Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Febiati Nur Wahyuni

Gen Z dan Jaringan Semut: Membangun Modal Sosial di Era Digital

Edukasi | Tuesday, 09 Apr 2024, 07:50 WIB
Sumber: Dokumen Pribadi

Gen Z adalah generasi yang sangat terkait dengan teknologi, mereka lahir dan tumbuh dengan teknologi, internet, dan media sosial, yang terkadang membuat mereka distereotipkan sebagai pecandu teknologi (Saebah dan Asikin, 2022). Menurut data dari Sensus Penduduk 2020 yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik, jumlah individu dari Gen Z mencapai sekitar 75,49 juta orang, yang setara dengan sekitar 27,94% dari keseluruhan populasi. Generasi ini diprediksi akan memegang peranan sentral dalam memulai perubahan sosial dan ekonomi di masa mendatang.

Gen Z yang lahir di era digital, tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga agen perubahan sosial yang signifikan. Mereka memainkan peran kunci dalam membangun modal sosial melalui apa yang dikenal sebagai "jaringan semut". Istilah ini mengacu pada kemampuan mereka untuk menggunakan teknologi, terutama media sosial, untuk terlibat dalam gerakan sosial, menyuarakan berbagai isu, dan memobilisasi aksi kolektif.

Melalui partisipasi aktif dalam jaringan semut, Gen Z tidak hanya menggunakan kemajuan teknologi dan media untuk memperkuat hubungan dalam kelompok, tetapi juga secara personal hingga ke tingkat individu (Yudha, 2020). Mereka menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan informasi, menggalang dukungan, dan memperkuat kepercayaan serta solidaritas di antara anggota jaringan.

Dampak positif dari jaringan semut sangat luas, ini mencakup perubahan sosial dan politik yang nyata, peningkatan akuntabilitas pemimpin dan institusi, serta perwujudan nilai-nilai kemanusiaan dalam tindakan nyata. Selain itu, jaringan semut memberikan ruang bagi Gen Z untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan, komunikasi, dan organisasi yang penting dalam menghadapi tantangan-tantangan masa depan.

Namun demikian, Gen Z juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satunya adalah polarisasi dan fenomena "echo chamber" di media sosial, di mana mereka mungkin terjebak dalam lingkaran informasi yang terbatas dan hanya terpapar pada pandangan yang sejalan dengan kepercayaan mereka sendiri, mereka menekan bias dalam kepercayaan seseorang yang akhirnya, fenomena "echo chamber" menjadikan media sosial menjadi alat komunikasi yang meminimalkan dan mengisolasi privasi seseorang (Sugiono, 2021).

Oleh karena itu, langkah-langkah untuk membangun modal sosial melalui jaringan semut harus disertai dengan upaya yang serius dalam meningkatkan pendidikan dan literasi digital di kalangan Gen Z. Hal ini sangat penting karena dapat membantu mereka dalam meminimalisir potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat penggunaan teknologi, sementara pada saat yang sama tetap memaksimalkan manfaat positif yang dapat diperoleh.

Febiati Nur Wahyuni-Mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi FEB UB

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image