Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Peningkatan Suhu Bumi Mengerek Inflasi Pangan Tahunan hingga 3,2 Persen per Tahun

Bisnis | Wednesday, 27 Mar 2024, 17:41 WIB
Perubahan iklim berpengaruh terhadap inflasi. Foto: envato via accurate.id.

PENINGKATAN suhu rata-rata dapat meningkatkan inflasi pangan tahunan hingga 3,2% per tahun dan inflasi keseluruhan hingga 1,18% per tahun pada tahun 2035. Demikian menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK).

Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan melihat bagaimana faktor iklim seperti suhu tinggi dan curah hujan ekstrim mempengaruhi inflasi dalam data historis, namun mereka tidak melihat secara terpisah jenis makanan mana yang kemungkinan besar terkena dampaknya.

“Melihat lebih dari 27.000 observasi data historis, kami menemukan bahwa peningkatan suhu dapat meningkatkan harga pangan, terutama di daerah panas,” kata Dr Max Kotz, salah satu penulis penelitian tersebut.

Menurut Kotz, dalam kondisi iklim di masa depan, dampak ini bisa menjadi besar, sekitar 1-3% poin per tahun terhadap inflasi pangan pada tahun 2035.

Studi ini menemukan bahwa inflasi umum dapat meningkat sebesar rata-rata 0,32-1,18% poin setiap tahunnya secara global.

Meningkatnya atau tidak stabilnya harga-harga mengancam kesejahteraan ekonomi dan manusia serta stabilitas politik, laporan penelitian tersebut mencatat, mengutip laporan PBB bahwa krisis biaya hidup pada tahun 2021-2022 telah mendorong 71 juta orang ke dalam kemiskinan di seluruh dunia.

Inflasi pangan dan inflasi umum diperkirakan akan dipengaruhi oleh pemanasan global baik di negara-negara berpendapatan tinggi maupun rendah.

Inflasi meningkat ketika suhu naik, dan hal ini paling kuat terjadi pada musim panas dan di wilayah panas di lintang rendah, yang akan terus terjadi sepanjang tahun. Oleh karena itu, wilayah selatan, khususnya Afrika dan Amerika Selatan, akan lebih terkena dampaknya. Begitu menurut penelitian tersebut.

Sementara itu, di daerah lintang tinggi, terdapat musim yang kuat, dan puncaknya terjadi pada musim panas.

Menurut laporan tersebut, kenaikan suhu rata-rata bulanan sebesar 1 derajat Celcius berdampak pada harga hingga satu tahun, seperti halnya curah hujan berlebih, namun dampak terhadap harga hanya bersifat jangka pendek jika disebabkan oleh kekeringan yang berlebihan.

Penelitian ini mengamati musim panas yang sangat panas di Eropa pada tahun 2022, ketika panas dan kekeringan berdampak luas pada pertanian dan perekonomian.

“Kami memperkirakan bahwa panas ekstrem musim panas tahun 2022 telah meningkatkan inflasi pangan di Eropa sekitar 0,6%. Pemanasan di masa depan yang diproyeksikan pada tahun 2035 akan memperbesar dampak ekstrem tersebut hingga 50%,” tambah Kotz.

Sumber: Euro News

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image