Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Wenni Setyo Lestari

Belajar Evolusi di Kebun Raya Bali

Wisata | 2024-05-13 12:59:34

Libur semesteran sudah tak lama lagi. Pengin wisata tapi plus edukasi? Yuk kunjungi koleksi tumbuhan paku di Kebun Raya Bali ...

Nggak Cuma Sun, Sea and Sand

Selama ini, Bali dikenal sebagai wisata sun, sea and sand. Padahal, Bali juga punya tempat wisata yang sejuk dan berhawa dingin dibalut kabut macam Kebun Raya “Eka Karya” Bali. Terletak di kawasan Bedugul, Kabupaten Tabanan yang merupakan dataran tinggi kering, kebun raya karya pertama putra bangsa Indonesia seluas 157,5 hektar ini merupakan tempat yang sesuai bagi tumbuh kembang tumbuhan lumut (briofita), likofita dan tumbuhan paku (monilofita).

Koleksi tematik khusus tumbuhan tingkat rendah di Kebun Raya Bali tersebut ditanam di sebuah areal seluas 2 hektar yang diresmikan tahun 1996 dan disebut sebagai Taman Cyathea. Nama Cyathea sendiri berasal dari nama marga salah satu tumbuhan paku pohon yang dominan di kawasan tersebut.

Taman Cyathea, areal khusus untuk koleksi lumut (Briofita), Likofita dan Monilofita di Kebun Raya Bali (Dokumentasi pribadi).

Pertama di Indonesia: Adopsi Klasifikasi Terkini untuk Penataan Koleksi

Kawasan Taman Cyathea berada di kawasan lereng dengan kontur tanah yang miring, membuat penempatan koleksi harus dipertimbangkan dengan baik terutama koleksi yang berukuran kecil. Sebelumnya, koleksi tumbuhan paku di Kebun Raya Bali ditata sesuai estetika, hingga pada tahun 2013 Kebun Raya Bali melakukan penataan ulang dengan menempatkan koleksi tumbuhan paku sesuai dengan sistem klasifikasi terkini yang berlandaskan studi filogeni. Koleksi tumbuhan paku dikelompokkan berdasarkan sukunya, dan penempatan suku kemudian diurutkan mulai dari yang paling primitif sampai yang paling modern berdasarkan hubungan kekerabatannya. Hal tersebut belum pernah dilakukan sebelumnya dan membuat Kebun Raya Bali menjadi kebun raya pertama di Indonesia yang mengadopsi sistem klasifikasi terkini berdasarkan sejarah evolusi guna penataan koleksi.

Pengunjung yang menjelajahi Taman Cyathea dengan mengikuti jalan setapak akan dibawa memahami evolusi salah satu kelompok tumbuhan darat tersebut. Memasuki areal koleksi, di awal perjalanan pengunjung akan melihat berbagai jenis Selaginella yang mewakili kelompok likofita. Menyusul koleksi tumbuhan paku mulai dari suku yang paling primitif yaitu Suku Ophioglossaceae, Psilotaceae, Equisetaceae dan Marattiaceae, diikuti suku-suku selanjutnya secara berurutan dengan penempatan tanaman koleksi di kanan-kiri jalan setapak hingga ke suku yang paling modern di bagian akhir yaitu Suku Polypodiaceae.

Jalan setapak mengelilingi areal koleksi, melewati berbagai suku yang ditata sesuai sejarah evolusi (Dokumentasi pribadi).

Ibarat Jaman Jurasic

Selain likofita dan tumbuhan paku, di kawasan yang sama juga terdapat koleksi tumbuhan lumut. Koleksi lumut ditempatkan dalam sebuah rumah paranet berbentuk dinosaurus Triceratops, salah satu dinosaurus pemakan tumbuhan yang hidup di jaman Cretaceous akhir. Di rumah paranet tersebut, koleksi lumut tumbuh dan hidup menempel di bebatuan yang ditata menyerupai taman.

Rumah paranet dalam tubuh dinosaurus Triceratops untuk koleksi lumut (Briofita) (Dokumentasi pribadi).

Tidak Semua Suku Terwakili

Pada tahun 2016, para ahli tumbuhan paku atau pteridologist dari berbagai belahan dunia yang tergabung dalam Pteridophytes Phylogeny Group menyatakan terdapat 48 suku, 319 marga dan 10.578 jenis tumbuhan paku di seluruh dunia. Tentu saja, tidak semuanya ada di Indonesia. Belum dapat dipastikan berapa jumlah tumbuhan paku yang tumbuh di nusantara, namun 144 jenis tumbuhan paku yang berasal dari 28 suku dan 65 marga diantaranya terwakili di Kebun Raya Bali.

Jadi tunggu apa lagi? Yuk main ke sini ...

Penulis : Wenni Setyo Lestari* dan Arief Hidayat* (*Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi - Badan Riset dan Inovasi Nasional) .

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image