Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nadiah Shafa

Worth It Ga Sih Sekolah Kedokteran Gigi?

Sekolah | 2024-05-18 09:50:19
Ilustrasi dokter gigi. Sumber : halodoc

Menjadi seorang dokter gigi yang memiliki pencapaian karier yang baik mungkin menjadi impian banyak orang . Namun, apakah investasi waktu, usaha, dan biaya yang telah dikorbankan untuk mejadi seorang dokter gigi benar-benar sepadan ? Pertama-tama, perlu diakui bahwa memilih masuk sekolah kedokteran gigi sebagai awal perjalanan karier kedepan adalah keputusan yang memerlukan pertimbangan serius. Dedikasi yang tinggi serta komitmen jangka panjang menjadi nilai-nilai yang harus dimiliki mahasiswa kedokteran gigi.

Di balik suksesnya seorang dokter gigi terdapat kenyataan bahwa perjalanan menuju gelar “drg” tidaklah mudah. Para mahasiswa harus siap menghadapi beban akademik yang cukup berat, kurikulum yang menuntut, dan tentunya jangka waktu studi yang tidak sebentar. Lalu, tau ga sih apa saja fakta di balik sekolah kedokteran gigi ? Yuk kita simak !

Pertama, proses pendidikan yang berlangsung cukup lama. Hal ini menjadi salah satu hal yang sering dipertimbangkan seseorang untuk menempuh pendidikan kedokteran gigi. Pada umumnya sekolah kedokteran gigi akan berlangsung selama 3,5 – 4 tahun untuk masa pre-klinik, selesai menempuh masa pre-klinik mahasiswa tidak langsung menyandang gelar “drg” melainkan “S.KG.” atau Sarjana Kedokteran Gigi. Untuk mendapat gelar “drg” mahasiswa harus menempuh masa Co-ass (Cooperative Assistant) yang berlangsung selama 2 tahun. Tak hanya berhenti disitu saja, untuk mendapatkan gelar drg, seorang mahasiswa kedokteran gigi juga akan melewati serangkaian ujian mulai dari tingkat fakultas hingga nasional. Dan perlu diingat, jika seorang dokter gigi ingin melakukan praktik secara legal maka perlu mengikuti Ujian Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (UKDGI).

Kedua, beban akademik yang cukup berat. Sudah menjadi rahasia umum sepertinya, jika mahasiswa kedokteran gigi akan mengahadapi tuntutan pembelajaran selama masa studinya. Biasanya pada permulaan semester mahasiswa akan mendapatkan materi mengenai ilmu kedokteran dasar, mulai dari pembelajaran anatomi, histologi, mikrobiologi, farmakologi, dan masih banyak lagi. Pada tingkat semester yang lebih tinggi mahasiwa akan mempelajari mata kuliah yang lebih menjurus ke dalam bidang kedokteran gigi, seperti halnya mata kuliah biologi oral, prostodonsia, odontology forensic, dan masih banyak lagi. Sedangkan pada masa pra-klinik atau Co-ass, mahasiswa lebih terfokus untuk melakukan simulasi klinik dan bertindak secara langsung terhadap pasien dengan tetap dalam pengawasan dokter spesialis.

Ketiga, keterampilan klinis. Keterampilan serta kelihaian tangan yang baik memang menjadi salah satu aspek yang dibutuhkan dalam dunia kedokteran gigi. Karena pada fakta di lapangannya, seorang dokter gigi perlu menguasai penggunaan berbagai instrument dan alat medis dengan tepat, seperti dalam melakukan prosedur pengeboran gigi, pencabutan gigi, pembersihan karang gigi, dan penambalan gigi. Dalam melakukan praktik kedokteran gigi, tentu nilai seperti kesabaran, fokus, ketelitian, dan detail yang tinggi perlu diperhatikan, karena mengingat kesalahan sekecil apapun dapat berdampak pada kesehatan dan kenyamanan pasien. Oleh karena itu, latihan rutin dan intensif menjadi salah satu bagian kurikulum yang diajarkan kepada para mahasiswa kedokteran gigi.

Keempat, tantangan finansial. Tantangan finansial juga menjadi hal yang tidak dapat diabaikan selama menempuh pendidikan kedokteran gigi. Tak dapat dipungkiri jika biaya masuk dengan jalur mandiri untuk sekolah kedokteran gigi dapat menyentuh angka puluhan hingga ratusan juta rupiah, hal ini belum termasuk uang semester yang nanti juga harus dibayarkan di setiap permulaan semester baru. Selain itu, terdapat biaya tambahan untuk bahan dan peralatan praktikum yang tidak sedikit, seperti alat kedokteran gigi, bahan medis, serta biaya buku. Tak hanya berhenti di situ saja, biaya hidup selama masa studi juga perlu diperhitungkan, mulai dari kebutuhan makan, akomodasi, transportasi, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, persiapan finansial yang matang menjadi bagian yang amat penting bagi calon mahasiswa yang ingin menempuh sekolah kedokteran gigi.

Empat poin tersebut merupakan gambaran bagaimana fakta-fakta dari sekolah kedokteran gigi. Lalu, worth it ga sih sekolah kedokteran gigi itu ? Nah, penilaian mengenai worth it atau tidaknya, hal ini tergantung bagaimana pandangan tiap individu, karena setiap orang pasti memiliki kemampuan, minat, dan prioritas yang berbeda dalam hidupnya. Mungkin, beberapa orang akan menilai sekolah kedokteran gigi ini worth it, karena dunia kedokteran gigi menawarkan stabilitas karier, prospek penghasilan yang tinggi, dan memberikan peluang untuk berkontribusi secara nyata dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien. Namun, mungkin sebagian orang juga akan berpendapat sebaliknya mengenai hal tersebut. Maka dari itu, pertimbangan yang matang sebelum memutuskan jurusan di bangku kuliah perlu dilakukan agar tidak terjadi penyesalan di tengah jalan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image