Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Reihansyah Dava Qautsar

Bagaimana Teknologi Mengubah Kita

Eduaksi | 2024-03-12 16:21:53

Pernahkah Anda merasa sulit melepaskan ponsel dari tangan? Apakah Anda sering menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar komputer atau televisi? Merasa tergantung pada internet untuk mencari informasi atau hiburan? Jika jawaban Anda adalah ya, mungkin Anda termasuk dalam jutaan individu yang kebiasaan hidupnya telah berubah akibat pengaruh teknologi.

unsplash.com

Teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan kita, di mana pun kita berada, baik itu di rumah, kantor, atau tempat umum. Tidak dapat dibantah, perangkat seperti ponsel, laptop, bahkan mesin cuci, telah benar-benar mengubah cara kita menjalani hidup. Dahulu, untuk mencari informasi, kita harus membaca koran atau mengecek buku, tetapi sekarang, tinggal menyentuh layar saja sudah bisa mendapatkan apa saja di internet.
Perkembangan teknologi memang telah menyentuh banyak aspek dalam kehidupan kita. Dahulu, untuk mencari ojek, kita harus berjalan ke pinggir jalan untuk menemukan abang ojek.


Sekarang, tinggal buka aplikasi Gojek, memesan ojek di aplikasi, lalu pengemudi ojek akan segera datang. Sangat mudah, bukan, dengan teknologi sekarang jadi lebih membantu dalam urusan transportasi. Belanja pun tidak sulit, dari sofa bisa langsung berbelanja menggunakan ponsel. Cara komunikasi juga jauh berbeda.


Sebelumnya, surat kertas yang menjadi andalan. Sekarang? Tinggal buka aplikasi pesan, sudah bisa berbicara dengan teman dari ujung dunia sekalipun. Misalnya, dahulu, ketika ingin mengatur pertemuan, kita biasanya menawarkan waktu melalui telepon. Saat ini, cukup dengan mengirim lokasi lewat pesan, kita dapat dengan mudah menetapkan tempat bertemunya.

unsplash.com

Tidak hanya itu, pekerjaan juga ikut dipermudah. Dulu, rapat harus dilakukan tatap muka, namun sekarang, kita dapat melakukan video call dari rumah. Jadi, teknologi benar-benar membuat hidup lebih praktis dan efisien dalam berbagai aspek. Singkatnya, teknologi tidak hanya mengubah hidup kita, tetapi juga cara kita berinteraksi, bekerja, dan bersenang-senang sehari-hari.


Mengutip dari Fardhana dalam laman Geotimes tahun 2023 yang berjudul “Pengaruh Revolusi Teknologi 2023, Mengubah Cara Kita Hidup dan Bekerja”, dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, teknologi telah mempermudah berbagai aktivitas. Mulai dari belanja online, hiburan streaming, hingga komunikasi dengan teman dan keluarga di seluruh dunia, segala sesuatu menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih efisien berkat kemajuan teknologi ini.
Di sisi lain, orang-orang yang kurang mahir dalam teknologi, tentu merasa kewalahan menghadapi perkembangan zaman saat ini. Apalagi dengan teknologi yang makin canggih, banyak orang yang sampai kehilangan kendali karena ketergantungan pada gawai. Salah satu contohnya adalah kecanduan ponsel yang sering dialami oleh individu yang tidak dapat mengatur waktunya sendiri, terutama remaja masa kini. Oleh karena itu, hal ini menjadi tantangan bagi mereka yang belum akrab dengan dunia teknologi.


Menurut tulisan Hanna Meinita di laman Okezone pada tahun 2012 yang berjudul "Mahasiswa Tidak Dapat Hidup Tanpa Smartphone", mahasiswa zaman sekarang sering mengalami nomophobia, yaitu perasaan cemas dan takut bila terpisah dari telepon seluler. Informasi ini didasarkan pada hasil survei yang dilakukan oleh SecurEnvoy, sebuah perusahaan yang ahli dalam password digital.


Survei tersebut melibatkan 1.000 responden di Inggris. Hasilnya menunjukkan bahwa 66 persen dari responden mengaku takut kehilangan atau hidup tanpa telepon seluler mereka. Persentase ini semakin meningkat pada responden yang berusia 18 hingga 24 tahun, di mana 77 persen dari kelompok usia ini mengalami nomophobia.

unsplash.com

Nomophobia muncul secara signifikan di kalangan mahasiswa, dipicu oleh peningkatan penggunaan smartphone di lingkungan kampus. Survei yang dilakukan pada bulan Februari 2012 terhadap mahasiswa Universitas Ball State di Indiana juga mencatat pertumbuhan fenomena ini.


