Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Menemukan Kembali Kekuatan Penyembuhan dari Katarsis Komunal

Humaniora | 2024-05-20 11:53:36
Sumber gambar: Shutterstock

Film-film yang menguras air mata, yang kini sudah tidak ada lagi, dulunya memungkinkan terjadinya katarsis komunal dalam kegelapan.

Poin-Poin Penting

· Norma-norma sosial yang dahulu memungkinkan kita mengekspresikan perasaan kita secara kolektif kini telah lenyap.

· Film yang menguras air mata dapat memberikan ruang bagi individu untuk menunjukkan rasa kasih sayang dan kemanusiaannya.

· Kerentanan bersama adalah penangkal ampuh terhadap isolasi kehidupan modern.

Di zaman di mana masyarakat merasa semakin terpolarisasi, marah, dan berada di ambang kekerasan, kebutuhan akan tangisan komunal di depan umum sangatlah penting. Emosi kita terpendam melampaui keyakinan, dan norma-norma sosial yang dulu memungkinkan kita mengekspresikan perasaan secara kolektif kini telah lenyap.

Orang Yunani kuno memahami pentingnya katarsis, pelepasan emosi yang menjaga kesehatan mental dan kewarasan seseorang. Menghadiri teater untuk katarsis dramatis adalah acara komunal biasa yang memungkinkan warga melampiaskan emosi mereka dengan aman dan kolektif.

Seni Pelepasan Emosional yang Hilang

Saat ini, kita mendapati diri kita tidak memiliki saluran pelepasan emosi yang dapat diterima secara sosial. Apa yang terjadi dengan ritual bersama yang dulunya memungkinkan masyarakat melepaskan perasaan terpendamnya di tempat yang aman? Bioskop pernah menjadi teater yang gelap di mana penonton bisa menangis bersama, mengalami katarsis emosional kolektif.

Zaman Keemasan Hollywood menghasilkan seluruh genre yang dikenal sebagai “tear-jerkers”, yang secara andal membuat penonton terisak-isak. Film-film ini menawarkan ruang bagi individu untuk menunjukkan belas kasih dan kemanusiaan mereka, mengingatkan masing-masing orang bahwa mereka secara individu juga layak mendapatkan kasih sayang.

Kekuatan Penyembuhan dari Tangisan Bersama

Pengalaman menangis bersama sangat menyembuhkan. Hal ini memungkinkan kita untuk merasa terhubung dengan orang lain dan menjadi bagian dari umat manusia. Pelepasan emosi yang terpendam melalui tangisan dapat mengurangi stres, meningkatkan mood, dan menumbuhkan rasa memiliki.

Saat kita menangis bersama, kita mengakui kerentanan kita dan membangun ketahanan emosional. Kerentanan bersama ini merupakan penangkal ampuh terhadap isolasi dan fragmentasi yang menjadi ciri kehidupan modern saat ini.

Sentimentalitas memainkan peran penting. Kita secara alami tertarik pada sentimen karena hal itu memanfaatkan kebutuhan kita yang mendalam akan koneksi dan empati. Pengalaman sentimental mengingatkan kita akan kemanusiaan kita bersama dan sifat emosi yang universal. Dengan terlibat dalam sentimen, kita membiarkan diri kita tergerak, merasakan secara mendalam, dan terhubung dengan orang lain pada tingkat yang mendalam dan terkadang bahkan spiritual.

Menemukan Kembali Emosi Kolektif

Mengapa kita lupa bagaimana merasakan sesuatu secara kolektif selain kemarahan? Maraknya media sosial dan siklus berita 24 jam telah berkontribusi pada budaya reaksi instan, peningkatan tekanan darah, dan perdebatan yang terpolarisasi.

Daripada terlibat dalam perdebatan gagasan yang beradab—seperti yang bisa dilakukan oleh para Pendiri Amerika bahkan ketika menghadapi panasnya semangat dan perselisihan yang penuh kekerasan—saat ini kita memilih untuk menggunakan makian dan mencaci-maki seolah-olah mencaci-maki lawan akan lebih berhasil daripada mencoba membujuk. dan memenangkan mereka sesuai dengan sudut pandang Anda.

