Uang Kertas versus Dinar Dirham
Ekonomi Syariah | 2024-05-16 14:43:41Rupiah melemah. Pertanda bahwa kondisi ekonomi negeri ini tidak baik-baik saja. Bahkan kali ini dikatakan rupiah telah kritis, melewati batas ambang psikologis.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar memang sedang anjlok hingga Rp.16.000 per dolar AS. Benar-benar berada dalam level terendah. Negara kaya sumber daya alam ini harus dipaksa kalah di hadapan negara imperialis yang sejatinya tidak memiliki apapun. Dunia keseluruhan memang telah berada dalam genggaman imperialisme AS. Penyebab pertama rupiah melemah karena inflasi di AS yang tidak menurun bahkan terus meningkat.
Dolar AS memang menguasai transaksi global sehingga bisa mempengaruhi perokonomian dunia. Sebagai negara adidaya di dunia saat ini, AS mempunyai wewenang untuk memberikan sanksi secara ekonomi kepada negara-negara lain. Semua itu karena keberhasilanya menjadikan dolar sebagai alat penjajahan ekonomi.
Jika rupiah melemah maka harga-harga barang kebutuhan pasti melambung tinggi. Daya beli masyarakat akan berkurang hingga industri dan pabrik akan gulung tikar. Tentu saja akan diikuti PHK besar-besar. Angka pengagngguran dan kemiskinan pun meningkat. Sementara rakyat terus dibebani dengan kenaikan bayar pajak, iuran BPJS, BBM, Listrik, PDAM. Belum lagi biaya sekolah berikut buku, seragam, buku, dan lain- lain.
Penjajahan ekonomi berupa standarisasi moneter global dengan dolar tanpa cadangan emas yang menyebabkan dunia mengalami siklus krisis. Karena mata uang kertas jelas tidak memiliki nilai intrinsik sehingga nilainya tidak terjaga. Begitu mudah terkena krisis karena tidak ditopang oleh cadangan emas. Keunggulan sistem mata uang Dinar dan Dirham telah terbukti mampu membawa kemajuan peradaban Islam pada masa kejayaannya.
Maka benarlah jika sistem ekonomi Islam menjadikan Dunar dan Dirham, yakni emas dan perak sebagai mata uang yang berlaku di negara Islam, bahkan di seluruh dunia. Karena mata uamg emas dan perak adalah mata uang anti krisis. Tidak seperti mata uang kertas dalam sistem ribawi saat ini yang begitu rapuh dan rentan mengalami krisis ekonomi.
Sejatinya seorang muslim harus tetap kukuh menggenggam akidah Islam dan syari'atnya, berupaya membumikan sistem ekonomi Islam termasuk pemberlakuan dinar dan dirham sebagai alat tukar. Sistem ekonomi Islam tidak bisa diterapkan kecuali dengan tegaknya sistem Islam. Penggunaan Dinar dan Dirham sebagai mata uang pun membutuhkan otoritas dari sebuah negara yang disegani dunia internasional sehingga bisa menggeser dolar serta melawan hegemoni Kapitalisme global. Saatnya sistem Islam kembali memimpin dunia sebagaimana masa kejayaannya yang gemilang. Wallahu a'lam bish-shawwab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.