Kenapa Penderita Diabetes Bisa Merasa Lebih Baik pada Tingkat Glukosa yang Lebih Tinggi?
Info Sehat | 2024-03-19 19:23:53PADA penderita diabetes tipe 1, fluktuasi kadar gula darah dapat memengaruhi kemampuan berpikir dalam berbagai cara. Demikian menurut penelitian baru.
Para peneliti mengamati secara khusus apa yang dikenal sebagai kecepatan pemrosesan kognitif (seberapa cepat orang memproses informasi yang masuk) dan perhatian.
“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa orang bisa berbeda satu sama lain dalam hal bagaimana otak mereka dipengaruhi oleh glukosa,” kata penulis pendamping senior penelitian, Laura Germine, dikutip kantor berita UPI.
“Kami menemukan bahwa meminimalkan fluktuasi glukosa dalam kehidupan sehari-hari penting untuk mengoptimalkan kecepatan pemrosesan, dan ini terutama berlaku bagi orang lanjut usia atau memiliki kondisi kesehatan terkait diabetes lainnya,” kata Germine, yang menjadi kepala Laboratorium Teknologi Kesehatan Otak dan Kognitif Rumah Sakit McLean, di Boston.
Menurut tim peneliti, sudah lama diketahui bahwa penurunan atau lonjakan besar kadar gula darah dapat mengganggu pemikiran penderita diabetes Tipe 1. Namun, sejauh mana hal ini terjadi, dan apakah hal ini berbeda pada setiap orang?
Untuk mengetahuinya, mereka menggunakan sensor glukosa digital yang dapat dipakai dan tes kognitif berbasis ponsel pintar untuk mengumpulkan data dari 200 orang penderita diabetes Tipe 1 saat mereka menjalani hari-hari mereka.
Selama 15 hari, data kadar gula darah setiap orang dikumpulkan melalui sensor setiap lima menit. Partisipan menyelesaikan tes kognitif tiga kali sehari.
Seperti yang diperkirakan, keterampilan kognitif menurun ketika kadar gula darah sangat rendah atau sangat tinggi, demikian temuan tim peneliti Boston. Namun, penurunan hanya terlihat pada kecepatan pemrosesan, bukan perhatian.
Tim peneliti berteori bahwa kecepatan pemrosesan mungkin bereaksi terhadap perubahan kadar gula darah yang cepat dan dari waktu ke waktu, sedangkan perhatian mungkin hanya dipengaruhi oleh naik atau turunnya kadar gula dalam jangka panjang.
Tim juga menemukan bahwa tipe pasien diabetes Tipe 1 tertentu -- misalnya orang lanjut usia atau orang dengan masalah kesehatan tertentu -- jauh lebih rentan dibandingkan yang lain terhadap efek kadar glukosa pada fungsi otak.
Temuan dari penelitian ini dipublikasikan di jurnal Digital Medicine, Senin, 18 Maret 2024.
“Dalam upaya memahami bagaimana diabetes berdampak pada otak, penelitian kami menunjukkan bahwa penting untuk mempertimbangkan tidak hanya kemiripan orang, tapi juga perbedaannya,” kata pemimpin penulis penelitian, Zoë Hawks.
Ada satu temuan yang mengejutkan: Orang dengan diabetes tipe 1 cenderung berada pada kinerja intelektual puncak ketika kadar gula darahnya sedikit lebih tinggi dari kisaran normal.
“Ini merupakan temuan penting, karena penderita diabetes sering melaporkan merasa lebih baik pada tingkat glukosa yang lebih tinggi dari apa yang dianggap sehat,” kata salah seorang penulis penelitian senior, Naomi Chaytor, seorang profesor kedokteran di Washington State University.
“Bisa jadi otak Anda terbiasa dengan tingkat glukosa yang biasa,” tambahnya. “Jadi, langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah melihat apakah tingkat glukosa yang terkait dengan kinerja puncak bergeser ke kisaran normal ketika jumlah waktu yang dihabiskan di atas kisaran tersebut berkurang,” sambungnya.***
--
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.