Pergeseran ini telah mengikis kemampuan kita untuk terlibat dalam hubungan emosional yang bermakna, apalagi berekspresi. Pihak-pihak yang berseberangan bahkan tidak tertarik lagi pada persuasi—perlu banyak usaha jika rasa marah terasa jauh lebih memuaskan bahkan ketika hal itu tidak menghasilkan apa-apa.

Untuk melawan tren korosif ini, kita mungkin menemukan kembali kekuatan katarsis komunal. Sinema memiliki sejarah panjang dalam memfasilitasi pengalaman seperti itu sejak era film bisu dan seterusnya. Film-film Noir yang menguras air mata seperti Casablanca (1942), Mildred Pierce (1945), dan Dark Passage (1947) sangat populer karena memanfaatkan tema emosional yang mendalam tentang cinta, kehilangan, dan penebusan.

Film-film ini menggugah banyak penonton dengan menghadirkan karakter dan situasi kompleks yang mencerminkan perjuangan dan aspirasi mereka selama periode penuh Perang Dunia II.

Kekuatan Pembuat Air Mata Modern

Dalam beberapa tahun terakhir, film seperti The Fault in Our Stars (2014), A Star is Born (2018), dan Marriage Story (2019) meneruskan tradisi yang membuat penontonnya menitikkan air mata. Film-film pengisap air mata modern ini disukai pemirsa karena mereka mengeksplorasi tema-tema universal tentang cinta, kehilangan, dan hubungan antarmanusia. Dengan menggambarkan emosi yang mentah dan autentik, film-film ini mengajak penonton untuk terlibat dalam pengalaman emosional bersama.

The Fault in Our Stars menampilkan kepedihan cinta anak muda saat menghadapi penyakit mematikan, sehingga penonton dapat berempati secara mendalam terhadap perjuangan karakternya. A Star is Born menyelidiki kompleksitas ketenaran, kecanduan, dan hubungan, sehingga menimbulkan respons emosional yang kuat. Marriage Story menggambarkan realitas perceraian yang menyakitkan, menarik pemirsa ke dalam perjalanan intim dan menyayat hati dari para protagonisnya.

Bergerak ke Depan

Untuk menyembuhkan masyarakat kita yang terpecah belah, mengapa tidak memanfaatkan kekuatan tangisan komunal di depan umum?

Dalam ruang pelepasan emosi kolektif, kita dapat terhubung kembali dengan rasa kemanusiaan kita bersama dan memupuk rasa empati dan kasih sayang. Dengan kemampuannya untuk menggerakkan penonton dan memanfaatkan emosi yang mendalam, sinema saat ini kurang dimanfaatkan untuk memfasilitasi pengalaman tersebut.

Pikirkan baik-baik tentang pentingnya sentimentalitas dan hubungan emosional. Dengan membiarkan diri kita merasakan perasaan yang mendalam dan menangis bersama, kita dapat meruntuhkan penghalang yang memisahkan kita untuk menjadi lebih berbelas kasih dan terhubung—tentu saja tidak terlalu terisolasi dan kesepian.

Kekuatan penyembuhan dari tangisan bersama bukan hanya sebuah gagasan nostalgia dari masa lalu namun merupakan elemen penting bagi kesejahteraan emosional kolektif kita.

Kebutuhan untuk berbagi pengalaman emosional seperti menangis secara terbuka di depan umum (jauh lebih baik daripada kemarahan dan penghinaan membabi buta yang dilontarkan oleh pihak yang berlawanan, bukan?) menjadi lebih mendesak dari sebelumnya. Mari kita temukan kembali kekuatan katarsis mereka. Mengakui kerentanan kita dan berhubungan dengan orang lain melalui kekuatan penyembuhan dari air mata dapat menciptakan dunia yang lebih penuh belas kasih di mana kita dapat memberikan, tanpa dendam, sudut pandang lain—dengan asumsi kita menginginkannya.

***

Solo, Senin, 20 Mei 2024. 11:40 am

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image