Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Polusi Udara Secara Signifikan Dapat Mempengaruhi Perilaku dan Kemampuan Berpikir

Gaya Hidup | Wednesday, 06 Mar 2024, 18:43 WIB
Ilustrasi polusi udara. Gambar milik NASA/JPL-Caltech.

POLUSI udara, yang sudah lama dikenal karena dampaknya yang berbahaya terhadap paru-paru, mungkin menjadi penyebab berkembangnya penyakit Alzheimer. Konsekuensi dari penuaan atau genetika ini kini mengungkap faktor lingkungan mengejutkan yang tersembunyi di udara yang kita hirup.

Para ilmuwan dari Universitas Teknologi Sydney (UTS), Australia, memaparkan tikus dan sel saraf yang dikembangkan di laboratorium terhadap polutan dari knalpot mobil dan limbah industri. Mereka menemukan hubungan mengejutkan antara polutan yang disebut magnetit dan degenerasi saraf.

Magnetit adalah mineral yang ditemukan di bebatuan dan tanah. Ia dikenal karena sifat magnetiknya dan dapat ditemukan dalam berbagai ukuran, termasuk batuan besar dan partikel kecil. Partikel yang berdiameter kurang dari 2,5 mikrometer ini menjadi perhatian karena dapat terhirup dan masuk ke dalam tubuh sehingga berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan.

“Magnetit adalah polutan udara yang cukup umum. Ini berasal dari proses pembakaran bersuhu tinggi seperti knalpot kendaraan, pembakaran kayu dan pembangkit listrik tenaga batu bara serta gesekan bantalan rem dan keausan mesin,” jelas Profesor Kristine McGrath dari UTS School of Life Sciences, sebagaimana dikutip earth.com.

“Saat kita menghirup polutan udara, partikel magnetit ini dapat masuk ke otak melalui lapisan saluran hidung, dan dari olfactory bulb, struktur kecil di bagian bawah otak yang bertanggung jawab untuk memproses bau, melewati sawar darah-otak,” tambahnya.

Tim peneliti menemukan bahwa tikus yang terkena magnetit menjadi lebih cemas dan stres, serta kesulitan mengingat sesuatu dalam waktu singkat. Hal ini menunjukkan bahwa polusi udara secara signifikan dapat mempengaruhi perilaku dan kemampuan berpikir.

Selain itu, para ahli mencatat adanya hilangnya sel-sel otak di area otak yang penting untuk memori dan fungsi kognitif, khususnya hipokampus dan korteks. Hilangnya sel ini mirip dengan apa yang terjadi pada tahap awal penyakit Alzheimer.

Para ilmuwan mengamati peningkatan dua penanda utama Alzheimer di otak, khususnya dengan magnetit. Penanda-penanda tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, plak amiloid-beta. Ini adalah gumpalan fragmen protein lengket yang menumpuk di antara sel-sel saraf di otak.

Kedua, fosforilasi protein tau yang tidak normal. Ini terjadi ketika protein yang disebut tau berubah sehingga mengganggu pengangkutan nutrisi di dalam sel otak.

Peningkatan penanda ini menunjukkan bahwa polutan udara mungkin memicu atau mempercepat degenerasi otak.

Magnetit dapat mengelabui sistem kekebalan tubuh agar mengira ia sedang melawan serangan. Hal ini menyebabkan peradangan, suatu proses yang biasanya digunakan untuk melawan infeksi, terjadi di dalam otak. Namun, dalam kasus ini, upaya tubuh untuk membantu justru mulai merugikan otak.

Para peneliti mengamati peningkatan kadar penanda spesifik yang diketahui terkait dengan peradangan, menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara peradangan otak dan paparan polusi udara. Peradangan dapat merusak sel-sel otak dan diyakini berkontribusi terhadap perkembangan dan memburuknya penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer.

Magnetit menciptakan ketidakseimbangan di otak yang melibatkan kelebihan molekul berbahaya yang disebut radikal bebas, sementara pertahanan alami tubuh terhadap radikal bebas, yaitu antioksidan, melemah. Keadaan ini, yang dikenal sebagai stres oksidatif, merusak sel-sel otak dan berperan penting dalam perkembangan penyakit Alzheimer dan penyakit degenerasi otak lainnya.

Penelitian mengungkapkan hubungan yang jelas antara polusi udara dan penyakit Alzheimer, yang penting bagi kesehatan masyarakat, kebijakan lingkungan, dan pemahaman kita tentang penurunan fungsi otak.

Temuan ini menunjukkan bahwa kita harus lebih fokus pada pencegahan penyakit ini dengan memperbaiki lingkungan. Hal ini dapat mencakup peraturan kualitas udara yang lebih ketat dan mendorong penggunaan sumber energi bersih seperti tenaga surya atau angin.

Penelitian ini juga membuka pintu bagi penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana polusi udara membahayakan otak, yang dapat mengarah pada pengembangan pengobatan pelindung.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image