Mudik Lebaran Turut Mencuatkan Romantisme
Gaya Hidup | 2024-04-08 12:51:32PULANG kampung alias mudik telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya kita. Lebih-lebih saat Lebaran. Ia menjadi semacam ajang nostalgia dan perayaan bersama.
Manfaat dari mudik agaknya melampaui ranah emosional. Pasalnya, mudik dapat mestimulasi ekonomi, meningkatkan pariwisata, dan juga melestarikan budaya lokal. Selain itu, mudik dapat pula menjadi sarana dalam upaya menonjolkan warisan tradisi lokal dan memupuk rasa bangga akan tempat asal.
Dalam hal nostalgia, mudik yang dilakukan secara massal turut mencuatkan romantisme. Mudik memunculkan memunculkan kenangan indah masa silam dan mengingatkan betapa berharganya relasi dengan orang-orang tercinta. Bagi sebagian individu, mudik memberikan kesempatan untuk melakukan refleksi dan melakukan pembaruan ikatan keluarga dan sosial.
Meski demikian, harus kita akui mudik juga membawa implikasi negatif. Dalam konteks individu, mudik dapat mendorong perilaku pamer. Sebagian pemudik terdorong untuk menujukkan kemewahan hidup yang telah digapainya di kota, sebagai penanda keberhasilan hidup. Perilaku ini dapat turut mendorong pada tindakan konsumtif yang berlebihan dan budaya mengukur kesuksesan semata-mata dari aspek materi.
Sementara itu, dalam konteks ekologi, mudik turut memberi tekanan lingkungan saat kendaraan pemudik dalam jumlah besar itu mengeluarkan emisi gas buang di sepanjang jalan yang dilaluinya. Belum lagi sampah yang dihasilkan dari aktivitas mudik.
Plus dan minus mudik bakal tetap ada. Sebagai sebuah tradisi yang lekat dengan masyarakat kita, mudik menjadi pilihan yang diambil untuk merayakan Lebaran bersama dengan orang-orang tercinta di kampung halaman.
Jumlah pemudik mungkin saja bakal terus bertamabah saban tahun. Begitu juga mereka yang pulang mudik untuk datang ke kota. Implikasi negatif yang dibawa oleh tradisi mudik harus bisa kita minimalisasi, sehingga mudik mampu membawa lebih banyak manfaat ketimbang mudharat.***
--
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.