![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/nab6evx1ef-740.jpg)
Problematika Koalisi Dalam Alam Presidensial Ala Indonesia
Politik | 2024-04-20 05:38:32![](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/240420053438-298.jpg)
koalisi itu mestinya bertahan dari awal hingga akhir. Kalau mau sistem pemerintahan kuat, maka koalisi mestinya bisa bertahan dari awal hingga akhir pemerintahan.
Di luar negeri, koalisi antar partai itu diatur oleh kontrak politik. Jadi, tidak ada alasan bagi anggota koalisi untuk meninggalkan koalisi berkuasa.
Persoalan mendasar kepartaian di Indonesia adalah tidak adanya basis ideologi, tidak mengakar ke massa, dan tidak punya garis politik. Selain itu, sebagian besar parpol di Indonesia bersandar pada kekuasaan dan modal sebagai jalan membangun partai.
Akibatnya, parpol akan selalu berusaha masuk ke dalam kekuasaan, supaya bisa mengakses jaringan kekuasaan dan uang. Sementara, pada sisi yang lain, parpol itu tidak mau citranya rusak di hadapan publik.
Ada Sebuah Partai Politik Yang berusaha menggabungkan islamisme dan populisme (atau bahkan Nasionalisme Dan Populisme), mengikatkan diri dalam sebuah koalisi neoliberal. Sudah bisa dipastikan Partai akan menjadi kutu-loncat: dalam situasi normal ia akan bertahan di koalisi, sedangkan di suatu krisis ia akan menjadi oposisi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.