Alam ini adalah Titipan, Maka Hendaklah Manusia Menjaga dan Melestarikannya
Agama | 2025-12-08 12:46:19
Akhir-akhir ini banyak berita tentang bencana alam, salah satunya adalah daerah Sumatera yang sedang dilanda banjir dan tanah longsor. Bencana alam merupakan peristiwa yang tidak dapat dihindari oleh manusia, tetapi bisa untuk dicegah. Manusia tinggal di muka bumi ini juga atas izin Allah, jadi, untuk menunjukkan rasa syukur, manusia hendaklah menjaga alam yang sudah ditempati.
Alam semesta ini sangat luas dan perlu kesadaran penuh dalam menjaga serta melestarikannya. Banyak kehidupan yang tinggal di bumi ini, bukan hanya manusia tetapi hewan dan tumbuhan lainnya. Tetapi, sebagai makhluk yang berakal dan diberi kecerdasan, hendaklah manusia itu menjaga alamnya demi kebaikan dan keselamatan untuk sesama makhluk Allah.
Allah berfirman, “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengannya Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di dalamnya semua jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti” (Q.S Al-Baqarah : 164).
Ayat diatas menjelaskan bahwa bumi yang luas ini, Allah menciptakannya untuk kebermanfaatan bagi makhluk-Nya. Allah sudah menciptakan segala sesuatu baik yang ada di bumi maupun di langit sebagai bentuk dalam susunan yang sempurna. Maka sepatutnyalah sebagai makhluk yang berakal, kita hendak mensyukuri dan menjalankan perintah dari yang Maha Kuasa. Keyakinan yang kita punyalah yang membuat kita sadar akan kebesaran dan kekuasaan dari Allah SWT.
Allah berfirman, “(Begitu juga ada tanda-tanda kebesaran-Nya) pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan? di langit terdapat pula (hujan yang menjadi sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu” (Q.S Adz-Dzariyat : 21-22).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kebesaran Allah yang ada di langit dan bumi merupakan rezeki yang diberikan untuk makhluknya yang senantiasa yakin dan bersyukur atas segalanya. Rezeki yang datang tidak hanya berupa harta saja, tetapi bisa saja berupa sinar matahari yang menghangatkan, angin sepoi-sepoi serta hujan yang menyuburkan tanah dan tanaman. Segala bentuk kebaikan yang diberikan oleh Allah SWT adalah rezeki yang berlimpah kepada manusia, jadi manusia harus menjaganya.
Allah berfirman, “Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan (menciptakan pula) bumi seperti itu. Perintah-Nya berlaku padanya agar kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu” (Q.S At-Thalaq : 12) dan “Dialah (Allah) yang menciptakan segala yang ada di bumi untukmu, kemudian Dia menuju ke (penciptaan) langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S Al-Baqarah : 29).
Jelas sekali Allah sudah mengatur segalanya bahkan Allah mengetahui segala perbuatan manusia. Langit tempat turunnya hujan pun sudah diatur oleh Allah bahkan segala sesuatu yang ada di bumi juga sudah di tentukan oleh Allah. Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh manusia untuk bisa menjaga alam ini, bisa saja dengan menanam sebuah pohon seperti yang tertera dalam sebuah hadist, “Tidaklah seorang muslimpun yang bercocok tanam atau menanam satu tanaman lalu tanaman itu dimakan oleh burung atau manusia atau hewan melainkan itu menjadi sedekah baginya” (HR. Bukhari).
Banyak makhluk yang merasa bermanfaat jika bumi terjaga dan terlestarikan. Berarti, jika kita menjaga alam ini, kita tidak hanya melindungi dan menyelamatkan manusia saja, tetapi juga menyelamatkan makhluk lain yang ada di muka bumi ini. Tetapi, begitu juga sebaliknya, jika manusia merusak alam, maka banyak makhluk yang akan dirugikan, seperti manusia akan mengalami bencana alam seperti banjir dan tanah longsor serta para hewan juga akan kehilangan sumber makanan dan tempat tinggalnya.
Di era sekarang, banyak penebangan liar di hutan yang membuat penyerapan air Ketika hujan semakin berkurang, akibatnya, air yang tidak tertampung lagi oleh pepohonan akan menyebabkan banjir jika terjadi hujan yang deras. Begitu juga dengan para hewan akan kehilangan tempat tinggal mereka. Kerusakan-kerusakan inilah yang banyak disebabkan oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, seperti tertera dalam hadist, “Janganlah kamu merusak alam, sebab itu adalah tindakan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Larangan dalam merusak alam bukan hanya didalam hadis saja tetapi sangat jelas tertera dalam Al-Quran, Allah berfirman, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Q.S Ar-Rum : 41).
Tangan manusialah yang merusak alam demi kepentingannya sendiri, jadi ketika bencana alam datang juga, maka manusia bertanggung jawab juga atas bencana itu karena tidak menjaga alamnya. Allah juga berfirman, “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik” (Q.S Al-A’raf : 56).
Maka hendaklah sebagai manusia yang bertanggung jawab dan bersyukur atas segala pemberian dari Allah, kita harus menjaga dan melestarikan alam semesta ini seperti, tidak menebang pohon sembarangan justru kita harus melakukan reboisasi, tidak membuang sampah sembarangan malahan menggantinya dengan mendaur ulang sampah agar lebih berguna dan senantiasa menyayangi dan menjaga lingkungan sekitar, karena lingkungan yang sehat dan baiklah yang membuat kita merasa nyaman dan aman.
(Penulis : Serli, Mahasiswi Jurusan Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
