Paku Sarang Semut (Lecanopteris)
Iptek | 2024-05-18 11:04:10Mendengar kata “sarang semut”, sebagian dari kita mungkin langsung berpikiran tentang rumah atau sarang dari semut yang hidup di suatu tempat. Tapi tahukah kamu, istilah “sarang semut” ternyata juga digunakan untuk menyebut beberapa jenis tumbuhan epifit
Banyak Jenisnya
Sebenarnya terdapat lebih dari satu jenis tumbuhan yang disebut sebagai “sarang semut”, diantaranya dua marga tumbuhan tingkat tinggi (tumbuhan yang berkembang biak dengan biji) anggota dari Suku Rubiaceae (kopi-kopian) yaitu Myrmecodia dan Hydnophytum. Nama Myrmecodia berasal dari bahasa Yunani “myrmekodes” yang berarti "mirip semut" atau "dikerumuni semut", merujuk pada rongga batangnya yang membengkak dan dijadikan rumah oleh semut. Kedua jenis tumbuhan di atas banyak dikenal masyarakat sebagai tumbuhan sarang semut dari Papua. Ekstrak dari tumbuh-tumbuhan tersebut telah banyak diperjualbelikan karena dipercaya memiliki khasiat terutama untuk mengobati kanker, tumor, jantung koroner, TBC, rematik, diabetes hingga leukemia.
Selain kedua jenis tumbuhan tingkat tinggi tersebut di atas, terdapat jenis lainnya yang juga disebut sebagai “sarang semut” yang berasal dari kelompok tumbuhan tingkat rendah (tumbuhan yang berkembang biak dengan spora). Jenis ini merupakan tumbuhan paku atau pakis Marga Lecanopteris yang berasal dari Suku Polypodiaceae. Seperti halnya Myrmecodia dan Hydnophytum, paku sarang semut (Lecanopteris) tersebut juga tumbuh epifit atau menempel pada tumbuhan lain tetapi tidak bersifat merugikan (parasit). Setidaknya terdapat 25 jenis Lecanopteris di seluruh dunia dan 15 jenis diantaranya terdapat di Indonesia (enam jenis diantaranya dilaporkan endemik dari Sulawesi).
Belum Banyak Diketahui Potensinya
Paku sarang semut saat ini mulai diperjualbelikan sebagai tanaman hias karena bentuk rhizomanya yang unik dan berbeda dari rhizoma tumbuhan paku kebanyakan. Rhizoma dari Lecanopteris membengkak dan menjadi rumah bagi koloni semut. Beberapa jenis Lecanopteris juga diketahui dapat menghasilkan nektar yang disukai oleh semut, membuat para semut semakin betah tinggal di batang menjalar tumbuhan paku tersebut. Namun kandungan kimianya belum banyak dilaporkan sehingga pemanfaatannya untuk kesehatan belum sebanyak jenis sarang semut lainnya.
Belum Banyak Dibudidayakan
Meski mulai banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias, belum banyak yang mencoba untuk membudidayakannya. Sebagian besar masih mengambil langsung dari alam, membuat keberadaan di habitat aslinya makin terancam. Padahal, seperti halnya jenis tumbuhan paku lainnya, paku sarang semut dapat dibudidayakan secara generatif dengan menggunakan spora maupun secara vegetatif dengan membagi rhizomanya.
Penulis : Arief Hidayat, Wenni Setyo Lestari dan Deni Sahroni
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.