Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adella Dentinova

Tradisi Megengan: Menyelami Makna dan Tantangan Bagi Generasi Muda Universitas Airlangga di Surabaya

Sejarah | 2024-04-01 21:46:14
Warga bersiap-siap membagikan kue apem saat digelar 'Megengan Kubro' di Masjid Al Akbar Surabaya, Jawa Timur, Jumat (3/5/2019). (Foto Zabur Karuru)https://www.antaranews.com/berita/854940/megengan-kubro-di-surabaya-sajikan-21-ribu-apem-sambut-ramadhan

Tak terasa ramadhan tahun 2024 telah tiba, membawa suasana yang khas dan dinanti-nantikan oleh umat Islam terutama di kota Surabaya. . Di Indonesia, khususnya di Surabaya, Ramadan juga diwarnai oleh tradisi budaya yang khas, salah satunya adalah tradisi megengan. Dalam konteks ini, 'Tradisi Magengan' menjadi sorotan yang menarik, mengingatkan kita pada kekayaan warisan budaya yang terus dijaga dan dirayakan oleh generasi muda. Namun, di tengah laju modernisasi dan arus globalisasi, bagaimana generasi muda, terutama mahasiswa Universitas Airlangga, memandang dan merespons tradisi ini? Dalam artikel ini, kita akan menyelami bagaimana Ramadan tahun ini memberikan warna baru bagi kehidupan sosial dan budaya khususnya bagi mahasiswa Universitas Airlangga di Surabaya, dengan fokus pada tradisi megengan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari persiapan menyambut bulan suci ini.

Mengenal Tradisi Megengan

Megengan, sebuah kata dari bahasa Jawa yang berarti 'menahan', menjadi ritual khas menjelang Ramadan. Tradisi ini merupakan perpaduan harmonis antara budaya Jawa dan ajaran Islam, yang digelar sebagai pengingat akan datangnya bulan Ramadan dan sebagai wujud syukur atas kesempatan menjalankan ibadah puasa.

Berbagai kegiatan menjadi bagian dari megengan, seperti berdoa di masjid, membuat kue khas megengan, serta berbagi makanan dengan sesama. Tradisi ini menandai momen penting menjelang Ramadan, di mana umat Islam diminta untuk mempersiapkan diri secara spiritual dan sosial.

Tantangan Bagi Generasi Muda

Bagi generasi muda, terutama mahasiswa Universitas Airlangga, tradisi megengan membawa beragam makna dan tantangan. Di satu sisi, megengan menjadi sarana untuk mempererat hubungan sosial dan merasakan kebersamaan dalam menjalankan tradisi keagamaan.

Namun, di sisi lain, megengan juga menantang identitas budaya dan nilai-nilai modernitas. Bagaimana mereka menyikapi tradisi ini dalam konteks kehidupan perkotaan yang serba cepat dan modern? Apakah megengan masih relevan bagi mereka yang terbiasa dengan gaya hidup yang serba instan dan individualistik?

Merawat Tradisi dalam Era Modern

Penting bagi generasi muda, terutama bagi kita sebagao mahasiswa Universitas Airlangga, untuk tidak hanya melihat tradisi megengan sebagai sekadar ritual berulang tanpa makna. Mereka perlu memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti permohonan maaf, saling berbagi, dan media dakwah. Terutama untuk anak-anak rantauan yang menganggap bahwa tradisi magengan ini adalah suatu hal yang baru.

Merawat tradisi megengan juga menjadi upaya untuk mempertahankan warisan budaya dan kearifan lokal. Dalam dinamika kehidupan modern, menjaga koneksi dengan akar budaya adalah sebuah kekuatan yang memperkaya identitas individu dan komunitas. Maka dari itu demi menjaga kelestarian budaya tradisi magengan kami sebagai mahasiswa Universitas Airlangga merasa perlu memperkenalkan tradisi megengan melalui berbagai kegiatan pengenalan di lingkungan kampus. Perlunya menyelipkan informasi tentang megengan dalam acara orientasi mahasiswa baru dan pameran budaya di kampus.

Selain itu, kami akan memanfaatkan kesempatan dalam berbagai rangkaian kegiatan kampus, seperti festival budaya atau pertemuan kelompok, untuk mengajak mahasiswa lain mengenal dan merasakan tradisi ini secara langsung. Dengan pendekatan yang kreatif dan inklusif ini, kami yakin tradisi megengan akan semakin dikenal dan diapresiasi oleh seluruh komunitas kampus.

Maka dari itu kesimpulan yang dapat kita dapatkan adalah dalam penyelenggaraannya, tradisi megengan bukan sekadar seremoni rutin menjelang Ramadan. Bagi mahasiswa Universitas Airlangga dan generasi muda Surabaya lainnya, megengan merupakan bagian dari jati diri budaya dan spiritualitas yang perlu dijaga dan dipersembahkan dengan penuh penghargaan. Dengan memahami dan merawat tradisi ini, generasi muda dapat menjadi penghubung yang kuat antara masa lalu, masa kini, dan masa depan yang penuh harapan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image