sejak 7 Oktober 2023, per hari Selasa (21/5), pembantaian yang dilakukan Israel di Jalur Gaza memasuki hari ke 228, menewaskan 35.647 orang. Sedangkan korban luka sebanyak 79.852 orang, 70% korban adalah anak-anak dan perempuan. Angka korban belum ditambah dengan 10.000 lebih korban hilang, yang diperkirakan masih tertimbun di bawah reruntuhan rumah yang dibombardir Israel.

Netanyahu sedang berandai-andai, peperangan ini dimenangkan oleh Israel. Faktanya, di lapangan tentara Israel kesulitan dalam menghadapi serangan yang dilancarkan pejuang Palestina. Brigade Izzuddin Al-Qassam, sayap militer Hamas memberikan serangan mematikan, media Ibrani Israel, Haaretz menyebut Hamas menghimpun kembali kekuatannya di utara, setelah lima bulan lalu Israel mengklaim wilayah tersebut telah didemiliterisasi, Sabtu (11/5).

Prediksi Israel meleset, ternyata bagian utara Jalur Gaza memperbarui perlawanannya. Tentara Israel kembali menyerbu utara, namun terlambat, banyak perangkap yang sudah disiapkan. Setiap harinya tentara Israel dilaporkan tewas di utara, mereka tak berdaya menghadapi perang gerilya dari para pejuang Palestina. Israel berkesimpulan, di tengah berkecamuknya perang, ternyata para pejuang Palestina sanggup memproduksi senjata, dan itu terlihat dari ragam senjata dalam serangan masif, hampir di setiap front konfrontasi.

Di bagian selatan Jalur Gaza, Israel sudah menguasai penyeberangan darat Rafah, sejak 7 Mei 2024 lalu. Sejak saat itu, penyeberangan ditutup, tidak ada kontainer bantuan yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza. Zona penyangga Philadelphia 2/3 wilayahnya juga sudah duduki Israel. Zona ini sebagai penyangga Jalur Gaza dan Mesir, yang dalam aturan internasional sebagai wilayah demiliterisasi. Tapi Israel seperti biasa, tidak pernah mengabaikan aturan siapapun.

Tujuan Israel menguasai penyeberangan Rafah untuk memberi efek jera kepada warga, dengan membiarkan kelaparan semakin merajalela dan menekan mereka tidak lagi berpihak kepada Hamas. Karena memasuki delapan bulan pertempuran, tidak seorang pun warga Gaza yang membelot mengkhianati para pejuang Palestina, terutama Hamas.

Disamping itu, selama ini Israel menyimpulkan, bantuan yang masuk dikuasai Hamas, sehingga memprioritaskan kepada para pejuang. Setidaknya ini menjawab pertanyaan Israel, mengapa perlawanan tidak pernah kendor padahal sudah 200 hari lebih diagresi.

Hebatnya perlawanan yang diberikan pejuang Palestina, membuat Israel berfikir adanya pasokan senjata dari luar, dan itu sangat mungkin dimasukkan dari Mesir. Cara menyetopnya tidak lain dengan menduduki zona Philadelphia, walaupun harus berhadapan dengan Mesir, yang menyebut pendudukan zona itu sama artinya mengganggu kedaulatan Mesir. Kemarahan Mesir ini mungkin diwujudkan dengan melayangkan gugatan melawan Tel Aviv, menyusul Afrika Selatan ke Mahkamah Internasional (ICJ) atas tuduhan genosida yang dilancarkan militer Israel di Jalur Gaza, Ahad (12/5).

Terkait siapa yang akan memimpin di Jalur Gaza paska perang. Israel, di tengah kesulitannya menghadapi para pejuang Palestina masih sempat berandai-andai. Dalam skup kecil, paska Israel menduduki Rafah, ada kebingungan siapa yang siap untuk mengontrol penyeberangan darat ini. Tersebutlah Uni Emirat Arab dan Mesir oleh Israel, tapi kedua pihak tersebut menolak permintaan itu. Mesir dan Amerika sepakat untuk menunjuk Otoritas Palestina (OP) menggantikan Hamas di Jalur Gaza, namun Netanyahu menolak, karena OP selama ini tidak pernah mengutuk operasi 7 Oktober yang dilancarkan Hamas.

Opsi lainnya adalah Jalur Gaza kedepannya dipegang secara administratif oleh Amerika dan Uni Eropa, tanpa melibatkan Otoritas Palestina dan tidak pula Hamas. Namun semua masih dalam ranah diskusi. Israel sendiri nampaknya tidak siap menjadikan Jalur Gaza di bawah pemerintahan perangnya, karena itu akan menguras sdm dan keuangannya jauh lebih besar lagi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image