Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mirachel Rizka Maharani

Kanreki Iwai, Tradisi di Jepang Untuk Merayakan Usia yang Telah Mencapai 60 Tahun

Eduaksi | 2024-04-09 23:51:34
Seseorang merayakan Kanreki Iwai dengan pakaian serba merah. Source : https://images.app.goo.gl/AnSREi36RQZUWc648

Membahas tentang tradisi di Jepang, salah satunya yaitu Kanreki Iwai. Merupakan tradisi yang dilakukan oleh seseorang yang telah melalui hidup lama dan mengalami penuaan dimana perubahan pada fisik dalam intrinsik maupun ekstrinsik. Penuaan intrinsik mengacu pada proses yang berkaitan dengan perubahan usia secara internal dan pada suatu individu. Sedangkan, penuaan ekstrinsik berkaitan dengan usia yang disebabkan oleh faktor eksternal berkaitan dengan fisik dan lingkungan sosial dari suatu individu (United Nations,1982 ). Berbicara tentang penuaan, di Jepang terdapat tradisi untuk merayakan proses penuaan tersebut, ritual tersebut bernama Kanreki, dimana seseorang yang telah memasuki usia yang ke-60 melakukan perayaan ulang tahun dengan nuansa identik warna merah, mulai dari pakaian dan makanan yang disajikan.

Perayaan Kanreki (Ulang Tahun ke-60) menjadi simbol untuk menuju ke tahap usia lanjut. Kanreki berasal dari kata Kan yang artinya kembali dan Reki yang artinya kalender, jika dimaknai dapat diartikan sebagai kelahiran kembali. Berbeda dengan perayaan ulang tahun biasa, Kanreki dipandang sebagai tahun untuk memulai dan menata hidup kembali dari awal. Berdasarkan kalender Shio China, bila seseorang telah memasuki usia 60 tahun maka orang tersebut dianggap telah melalui siklus tahun Shio sebanyak lima kali dan telah kembali ke tahun yang sama sesuai Shio yang dimiliki. Jika dijabarkan, dalam 12 tahun dihitung sebagai satu siklus dan satu siklus terdiri dari 12 nama hewan. Maka agar dapat kembali ke tahun kelahirannya, dibutuhkan melewati 5 siklus untuk mencapai umur yang ke-60. Oleh karena itu, masyarakat Jepang dapat menyebut tahun kelahirannya dengan menyebut tahun hewan atau Shio. Contohnya, lahir di tahun beruang.

Tidak hanya sampai situ, perayaan untuk usia tua bermacam-macam. Mulai dari umur 60 sampai 111 tahun, setiap tahunnya perayaan tersebut memiliki nama tersendiri. Perayaan untuk 60 tahun disebut Kanreki, lalu 70 tahun adalah Koki, 77 tahun adalah Kiju, 80 tahun adalah Sanju, 88 tahun adalah Beiju, 90 tahun adalah Satsuju, 99 tahun adalah Hakuju, dan terakhir 111 tahun adalah Jooju. Rangkaian tradisi ulang tahun di Jepang mengawali masyarakat ke berbagai tahapan usia. Tradisi tersebut masih dilakukan karena dalam masyarakat Jepang sendiri memiliki peranan penting yang sangat erat dengan nilai-nilai tradisional. Mereka percaya bahwa nenek moyang dan para tetua adalah intrepesentasi dari tradisi dan kearifan yang telah ada di masa lalu, sekaligus sebagai orang yang memiliki status tertinggi di masyarakat menjadikannya panutan bagi generasi muda. Oleh karena itu budaya tersebut masih ada dan dilakukan hingga kini. Sebenarnya asal usul budaya ini ialah dari China. Di China kanreki disebut dengan Jiazi. Lalu disebarkan ke Jepang pada Masa Nara (tahun 710-784 Masehi). Perayaan Kanreki di China biasanya dirayakan oleh bangsawan saja, jarang pula dirayakan oleh sebagian besar masyarakat tiongkok karena faktor angka harapan hidup lebih pendek. Sedangkan di Jepang, Kanreki dilakukan dari kalangan manapun dan sebagian besar masyarakat Jepang merayakan karena angka harapan hidup rata-rata penduduk di Jepang telah meningkat dari tahun ke tahun mengikuti taraf hidup masyarakatnya yang semakin baik. Hal tersebut membuat laju penuaan populasi Jepang menempati urutan no 1 di seluruh dunia (Sakariah, D. S, 2015).

