Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Media Agen Pornografi?

Gaya Hidup | Saturday, 15 Jan 2022, 07:50 WIB
Foto Net

Akhir-akhir ini masyarakat merasa sedikit resah, pasalnya melihat beberapa portal berita tanah air yang membanjiri tayangan berita-berita mereka bergenre seks atau mengeksploitasi tubuh perempuan secara tidak patut seperti penampilan Tante Erni, siapa sih dia?

Fenomena tersebut merupakan bukti bahwa adanya pergeseran fungsi media yang sekarang ini menjurus sebagai "agen" pornografi ketimbang agen pencerahan. Sesuatu yang melawan nilai/khitah media itu sendiri.

Meskipun berita/gambar berbau seks sudah ada sejak dulu atau bukan hal yang baru. Namun tak dinyana ekploitasi seputar syahwat era sekarang ternyata lebih dahsyat, disajikan secara vulgar dan terang-terangan. Tanpa sensor pihak terkait bahkan jadi ladang bisnis.

Keberanian media menayangkan pornografi ke wilayah publik dan menggunakan ruang publik semakin menjadi-jadi. Apalagi karena mendapatkan dukungan politik melalui oligarki dan kapitalis. Bagi mereka pornografi dianggap sebagai bentuk kebebasan berekspresi dan kreativitas seni.

Celakanya, pemerintah pun tak peduli dengan soalan tersebut. Padahal fenomena ini mencerminkan keruntuhan moralitas bangsa secara nyata. Apakah mungkin karena negara asik mengurusi masalah politik?

Kalau boleh jujur, saat ini Indonesia tengah berada dalam kondisi darurat pornografi dan pornoaksi. Sudah banyak korban yang berjatuhan akibat semakin merajalela nya aksi pornografi. Bahkan ada orang yang tidak malu-malu bertelanjang bulat di area publik seperti di mall dan bandara.
Lantas media pun seakan berlomba-lomba untuk menghancurkan moral bangsa, terutama kalangan remaja dan anak muda melalui artikel-artikel berbau "sport" syahwat.

Juga, banyak media televisi yang menayangkan program-program dewasa yang tidak mendidik anak-anak usia remaja secara serampangan. Sinetron dan siaran entertainment yang justru tanpa disadari menyuguhkan racun yang merusak pikiran dan akhlak yang menjurus ke seks bebas, seperti Layangan Putus.

Belum lagi ancaman prostitusi online yang beberapa tahun ini yang berhasil terbongkar ke publik yang pelakunya dari kalangan selebriti dan influencer seperti selebgram dan sejenisnya. Barangkali masih banyak juga yang belum terungkap. Sungguh sangat mengkuatirkan.

Walaupun negara hadir dan menegakkan hukum akan tetapi hendaknya tidak terbatas pada pelaku saja, utamanya mata hukum diarahkan pula kepada penguasa dan pengusaha pornografi yang selama ini ikut menangguk keuntungan besar dari bisnis haram tersebut.

Daya rusak pornografi sebetulnya lebih laten dan sangat berbahaya. Sebab berawal dari kecanduan seks dan penyimpangan perilaku, berbagai kejahatan lainnya seputar ini akan terjadi dengan sendirinya manakala sistem kontrol sosial tidak mampu lagi membendung.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa sebagian dari masyarakat kita saat sudah mengalami “candu akut” dalam hal pornogafi. Bahkan anak-anak di bawah umur pun sudah banyak yang mengenal, mengakses, dan terlibat dalam jaringan tersebut. Mereka paham istilah pornografi yang dimaksud.

Hal disebabkan karena mudah dan banyaknya ditemukan nilai-nilai tidak edukatif didalam media informasi, media online bahkan televisi yang banyak menayangkan public figure yang bersikap tidak senonoh dilayar kaca tanpa menghiraukan keresahan umat.

Dari problematika pornografi yang muncul kepermukaan, Indonesia saat ini bagai bukan negara yang memiliki budaya timur lagi. Negara yang dulu dikenal dengan nilai-nilai kesantunan dan bermoral, kini seperti sirna dan tergantikan dengan budaya telanjang dan kehidupan bebas tanpa batas.

Dimanakah peran media sebagaimana diharapkan oleh Pancasila dan konstitusi? Media yang selalu mencerdaskan, adil, dan berpihak kepada kebenaran. Media mana yang dicetuskan oleh para tokoh pemikir bangsa untuk merekatkan persatuan dan kesatuan bukan pemecah belah.

Ketahuilah pornografi meski seakan sangat indah dan menarik dipandang mata. Namun sesungguhnya itu hanyalah tipu daya syahwat belaka. Jika pun dituruti hawa nafsu maka kehancuranlah hasilnya. Tidak percaya? Coba lihat mereka yang dulunya tenggelam dan menikmati fantasi pornografi sekarang penuh penyesalan dan bertaubat. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image