Trauma Psikis Relawan Medis Pada Penanganan Bencana di Indonesia: Bagaimana Cara Menanganinya?
Eduaksi | 2024-05-03 08:21:40Di tengah gemuruh bencana alam yang melanda terutama di Indonesia, ada sekelompok pahlawan yang tak pernah terlihat. Mereka adalah para relawan kesehatan, yang dengan penuh keberanian dan kegigihan berjuang di garis depan untuk menyelamatkan para korban yang terdampak. Namun, di balik sorotan cahaya, tersembunyi sebuah kisah gelap yang sering terlupakan: dampak traumatis yang para tenaga kesehatan alami sebagai akibat dari pengalaman tersebut.
Bencana alam sering kali tidak hanya merusak fisik, tetapi juga meninggalkan luka yang dalam di dalam jiwa. Para tenaga kesehatan, yang telah terlatih untuk menangani situasi kritis, tidak luput dari dampak psikologis yang menghantui. Mereka menjadi saksi langsung dari penderitaan dan kehilangan, terpapar pada situasi yang penuh tekanan dan keputusasaan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan trauma psikis yang serius.
Dalam konteks bencana, para relawan kesehatan sering dihadapkan pada keterbatasan yang menguji batas kemampuan mereka. Mereka mungkin harus bekerja dalam kondisi yang kurang tidur, kekurangan sumber daya, dan tekanan waktu yang sangat besar. Situasi ini dapat menyebabkan perasaan putus asa dan kelelahan yang mendalam, bahkan pada individu yang paling tangguh sekalipun.
Selain itu, mereka juga sering kali harus menghadapi pemandangan yang menghancurkan secara emosional, seperti menyaksikan korban yang menderita atau bahkan meninggal dunia. Menghadapi penderitaan manusia secara langsung dapat meninggalkan bekas yang tak terhapuskan dalam pikiran dan jiwa mereka.
Dalam konteks bencana, para relawan kesehatan sering dihadapkan pada keterbatasan yang menguji batas kemampuan mereka. Mereka mungkin harus bekerja dalam kondisi yang kurang tidur, kekurangan sumber daya, dan tekanan waktu yang sangat besar. Situasi ini dapat menyebabkan perasaan putus asa dan kelelahan yang mendalam, bahkan pada individu yang paling tangguh sekalipun.
Selain itu, mereka juga sering kali harus menghadapi pemandangan yang menghancurkan secara emosional, seperti menyaksikan korban yang menderita atau bahkan meninggal dunia, menyaksikan bagaimana keluarga korban menangis tersedu-sedu karena kehilangan keluarganya. Menghadapi penderitaan manusia secara langsung dapat meninggalkan bekas yang tak terhapuskan dalam pikiran dan jiwa mereka.
Thormar (2010) menjelaskan bahwa terdapat dampak buruk pada fisik dan kesehatan mental relawan bencana. Apalagi terjadi peningkatan dampaknya terhadap sukarelawan dibandingkan dengan yang dialami oleh pekerja penyelamat professional telah terungkap dengan identifikasi dengan korban sebagai teman, keparahan paparan terhadap peristiwa mengerikan selama pekerjaan bencana, dan kurangnya dukungan sosial pascabencana sebagai prediktor terkuat yang ditemukan (Thormar dkk., 2010).
Untuk membantu para relawan kesehatan mengatasi trauma psikis, ada beberapa langkah yang dapat diambil:
Pendidikan dan Pelatihan: Memberikan pendidikan dan pelatihan tentang kesehatan mental dan koping strategi sebelum misi bencana dapat membantu para relawan mempersiapkan diri secara mental dan emosional.
Dukungan Psikologis: Menyediakan akses mudah ke layanan konseling dan dukungan psikologis yang profesional dapat membantu para relawan dalam memproses pengalaman traumatis mereka dan mengembangkan strategi untuk mengatasi stres.
Jaringan Dukungan: Membangun jaringan dukungan antara sesama relawan dapat memberikan ruang bagi mereka untuk berbagi pengalaman dan emosi mereka, serta saling memberikan dukungan dan dorongan.
Istirahat dan Pemulihan: Penting untuk memastikan bahwa para relawan memiliki waktu istirahat yang cukup dan kesempatan untuk memulihkan diri mereka sendiri. Ini termasuk memastikan rotasi shift yang seimbang dan menyediakan fasilitas untuk relaksasi dan rekreasi.
Para relawan kesehatan adalah pilar penting dalam upaya penanggulangan bencana, namun seringkali pengorbanan dan penderitaan yang mereka alami tidak terlihat oleh banyak orang. Dampak trauma psikis dari pengalaman bencana dapat merusak kesehatan mental dan kesejahteraan mereka.
Dengan menyediakan dukungan dan sumber daya yang memadai, kita dapat membantu para relawan kesehatan untuk mengatasi trauma psikis mereka dan tetap kuat di tengah-tengah tantangan yang mereka hadapi. Hanya dengan peduli dan mendukung satu sama lain, kita dapat melangkah maju menuju pemulihan yang lebih baik bagi semua.
Artikel ini ditulis oleh Fadhilah Mahrus Tauhid (Universitas Airlangga).
Thormar, S. B., Gersons, B. P. R., Juen, B., Marschang, A., Djakababa, M. N., & Olff, M. (2010). The mental health impact of volunteering in a disaster setting: A review. In Journal of Nervous and Mental Disease (Vol. 198, Issue 8, pp. 529–538). https://doi.org/10.1097/NMD.0b013e3181ea1fa9
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.