Remaja Masa Kini, Makin Kesini Makin Kesana
Agama | 2024-02-28 16:47:08Penulis : Meyda Perfik N
Tahukah kamu? Kejahatan yang dilakukan oleh remaja akhir-akhir ini semakin marak dan kasus kejahatannya pun semakin sadis. Beberapa waktu lalu kita dikagetkan oleh kasus kematian satu keluarga yang dibunuh oleh seorang remaja berusia 16 tahun. Masih segar pula dalam ingatan, ada dua remaja yang menculik dan membunuh seorang anak dan berniat menjual ginjal anak tersebut. Belum lagi pelecehan seksual yang dilakukan oleh anak-anak kepada anak lain yang lebih kecil. Sungguh miris bukan? Mereka tega sekali melakukan berbagai tindakan yang sedemikian sadis hanya demi memenuhi nafsu atau demi mendapatkan uang banyak dengan cara yang instan. Kejadian ini merupakan hanya beberapa kasus saja dari sekian banyak kejahatan yang dilakukan oleh remaja.
Berulangnya kasus kejahatan yang semakin hari semakin memuncak ini menyimpan tanda tanya besar. Sebenarnya apa yang ada dalam benak remaja saat ini? Usia mereka masih belia, namun tindakan yang yang dilakukan telah melampaui batas. Seolah-olah tidak takut kepada balasan maupun azab yang akan Allah Swt. berikan. Bahkan tidak sedikit remaja saat ini mudah menyerah pada keadaan. Ketika menghadapi suatu masalah, mereka seolah tidak punya pegangan sehingga bunuh diri menjadi pilihan.
Itulah potret remaja saat ini yang jauh dari agamanya. Bahkan tidak sedikit diantara mereka tidak percaya pada pencipta. Padahal segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak muncul dengan sendirinya. Manusia, kehidupan dan alam semesta merupakan Allah Swt. yang ciptakan. Sesungguhnya dengan bekal keyakinan bahwa Allah-lah yang menciptakan, maka secara fitrah akan muncul ketundukan dan mau melaksanakan segala apa yang diperintahkan dan menjauhi larangan-Nya.
Namun faktanya tidaklah demikian. Generasi muda saat ini bahkan tidak mengenal siapa penciptanya, apalagi dengan sukarela mau diatur oleh-Nya. Padahal hanya Allah yang secara hakiki berhak untuk mengatur kita. Sehingga kita hanya tunduk dan patuh kepada Allah semata. Sistem sekuler-kapitalisme yang mencengkeram negeri ini menjadikan kebebasan menjadi sesuatu yang diagung-agungkan, termasuk kebebasan berakidah. Sehingga wajar jika rakyatnya dibiarkan beragama atau tidak, menjalankan agamanya atau tidak.
Tidak hanya sampai disitu, sistem pendidikan yang berlandaskan sekulerisme juga ikut serta dalam pembentukan kepribadian generasi. Mereka menjadi generasi yang jauh dari agama. Akibatnya mereka menilai bahwa kebahagiaan itu hanya bicara tentang masalah dunia, seperti uang, terkenal, makan, musik, percintaan, dan lain sebagainya. Semua itu membawa mereka menjadi pribadi manja, terlena, dan sangat rapuh apabila keinginannya tidak terpenuhi. Dunia seperti tidak berpihak padanya. Pemikiran pendek inilah yang membuat remaja mencari jalan keluar yang salah, ujung-ujungnya memutuskan untuk bunuh diri.
Selain itu keluarga sendiri seolah kehilangan fungsi. Ayah dan ibu tidak mampu memberikan pemahaman yang benar kepada anak-anaknya karena mereka sendiri pun sibuk dalam bekerja. Masyarakat pun dengan berbagai permasalahannya tidak mampu menjalankan perannya menjaga generasi, yakni dengan membiarkan kemaksiatan disekelilingnya. Hasilnya, generasi terdidik dengan kondisi salah dan berakhir pada penyelesaian yang salah pula.
Itulah mengapa keyakinan dan keimanan akan keberadaan Allah Swt. merupakan harta yang paling berharga. Sebab hal tersebut merupakan pangkal dari segala kebajikan. Tanpa adanya iman, manusia seperti mayat hidup yang tak memiliki nilai sedikit pun. Atas dasar itu, Allah Swt. dan RasulNya telah mewajibkan seorang muslim untuk menjaga keimanannya ini dengan sungguh-sungguh. Keimanan seorang muslim menjadi prasyarat amal perbuatan manusia diterima oleh Allah Swt. tanpa iman, perbuatan sebanyak dan sebaik apapun tidak akan mendapatkan balasan dari Allah Swt. sebagaimana firman Allah Swt.:
وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍۢ بِقِيْعَةٍ يَّحْسَبُهُ الظَّمْاٰنُ مَاۤءًۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَهٗ لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا وَّوَجَدَ اللّٰهَ عِنْدَهٗ فَوَفّٰىهُ حِسَابَهٗ ۗ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِ ۙ
Artinya: “Dan orang-orang yang kafir, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila (air) itu didatangi tidak ada apa pun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya. Lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. An-Nur: 39).
Ayat ini menjelaskan bahwa perbuatan orang-orang kafir tidak akan mendapatkan balasan dari Allah Swt. kelak di akhirat, sebab perbuatan mereka tidak dilandaskan pada keimanan. Memang pada faktanya, ketika muslim hidup tanpa keimanan yang benar, maka segala aktifitasnya akan dipenuhi dengan amalan yang sia-sia, bahkan mengandung maksiat karena tidak takut kepada Allah Swt. sehingga aktifitas yang dilakukan hanya mengikuti hawa nafsu belaka. Itulah pentingnya keimanan pada setiap muslim. Karenanya kita berkewajiban untuk selalu menjaga keimanan kepada Allah Swt. dan menghilangkan semua halangan yang bisa membawanya pada kekufuran. Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.