Hal-Hal Penting Dalam Mendidik Anak
Guru Menulis | 2024-03-07 07:35:25Mendidik anak butuh pengetahuan. Untuk mendapatkan pengetahuan itu, kita bisa mendapatkannya dari banyak sumber. Bisa dari ceramah, membaca buku, atau mengikuti pelatihan.
Pada sebuah pelatihan, saya mendapatkan beberapa hal penting tentang pendidikan. Yuk cermati, mudah-mudahan bisa kita ambil manfaatnya.
Menanamkan karakter baik pada anak tidak bisa sekali dua kali tetapi berkali-kali. Mengajarkan kesopanan harus dilakukan berulang-ulang. Menyiapkan pondasi keimanan (0-7 tahun), akal dan kepribadian (7-15 tahun).
Fase 0 – 7
Pra sadar, diadzankan, bertemu kegaiban
Fase persiapan, babat alas, bukan babat lahan
Kesadaran, motivasi, dan keyakinan
Lalu mumayyiz, akal pikir, kategorik, sistematik
Fasepembetukan, konstryuksi
Jati diri, kepribadian
Pembentukan arah diri.
Fase Anak 0-15 Tahun (Character Building)
Berbasis Pemenuhan Hak (0-7) dan Kompetensi Hidup (7-15)
Hak sebelum kewajiban
Anak sebagai anak, manja, sayang
Perlindungan: protection
Mengenyangkan hak, siap dengan kewajiban.
Anak perlu dibiasakan sapaan yang mendewasakan. Jangan yang malah kekananak. Apalagi jika usianya sudah dewasa. Misalnya panggilan Adek padahal anaknya sudah berusia belasan tahun. ini menjadikannya kekanakan.
Anak perlu dikasih tahu kesulitan yang dialami orang tua. Misalnya anak ngajak liburan atau kursus sebuah keahlian. Kalau orang tua tidak punya uang, maka kasih tahu saja orang tua belum bisa memenuhinya karena memang belum ada uangnya.
Anak diajarkan menunda keinginannya. Tidak semua keinginannya dipenuhi langsung. Dia harus diajak merasakan keinginannya ditunda.
“Ayo bereskan kamar. Ini kan tugas kamu!” ini adalah perintah.
“Hayo, ini harus siapa yang membersihkan kamar? Ayah atau kamu?” Ini mengingatkan.
Perbanyak ngobrol dengan anak. akan ditemui banyak hal hebat dari percakapannya. Ayah harus bicara. Ibu butuh bicara.
Mendidik anak bukan dengan ceramah. Mendidik anak dibenturkan dengan pengalaman.
Perlakuan orang tua ke satu anak dengan anak yang lainnya bisa berbeda. Ini wajar. Jangan malu untuk meminta maaf jika bersalah kepada anak.
Ayah menanggung beban kehidupan. Ibu menanggung beban rumah tangga.
Ayah harusnya jadi konsultan bagi ibu. Harus merasa ada panggilan terhadap rumah tangganya. Ayah harus peka. Dengarkan ibunya.
Banyak perempuan yang tidak percayaan. Laki-laki hidupnya di luar, jadi wataknya keras. Perempuan hidup di rumah, jadi wataknya lembut.
Usia 5 – 40 mulai mengaktivasi bakat dan potensi. Saatnya potensi menjadi kompetensi. Jangan fokus pada satu bakat saja. Manusia multitalenta. Jangan terjebak pada ‘hebatkan bakatmu’ lalu tidak mau mencari keahlian yang lain.
Tugas orang tua adalah menghebatkan diri dan keluarganya. Maka yuk, fokus menghebatkan diri dan keluarga. Siapkan anak untuk siap berkeluarga, bukan siap untuk menikah.
Hiduplah seperti lari maraton. Jangan tergesa-gesa. Cepat di awal, lambat atau santai di akhirnya.
Pandanglah segala sesuatu dari banyak sisi. Agar bisa melihat banyak tampilan pula.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.