Politik (Fantasi) dan (Pesta) Demokrasi
Politik | 2024-04-19 21:36:58Politik dan Pesta (demokrasi)
Gelombang politik kita semakin membesar. Terkhusus sebelum dan sesudah pilpres/pileg kemarin hingga pilkada nanti. Dalam wacana di warkop dan perjamuan, pembicaraan berisi siapa calon pemimpin daerah. Padahal untuk peralihan presiden juga belum.
Memang, dari tingkat lokal ke tingkat regional, Politik telah terlanjur dianggap sebagai panglima dalam hirarki sosial kita. Untuk sebagian pemilik kapital, idiom ini akan menjadi pijakan, episentrum untuk memperbesar pengaruh dan jejaring bisnis.
Jadilah politik hanya murni demi kepentingan rendah. Politik tipe ini tidak akan mencapai visi yang pernah dan ingin dicapai oleh pendiri bangsa atau indatu kita terdahulu.
Politik macam ini (kepentingan rendah) akan menafikan bangsa dan bahkan agama. Kata pesta" demokrasi yang sering dibahasakan oleh media sebenarnya hanyalah bagian dari corong fantasi dalam realisme sosial kita yang semrawut.
Bisa jadi, ini hanya pesta untuk kesenangan sebagian orang. Atau ini hanya pesta yang tak dihidupkan dengan edukasi dan pembelajaran panjang. Hingga pesta hanya pesta. Kesenangan sehari. Dan ingat...ratusan korban yang wafat lima tahun lalu dari pihak kpps?
Orang orang tertentu menggadaikan suara dan jumlah KK nya dengan beberapa ratus ribu untuk pesta ini. Bernisbah pada politik yang fantasi dan tanpa visi.
Pola demikian telah sistemik dan menjadi akut. Sejatinya ia telah menjadi pemyakit sosial dalam cara kita membangun demokrasi.
Kenyataan politik suara dan demokrasi yang mahal ini sekaligus menjadi indikasi jurang ketimpangan di.masyarakat. Bisa jadi untuk masyarakat yang sejahtera, egaliter dan mandiri, tentu akan mudah bagi mereka untuk bersikap rasional untuk satu kepentingan yang panjang.
Namun karena wajah masyarakat kita adalah sebaliknya, maka politik fantasi yang menawarkan kamuflase akan tetap laris. Seakan keadaan ini mafhum untuk dilanggengkan agar si pemilik kapital (eko-sosio-politik) bisa terus mendominasi. Dan masyarakat banyak hanya menuai fantasi kemakmuran dan kesejahteraan.
Jangan sampai kita menjadi masyarakat yang disindir dalam Alquran: Bilamana Allah swt Berkehendak (karena salah kita sendiri) maka Dia akan mengutus para pembesar kaum (elite) untuk membuat kerusakan di negeri itu. Maka hancurlah negeri itu sehancur hancurnya. Semoga manfaat.
Wassalam
Taufik sentana Blogger dan konsultan SDM Penulis Buku 99 Inspirasi Bahagia
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.