Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image afifah khairunisa

Manis Kini, Pahit Nanti: Generasi Muda dan Ancaman Diabetes

Gaya Hidup | 2025-11-29 14:51:54

Di era modern saat ini, konsumsi minuman dan makanan manis semakin menjadi gaya hidup yang sulit dihindari, terutama di kalangan anak muda. Kehadiran minuman boba, kopi susu kekinian, hingga camilan instan dengan kadar gula tinggi telah menjadikan generasi muda seakan “terjebak” dalam lingkaran manis yang tampak menyenangkan namun menyimpan risiko serius. Fenomena ini kemudian menimbulkan kekhawatiran tersendiri, sebab di balik rasa manis yang memanjakan lidah, terdapat ancaman nyata berupa meningkatnya risiko penyakit diabetes mellitus di usia yang masih muda.

Gaya hidup remaja masa kini yang lekat dengan tren, kepraktisan, dan media social semakin memperparah situasi ini. Minuman manis kerap dijadikan ajang menunjukkan eksistensi maupun bagian dari aktivitas bersosialisasi. Hamper setiap hari, mereka dihadapkan dengan promosi minuman atau makanan bergula melalui iklan digital atau konten-konten media sosial yang menarik sehingga konsumsi gula berlebih seolah tidak lagi dianggap masalah. Padahal, menurut World Health Organization (WHO) menetapkan bahwa batas aman konsumsi gula harian hanya sekitar 25 gram atau setara enam sendok teh. Namun, kenyataannya, banyak anak muda mengkonsumsi jauh lebih dari jumlah tersebut hanya dari satu gelas minuman yang sedang viral.

Risiko kesehatan akibat pola konsumsi gula berlebih tidak bisa dipandang remeh. Diabetes mellitus, yang dahulu lebih banyak menyerang orang berusia lanjut, kini semakin banyak ditemukan pada remaja dan dewasa muda. Kondisi ini tidak hanya mengancam kesehatan individu, melainkan juga dapat membebani sistem kesehatan masyarakat di masa depan. Selain diabetes, kelebihan konsumsi gula juga meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, dan gangguan metabolisme. Dampak jangka panjang tersebut kerap luput dari perhatian karena gejalanya berkembang secara perlahan dan terasa belum relevan dengan kehidupan sehari-hari anak muda.

Di sisi lain, masih banyak orang lebih mementingkan kepuasan sesaat dibandingkan memikirkan dampak jangka panjang. Budaya konsumtif terhadap makanan manis mencerminkan bagaimana kesehatan sering kali dikorbankan demi mengikuti tren. Hal ini diperparah dengan minimnya edukasi mengenai pentingnya pola makan seimbang dan gaya hidup sehat sejak dini. Padahal, kesehatan merupakan bentuk investasi berharga yang akan menentukan kualitas hidup generasi di masa depan.

Meski demikian, kondisi ini bukan berarti tidak dapat diatasi. Generasi muda sebagai kelompok yang produktif justru memiliki peluang besar untuk melakukan perubahan. Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan bisa ditumbuhkan melalui edukasi gizi di sekolah, kampus, maupun melalui kampanye digital yang kreatif dan dekat dengan bahasa mereka. Pemerintah bersama dengan Lembaga Pendidikan juga dapat berkolaborasi dalam merancang program pembatasan akses minuman tinggi gula di lingkungan belajar, sekaligus menyediakan pilihan yang lebih sehat bagi tubuh. Selain itu, gaya hidup sehat dapat dipopulerkan melalui komunitas, olahraga bersama, hingga konten positif di media sosial yang mendorong anak muda untuk lebih kritis dalam menentukan asupan makanan.

Peran keluarga juga sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah ini. Pembiasaan pola makan sehat sejak dini dapat menjadi dasar bagi anak muda dalam menentukan pilihan konsumsi mereka. Orang tua dapat berperan dengan menyediakan makanan rumah yang bergizi seimbang, membatasi pemberian camilan manis, serta memberikan teladan dalam menjaga pola hidup sehat. Dengan demikian, perubahan tidak hanya datang dari individu, tetapi juga dari lingkungan sosial yang mendukung.

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.

Rohmani, S., 2021. Konsumsi Gula dan Risiko Penyakit Tidak Menular. Jurnal Gizi dan Kesehatan, 13(2), pp. 45-52.

Hasnah, Risnahyanti, Saputri, M. & Undaryati, Y.M., 2025, ‘UPDATE TERKINI: DIABETES MELITUS PADA REMAJA’, Edukreatif: Jurnal Kreativitas dalam Pendidikan, 6(1).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image