Menyoal Mansplaining dan Budaya Patriarki
Eduaksi | 2024-04-03 04:05:44Mansplaining adalah fenomena yang terjadi ketika laki-laki menganggap dirinya lebih tahu dari perempuan tentang suatu topik, dan menganggap dirinya lebih berhak untuk berbicara tentang topik tersebut. Mansplaining dapat membuat perempuan merasa tidak dihargai, diremehkan, menurunkan rasa kepercayaan diri dan harga diri, hingga menghambat karier perempuan.
Phenomenon mansplaining terjadi pada tahun 2008, ketika Rebecca Solnit menulis esai tentang pengalaman perempuan yang terjadi ketika laki-laki menganggap perempuan tidak memiliki pengetahuan yang sama tentang topik yang dijelaskan. Solnit menjelaskan tentang pengalaman perempuan yang terjadi ketika laki-laki menjelaskan sesuatu kepada perempuan, yang perempuan sudah tahu tentang topik tersebut.
Kemudian Budaya patriarki adalah sebuah budaya yang melekat di masyarakat di mana derajat kaum perempuan dianggap lebih rendah dari kaum laki-laki. Budaya ini menilai bahwa perempuan hanya berperan dalam urusan domestik seperti memasak dan mengasuh anak, sedangkan laki-laki memiliki kedudukan yang lebih tinggi karena perannya dalam mencari nafkah.
Permasalahan budaya patriarki dapat ditemukan dalam berbagai elemen kehidupan masyarakat, mulai dari pendidikan, ekonomi, sosial, hingga politik. Dampaknya, aktivitas perempuan di ruang publik menjadi terbatas. Tidak hanya itu, langgengnya budaya patriarki semakin membuat kesetaraan gender di Indonesia terkesan utopis.
Untuk mengatasi permasalahan budaya patriarki, perlu dilakukan pemberdayaan perempuan melalui pemberian ruang dan diapresiasi, serta jangan membiarkan perempuan berjalan sendiri. Perempuan harus diberi ruang dan diapresiasi serta jangan membiarkan perempuan berjalan sendiri. Sistem patriarki sejatinya sangat membebani perempuan, terutama untuk mereka yang sudah berumah tangga
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.