Diketahui bahwa kepemilikan smartphone di lingkungan kampus meningkat lebih dari dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2009, hanya 27 persen mahasiswa yang memiliki smartphone, namun pada tahun 2012, angkanya melonjak menjadi 69 persen. Fenomena ini menggambarkan dampak signifikan dari perkembangan teknologi di kalangan mahasiswa perguruan tinggi.
Mengutip tulisan Rini di laman tempo.co tahun 2010 yang berjudul “Survei: Tak Bisa Hidup Tanpa Internet”, penelitian yang dilakukan oleh Zogby International di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 24 persen dari 1.950 responden dewasa merasa bahwa internet berdampak signifikan dalam kehidupan mereka.
Riset ini mengungkap bahwa sebagian besar masyarakat mengaku ketergantungan pada internet dan membutuhkan konektivitas dengan kecepatan tinggi. Sebanyak 22 persen dari peserta penelitian mengakses Facebook saat berselancar di internet, sementara 10 persen lainnya mengunjungi situs Google.
Orang yang mengalami nomophobia, atau ketakutan kehilangan ponsel, cenderung merasa tidak nyaman jika berada di tempat tanpa sinyal atau ketika baterai ponsel menipis. Mereka sering kali mengecek ponsel tanpa alasan yang jelas, menganggap komunikasi digital sebagai kebutuhan utama, dan merasa gelisah jika ponsel tidak tersedia.


Selain itu, kesulitan tidur karena keterlibatan dengan ponsel, penggunaan ponsel sebagai pengalih perhatian dari situasi sosial, serta perasaan panik saat baterai hampir habis, semuanya merupakan tanda-tanda ketergantungan pada teknologi. Kondisi ini juga ditandai dengan kecenderungan untuk merespons pesan atau panggilan segera setelah diterima dan ketergantungan yang tinggi pada aplikasi dan media sosial di ponsel mereka.

Untuk menghindari nomophobia, yaitu rasa cemas dan takut bila terpisah dari ponsel, remaja sebaiknya mengatur penggunaan ponsel dengan bijak. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah menetapkan batas waktu, menyisipkan jeda dari teknologi, mengadakan aktivitas tanpa ponsel, membatasi penggunaan sebelum tidur dan sesudah bangun, mengaktifkan mode "Do Not Disturb", dan memberikan fokus pada kegiatan akademis dan interaksi sosial di dunia nyata.


Hal ini dapat meningkatkan kualitas tidur, kesehatan, dan hubungan dengan lingkungan sekitar. Jika ketergantungan menjadi masalah, mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional adalah langkah bijak.

Teknologi telah menyatu dengan kehidupan kita. Ia telah mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berkomunikasi. Pada satu sisi, teknologi telah memberikan banyak manfaat, terutama penggunaan ponsel, yang telah menciptakan perubahan signifikan dalam cara kita menjalani kehidupan sehari-hari.


Kemajuan ini membawa manfaat dalam berbagai aspek, seperti memudahkan kita dalam mengakses informasi, menyelesaikan pekerjaan, dan berhubungan dengan orang lain.
Namun, ketergantungan pada teknologi yang meningkat, khususnya di kalangan remaja, berdampak negatif, yang terlihat dalam fenomena nomophobia. Rasa cemas dan takut kehilangan ponsel tidak hanya berpengaruh pada aspek psikologis, melainkan juga berkaitan dengan gangguan tidur dan ketidakseimbangan dalam interaksi sosial.


Untuk mengatasi tantangan ini, penting bagi individu, terutama remaja, untuk mengambil langkah bijak dalam mengelola penggunaan ponsel. Menetapkan batas waktu, menyisipkan jeda dari teknologi, dan fokus pada kegiatan akademis serta interaksi sosial di dunia nyata adalah langkah yang dapat membantu mengurangi risiko nomophobia.


Kesadaran akan dampak teknologi, bersama dengan dukungan dari lingkungan sekitar, dapat membantu mengurangi ketergantungan yang berlebihan. Dengan demikian, mengembalikan keseimbangan dalam penggunaan ponsel menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas hidup, kesehatan mental, dan hubungan sosial.

Daftar Referensi

Fardhana, Daffa. 2023. "Pengaruh Revolusi Teknologi 2023, Mengubah Cara Kita Hidup dan Bekerja". Diakses 12 Desember 2023. https://geotimes.id/opini/pengaruh-revolusi-teknologi-2023-mengubah-cara-kita-hidup-dan-bekerja.Meinita, Hanna. 2012. "Mahasiswa tak bisa hidup tanpa smartphone". Diakses 12 Desember 2023. https://news.okezone.com/read/2012/03/26/373/599857/mahasiswa-tak-bisa-hidup-tanpa-smartphone.Rini. 2012. Survei: Tak Bisa Hidup Tanpa Internet. Diakses 12 Desember 2023 https://tekno.tempo.co/amp/301058/survei-tak-bisa-hidup-tanpa-intern

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image