Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. H. Dana, M.E.

Fenomena Prioritas Mencantumkan Penulis Luar dalam Publikasi Karya Ilmiah

Pendidikan dan Literasi | 2025-01-15 19:32:25

Oleh: Dana

Di dunia akademik, publikasi jurnal merupakan salah satu indikator penting untuk menilai kualitas penelitian dan kontribusi seorang akademisi. Namun, belakangan ini muncul fenomena di mana beberapa pengelola jurnal di Indonesia memberikan prioritas atau syarat kepada artikel yang akan diterbitkan untuk mencantumkan penulis luar negeri. Penulis luar negeri bisa diambil dari mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri maupun akademisi asing. Praktik ini bertujuan untuk meningkatkan citra jurnal dalam memperluas cakupan internasionalnya. Padahal, banyak jurnal internasional bereputasi (Q1) tidak mensyaratkan adanya kolaborasi dengan penulis dari negara lain. Artikel yang mereka terbitkan sering kali berasal dari satu penulis atau kelompok penulis yang berada di negara yang sama. Bahkan, penulis Indonesia sering kali berhasil mempublikasikan artikelnya secara mandiri atau berkolaborasi dengan sesama akademisi dalam negeri tanpa melibatkan penulis luar, selama kualitas penelitian memenuhi standar yang ditetapkan.

Kebijakan prioritas terhadap penulis luar negeri di beberapa jurnal Indonesia, meskipun didasari niat baik untuk meningkatkan reputasi jurnal, menimbulkan sejumlah permasalahan yang secara tidak langsung mempengaruhi keadilan, integritas, dan persepsi terhadap kualitas akademik di dalam negeri, di antaranya:

1. Ketimpangan Produktivitas Karya Ilmiah.

Kebijakan beberapa pengelola jurnal di Indonesia yang mewajibkan mencantumkan penulis luar negeri telah menciptakan ketimpangan produktivitas antara mahasiswa yang menempuh pendidikan di luar negeri dan mahasiswa dalam negeri. Mahasiswa Indonesia yang baru memasuki semester awal di luar negeri sering kali diikutsertakan sebagai penulis dalam artikel ilmiah, semata-mata untuk memenuhi syarat sebagai "penulis luar negeri." Dalam banyak kasus, mereka dapat terlibat dalam dua hingga tiga artikel ilmiah hanya dalam satu semester. Jika pola ini terus berlanjut selama masa studi, mahasiswa luar negeri dapat memiliki lebih dari 12 artikel terpublikasi dalam empat tahun, meskipun kontribusi mereka terhadap penelitian sering kali tidak ada. Sebaliknya, mahasiswa dalam negeri biasanya baru menghasilkan karya ilmiah pada semester akhir, yaitu dalam bentuk skripsi, yang belum tentu diterbitkan dalam jurnal. Perbedaan ini menciptakan kesan bahwa mahasiswa yang menempuh pendidikan di luar negeri lebih produktif dalam menghasilkan karya ilmiah. Padahal, produktivitas tersebut sebagian besar didorong oleh kebijakan yang bias, bukan oleh upaya atau kualitas akademik yang sebenarnya.

2. Persepsi Superiority Lulusan Luar Negeri.

Dalam jangka panjang, fenomena ini memperkuat stigma bahwa lulusan luar negeri memiliki kualitas yang lebih unggul dibandingkan lulusan dalam negeri. Hal ini dibuktikan dari jumlah karya ilmiah yang dihasilkan, di mana lulusan luar negeri tampak lebih produktif karena lebih sering terlibat dalam publikasi, meskipun kontribusi tidak ada. Kebijakan ini menumbuhkan pandangan yang tidak adil terhadap lulusan dalam negeri, yang kerap kali dipandang kurang mampu atau kurang produktif hanya karena tidak memiliki publikasi ilmiah. Akibatnya, reputasi akademik mereka terpinggirkan. Pada akhirnya, praktik ini tidak hanya merugikan mahasiswa dalam negeri, tetapi juga melemahkan upaya membangun kepercayaan terhadap kualitas akademik dalam negeri.

3. Ketidakadilan terhadap Penulis Utama.

Dalam banyak kasus, penulis utama yang telah menginvestasikan waktu, energi, dan dana untuk menyusun artikel ilmiah. Namun, untuk memenuhi syarat tertentu, nama penulis luar negeri sering kali ditambahkan tanpa kontribusi nyata. Praktik ini jelas tidak adil bagi penulis utama yang telah bekerja keras, sementara pihak lain hanya "menumpang nama" tanpa memberikan kontribusi apapun. Hal ini juga menciptakan beban tambahan bagi penulis utama, baik secara finansial maupun moral.

4. Manipulasi dalam Penulisan.

Fenomena ini juga menimbulkan isu etika dalam akademik, yaitu manipulasi penulisan. Menyematkan nama seseorang yang tidak berkontribusi sama sekali dalam penelitian bertentangan dengan prinsip-prinsip integritas ilmiah. Penulis luar negeri sering kali tidak terlibat dalam proses penelitian maupun penulisan. Keberadaan nama mereka semata-mata untuk memenuhi kebijakan jurnal yang mengutamakan kolaborasi internasional. Jika praktik ini dibiarkan, kepercayaan terhadap validitas dan integritas karya ilmiah dapat berkurang.

5. Bias Publikasi terhadap Peluang Kerja.

Data artikel ilmiah yang dipublikasikan oleh mahasiswa atau akademisi kini dapat tersimpan dalam database. Database ini menjadi referensi penting yang mencatat karya seseorang. Fortofolio mahasiswa lulusan luar negeri akan tercatat lebih produktif dibandingkan mahasiswa lulusan dalam negeri. Mahasiswa lulusan luar negeri yang memiliki banyak artikel ilmiah yang terpublikasi di jurnal internasional akan lebih mudah terlihat memiliki kontribusi di dunia akademik. Keuntungan ini tidak hanya berdampak pada reputasi akademik, tetapi juga dapat mempengaruhi peluang kerja dalam seleksi pekerjaan, seperti penerimaan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil). Pencatatan karya ilmiah dalam database dapat memberikan bukti konkrit atas produktivitas dan kualitas meskipun belum tentu lebih berkualitas dari pada mahasiswa lulusan dalam negeri.

Fenomena prioritas mencantumkan penulis luar negeri dalam publikasi jurnal ilmiah di Indonesia mencerminkan tantangan yang kompleks dalam dunia akademik. Meskipun bertujuan untuk meningkatkan reputasi jurnal, praktik ini berpotensi menciptakan ketidakadilan dan memperkuat stigma superioritas lulusan luar negeri. Selain itu, kebijakan ini dapat merugikan mahasiswa dan akademisi dalam negeri yang sebenarnya memiliki potensi besar tetapi kurang dihargai akibat bias sistemik yang ada. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi lebih jauh terhadap kebijakan tersebut, sehingga publikasi jurnal tidak hanya menjadi ajang meningkatkan citra tetapi juga wadah yang benar-benar mencerminkan kualitas dan integritas ilmiah.

Wallahu a’lam bish-shawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image