Menuju Kesetaraan: Membangun Akses dan Partisipasi Kelompok Rentan dalam SDGs
Edukasi | 2024-04-19 13:41:18Dalam upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), kelembagaan dihadapkan pada tantangan yang signifikan dalam meningkatkan akses dan keterlibatan kelompok rentan. Kelompok ini, termasuk perempuan, anak-anak, penyandang disabilitas, masyarakat adat, dan mereka yang tinggal di daerah terpencil atau miskin, sering kali mengalami kesulitan dalam mengakses layanan dan sumber daya penting serta terbatasnya partisipasi mereka dalam pembangunan. Kendala ini tidak hanya menghambat kemampuan negara untuk mencapai SDGs, tetapi juga menantang prinsip kesetaraan dan keadilan dalam pembangunan global.
1. Tantangan Akses: Kendala Struktural
Salah satu hambatan utama adalah memberikan akses yang merata kepada sumber daya dan layanan bagi kelompok rentan. Ini memerlukan penyelesaian hambatan-hambatan struktural yang telah menjadi bagian dari masyarakat. Sebagai contoh, di daerah pedesaan, akses terhadap layanan kesehatan sering kali terbatas bagi perempuan karena kurangnya fasilitas kesehatan yang terjangkau dan kendala transportasi. Demikian pula, biaya sekolah yang tinggi atau kurangnya infrastruktur pendidikan di daerah miskin menghalangi anak-anak dari keluarga tersebut untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Menurut laporan UNICEF "State of the World's Children 2022", lebih dari 303 juta anak di seluruh dunia tidak menghadiri sekolah, dengan sebagian besar dari mereka berada di negara-negara berkembang. Sekitar 60% dari jumlah tersebut adalah perempuan. Fakta ini menyoroti masalah akses yang masih dihadapi, khususnya anak perempuan di negara-negara dengan tingkat kemiskinan yang tinggi.
2. Tantangan Keterlibatan: Hambatan Sosial dan Budaya
Selain masalah akses, lembaga-lembaga juga dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan keterlibatan kelompok rentan dalam proses pembangunan. Mereka sering kali menghadapi hambatan sosial dan budaya yang menghambat partisipasi aktif. Contohnya, norma-norma sosial dapat membatasi perempuan untuk berpartisipasi dalam forum komunitas atau pertemuan penting. Begitu juga, stigma terhadap penyandang disabilitas dapat menghalangi mereka dari terlibat dalam kegiatan masyarakat.
Menurut "Human Development Report 2022" yang dipublikasikan oleh UNDP, lebih dari satu miliar orang di dunia hidup dengan disabilitas. Namun, sebagian besar dari mereka mengalami hambatan dalam akses terhadap pekerjaan, pendidikan, layanan kesehatan, dan partisipasi dalam masyarakat. Ini menunjukkan bahwa masih ada ketidaksetaraan dalam keterlibatan dan akses bagi penyandang disabilitas di berbagai negara.
Relevansi dengan SDGs: Mengatasi Ketidaksetaraan
Tantangan meningkatkan akses dan keterlibatan kelompok rentan memiliki dampak langsung terhadap pencapaian SDGs. Sebagai contoh, akses yang terbatas terhadap layanan kesehatan dapat menghambat pencapaian target kesehatan yang ditetapkan dalam SDG 3.
Demikian pula, keterbatasan dalam akses pendidikan dapat menghambat pencapaian target pendidikan dalam SDG 4.
Solusi dan Langkah-langkah Menuju Perubahan
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang terintegrasi dan kolaboratif dari berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah harus memprioritaskan investasi dalam infrastruktur dasar seperti layanan kesehatan, pendidikan, dan transportasi yang dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Ini melibatkan alokasi anggaran yang memadai dan kebijakan inklusif yang memperhitungkan kebutuhan khusus kelompok rentan.
Selain itu, perlu ditingkatkan partisipasi aktif kelompok rentan dalam proses pembangunan. Hal ini dapat dilakukan melalui pendekatan yang berbasis hak, termasuk hak untuk berbicara, didengar, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka. Mendorong keterlibatan kelompok rentan dalam perumusan kebijakan, perencanaan program, dan evaluasi program merupakan langkah penting menuju pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Jadi kesimpulannya, SDGs nomor yang terkait dengan upaya meningkatkan akses dan keterlibatan kelompok rentan adalah SDG nomor 1 (Tidak Ada Kemiskinan), SDG nomor 3 (Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan), dan SDG nomor 4 (Pendidikan Berkualitas). Selain itu, upaya ini juga berkontribusi terhadap pencapaian SDG nomor 5 (Kesetaraan Gender) dan SDG nomor 10 (Pengurangan Ketidaksetaraan). Meningkatkan akses dan keterlibatan kelompok rentan adalah bagian integral dari upaya mencapai pembangunan berkelanjutan. Dengan mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh kelompok rentan, kita dapat memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam perjalanan menuju masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tugas bersama bagi semua pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Artikel opini ditulis oleh: Ningrum Nurissalsabila - Mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.