Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image taufik sentana

Wacana Sastra: Puisi, Mediasi, dan Meditasi

Sastra | 2024-04-18 18:28:28

Puisi, Mediasi dan Meditasi

====

Dua dekade ini puisi telah menjadi bagian kebudayaan populer kita. Itu sebabnya ada hari puisi dunia. Ya kita tahu..puisi sebagai sastra yang paling tua dan mungkin paling jujur.

Puisi telah menjadi ruang dalam tataruang kemajuan materiil kita. Dari waktu ke waktu penyair dan puisi membentuk watak zaman. Kadang kala puisi itu melampaui zamannya.

Namun umumnya secara personal..puisi merupakan mediasi peristiwa dan impresi tentang satu hal pengertian/substansi. Sehingga puisi akan membangun kontur sosial tertentu sesuai pemgalaman si penyair.

Dalam peran ini, puisi hanyalah jalan sunyi yang panjang. Apa lagi di era serba visual sekarang, puisi mesti dapat menjadi alternatif rupa dan perspekstif baru bagi audiens.

Baik dari segi tema, konten, pendekatan dan lainnya, puisi mesti dapat terhubung ke audiens. Terutama lewat media media onlne yang lebih massif. Kita tidak tahu apakah sebaran puisi yang massif lewat media online itu setimpal dengan kualitasnya. Namun setidaknya karya karya itu bisa saling memengaruhi dan memberi warna bagi peradaban kita.

Idealnya, tidak bisa kita membiarkan masyarakat yang menilai suatu karya itu, baik dan buruknya mesti ada dalam takaran yang disepakati bersama. Sehingga kita bisa mengukurnya.

Sehingga masyarakat memiliki alat yang memungkinkan untuk itu. Bukan sekadar kecenderungan dan tren. Sehingga beberapa penyair banyak secara sadar untuk keluar dari mainstream diksi, struktur dan tema. Maka wajar bila eyang sapardi menyebut bahwa para penyair memberi andil dalam memperkaya bahasa dan idiom baru.

Mereka juga akan berusaha mendekatkan kita pada satu realitas" yang mungkin kita ambaikan. Begitulah, puisi menjadi mediasi dari peristiwa luar dan dalam dari penyair dan lingkungan kita.

Dalam hal lain, puisi sudah pasti menjadi ruang khusuk si penyair, suatu meditasi dan perjalanan ke diri sendiri dalam menyibak ragam peristiwa. Itulah cara mereka mengekspresikan diri dan makna hidupnya.

Para penyair memilih jalannya antara puisi puisi kamar dan puisi ruang terbuka. Antara puisi puisi tentang anggur atau kritik sosial dan satire.kita mesti membuka ruang untuk mengapresiasi setiap karya mereka

Karya karya itu akan membentuk coraknya sendiri dalam lintas waktu. Mungkin kita menjadi bagian dari yang bersaksi kemudian.

Ilustrasi.Tonny S

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image