Generasi Z dan Kecemasan Digital, Mengapa FOMO Semakin Meningkat di 2025?
Eduaksi | 2025-12-02 14:14:52
Di era 2025, generasi muda hidup dalam arus informasi yang semakin cepat dan padat. Notifikasi, konten viral, dan tren baru muncul setiap menit—menciptakan kondisi sosial yang menuntut dibandingkan, mengejar, dan terus terhubung. Fenomena ini memunculkan kembali satu istilah yang semakin relevan: FOMO (Fear of Missing Out). Banyak penelitian menunjukkan bahwa FOMO kini bukan sekadar istilah gaul, melainkan masalah psikologis yang mempengaruhi kesehatan mental.
Generasi Z menjadi kelompok paling rentan terhadap FOMO karena mereka tumbuh bersama media sosial. Platform digital menciptakan ruang pembanding akhir tanpa—hingga hal sederhana seperti melihat keberhasilan teman, liburan orang lain, atau pencapaian viral dapat memicu kecemasan. Pada tahun 2025, penggunaan algoritma personalisasi semakin kuat, membuat pengguna menerima konten yang relevan sekaligus memancing rasa tidak cukup.
Dampak FOMO terlihat dalam berbagai aspek: stres kronis, rasa tidak percaya diri, kecemasan sosial, hingga kelelahan mental akibat tekanan mengejar standar yang tidak realistis. Banyak pelajar dan pekerja muda melaporkan sulit beristirahat karena merasa harus selalu produktif seperti yang mereka lihat di media sosial.
Untuk mengatasi FOMO, strategi modern seperti mindful scrolling, digital detox, dan pengaturan batasan konsumsi media sangat disarankan. Selain itu, memahami bahwa media sosial adalah kuras kehidupan orang lain dapat mengurangi tekanan dan membantu menjaga kesehatan mental.
FOMO adalah konsekuensi dari dunia digital yang terus berkembang. Namun, generasi muda tetap dapat mengelolanya dengan pendekatan yang tepat. Dengan kesadaran diri, pengaturan waktu digital, dan penerimaan diri, tekanan sosial di dunia dapat dikurangi secara signifikan.
(Penulis : Mahasiswa Universitas Pamulang, Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
