Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Edu Sufistik

Jadilah Kutrubul Lail

Agama | 2024-05-17 17:50:00

Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie

(Founder Edu Sufistik)

Seorang santri memiliki kebiasaan unik, yaitu sebelum waktu shalat subuh tiba, ia sudah nongkrong di depan pintu rumah gurunya, Imam Sibawaih, ulama pakar ilmu Nahwu dan Bahasa Arab. Ia lakukan kebiasaan unik itu setiap hari. Tanpa pernah alpa kecuali sakit. Pertanyaannya, ngapain santri tersebut sudah nongkrong di depan pintu rumah gurunya setiap dini hari sebelum subuh? Ternyata, santri itu merasa belum cukup belajar kepada gurunya dalam forum-forum halaqah. Ia merasa mesti “mencuri” waktu gurunya untuk mengunduh ilmu lebih banyak.

Santri itu berpikir waktu yang tepat adalah perjalanan dari rumah sang guru ke masjid. Rupanya jarak dari rumah Imam Sibawaih ke masjid cukup jauh. Limit waktu antara rumah ke masjid inilah yang ingin dimanfaatkan santri itu untuk mengunduh ilmu gurunya. Karena itulah, sebelum subuh tiba, santri itu sudah nongkrong di depan pintu rumah gurunya. Karena, gurunya berangkat ke masjid sebelum waktu subuh tiba.

Karena kebiasaan keluar malam itulah, santri itu dijuluki oleh gurunya, “kutrubul lail” (binatang malam). Namun, tentu saja istilah ini dimaksudkan dalam konteks positif. Yakni, masih gelap malam, tapi sudah keluyuran ke rumah gurunya untuk mengunduh ilmu. Inilah bukti kesungguhan dan kecintaannya kepada ilmu. Sampai-sampai santri itu berpikir mesti “mencuri” waktu gurunya. Selama perjalanan dari rumah ke masjid, ia manfaatkan untuk banyak bertanya seputar ilmu. Santri itu adalah Imam Abu Ali Muhammad, seorang ulama pakar bahasa Arab.

***

Nak, setelah keikhlasan niat dan kesalehan, adab menuntut ilmu selanjutnya adalah bersungguh-sungguh. Going the extra mile. Melakukan lebih daripada para pelajar umumnya lakukan. Melawan rasa malas, bosan, dan jenuh untuk terus bersentuhan dengan ilmu. Yang pada akhirnya menumbuhkan kecintaan kepada ilmu.

Kesungguhan adalah salah satu syarat utama keberhasilan dalam belajar atau menuntut ilmu. Seringkali kesungguhan lebih berperan daripada kecerdasan. Banyak pelajar dengan kecerdasan rata-rata, namun bisa melampaui pelajar dengan kecerdasan di atas rata-rata karena kesungguhan belajar yang luar biasa. Berlelah-lelah dalam menuntut ilmu, inilah yang sangat bernilai di sisi Allah. Dan, inilah sebab turunnya hidayah ilmu.

Nak, ketahuilah Allah mensyaratkan turunnya hidayah ilmu dengan adanya kesungguhan. Al-Qur’an menerangkan, “Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut [29]: 69).

Inilah yang diteladankan oleh para ulama terdahulu. Nak, saksamailah oleh kalian bagaimana kesungguhan para ulama terdahulu dalam menuntut ilmu. Mereka mengembara dan menjelajah berbagai negeri untuk berguru kepada para ahli ilmu. Simaklah Imam Al-Bukhari yang menjelajah berbagai negeri demi mempelajari dan menemukan hadis untuk kemudian menelitinya. Resapilah lamanya jam belajar Imam An-Nawawi dalam sehari. Tidak kurang dari 16 jam.

Karena itu, setelah meluruskan niat dan menghiasi diri dengan kesalehan, maka kokohkanlah perjalanan kalian dalam menuntut ilmu dengan kesungguhan. Semoga Allah menganugerahkan kepada kalian ilmu dan hikmah dari sisi-Nya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image