Pakaian Kanreki

Orang yang merayakan Kaneki biasanya akan duduk dibawah beralasankan bantal berwarna merah yang disebut dengan Zabuton. Menggunakan pakaian tradisional serba merah, yang terdiri dari e-boshi (topi bouffant merah) dan chanchanko (rompi merah tanpa lengan). Alasan memakai pakaian warna merah menurut kepercayaan orang Jepang adalah orang yang mencapai usia 60 menyelesaikan satu siklus penuh untuk mencapai kelahiran kembali, dan selama perayaan tersebut dapat dilihat pakaian bayi juga sebagai simbolis untuk orang tua yaitu rompi merah dan topi merah, seperti bayi yang baru lahir.

Hidangan Kanreki

Jamuan makanan yang dihidangkan biasanya adalah kasame mochi atau kagami mochi. Peletakan mochi pun khusus, mochi dengan ukuran besar diletakkan di bawah dan mochi ukuran lebih kecil diletakkan di atasnya. Hal tersebut melambangkan umur panjang dari generasi ke generasi. Selanjutnya, adalah menu ikan seabream merah, lobster, dan udang. Ekor yang melengkung pada lobster dan udang melambangkan umur yang panjang. dan yang terakhir adalah kue yang dihias dengan gambar bangau putih dan kura-kura merah. Kue tersebut melambangkan kebijaksanaan dan keluhuran.

Perubahan Budaya Kanreki

Pada awalnya usia 60 dalam budaya Jepang dipandang sebagai tahun refleksi. Dimana yang telah mencapai usia tersebut merenungkan semua hal yang telah mereka capai selama ini. Maka dari itu, Kanreki juga dipandang secara tradisional untuk mewariskan tanggung jawab kepala keluarga kepada generasi berikutnya. Sehingga, di usia tersebut dapat mengulang dan memprioritas kembali tujuan dan arah hidup yang ingin di raih.

Usia 60 tahun diterima secara universal sebagai titik waktu memasuki generasi lanjut usia di Tiongkok (Friedmann, 193). Seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun akan pensiun dari pekerjaan, memulai babak kehidupan baru. Karena orang yang berumur 60 tahun keatas tidak diwajibkan untuk bekerja. Dengan kata lain, Kanreki menandakan sanksi sosial untuk mengizinkan pensiunan seumur hidup. Namun, di zaman modern saat ini masih banyak masyarakat yang masih bekerja meski sudah melewati usia 60 tahun. Menurut lansia Jepang meskipun telah berusia lebih dari 65 tahun selama mereka masih mampu bekerja mereka akan terus bekerja untuk mempertahankan daya tahan tubuh mereka, karena bagi mereka waktu itu sangat berharga. Mereka percaya lebih baik menghabiskan waktu untuk bekerja dan juga jika tidak beraktivitas atau bekerja secara rutin, penyakit akan lebih cepat datang dan merusak tubuh mereka (Suryadi, 2019). Selain itu, banyak keluarga Jepang memandang Kanreki sebagai bentuk untuk menunjukkan rasa terimakasih atas segala jasa dan kontribusi yang telah dilakukan oleh seseorang yang merayakan kanreki selama hidup mereka sejauh ini.

Budaya tradisi Jepang yang berkaitan dengan usia sangat beragam. Banyak tahapan dalam perayaan usia lanjut mulai dari umur 60 sampai 111 tahun. Khususnya perayaan Kanreki, perayaan yang identik dengan pakaian dan makanan berwarna merah ini merupakan tradisi bagi seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Memiliki makna kesempatan untuk memulai dan menata hidup kembali atau dapat dikatakan sebagai tahun refleksi.

Sumber referensi :

早田隆, & ハヤタタカシ. (2007). Kanreki (cerebrate my 60^ th> birthday) or back to the calendar when you were born. 鹿児島女子短期大学紀要, 42, 7-9.

Tsuji, Y. (2011). Rites of passage to death and afterlife in Japan. Generations, 35(3), 28-33.

Nair, T. K. Old Age.

Sakariah, D. S. (2015). Kebijakan Pengkaryaan Kembali Pekerja Senior Jepang Pasca Pensiun (Sudut Pandang Perusahaan Manufaktur). Izumi, 4(2), 32-41.

Apriliani, D. M., Triana, N. Y., & Dewi, P. (2021, November). Gambaran Tingkat Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Activity of Daily Living (ADL) di Roujinhome Itoman Thinsaguno Ie Jepang. In Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (pp. 1444-1450).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image