Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Langkah Praktis Tumbuhkan Istiqamah dalam Beribadah

Agama | 2024-02-27 19:08:32
Dokumen Republika

Istiqamah sering kali diartikan sebagai konsisten dalam beribadah dan menjalankan perintah agama. Namun, pengertian istiqamah sesungguhnya jauh lebih dalam dari sekedar konsisten. Istiqamah berarti berjalan lurus di atas jalan yang benar tanpa belok kiri kanan. Istiqamah mencakup totalitas ibadah lahir dan batin serta menjauhi seluruh larangan agama.

Mengapa istiqamah begitu penting dalam beragama? Pertama, karena istiqamah mencerminkan keteguhan iman dan ketulusan hati dalam menjalankan perintah agama. Orang yang istiqamah tidak goyah imannya walau dihadapkan pada godaan dan rintangan. Kedua, istiqamah membuat ibadah seseorang menjadi lengkap dan sempurna. Tanpa istiqamah, ibadah bisa saja dilakukan secara tidak konsisten dan terputus-putus hanya pada waktu-waktu tertentu saja.


Bagaimana cara menumbuhkan sikap istiqamah dalam beragama? Pertama, niat yang benar. Niat merupakan fondasi istiqamah. Niat yang benar untuk ikhlas beribadah karena Allah semata akan membuat seseorang konsisten dalam menjalankan perintah agama. Kedua, ilmu agama. Ilmu agama yang mendalam dan kontinu akan semakin memperkuat istiqamah karena menumbuhkan pemahaman dan kecintaan kepada Allah. Ketiga, muhasabah (intropeksi diri) dan instrospeksi. Introspeksi diri secara rutin penting untuk mengevaluasi sejauh mana kualitas ibadah dan tingkat istiqamah kita.


Apa saja rintangan dalam menumbuhkan istiqamah? Pertama, malas dan bosan. Seringkali manusia malas dan bosan dalam beribadah sehingga tingkat istiqamah menurun. Kedua, gangguan syetan. Bisikan syetan yang menggoda untuk meninggalkan ketaatan pada Allah harus diwaspadai. Ketiga, kesibukan duniawi. Terlalu disibukkan oleh urusan duniawi bisa melemahkan istiqamah karena lalai dalam beribadah.


Bagaimana cara menghadapi rintangan-rintangan tersebut? Pertama, selalu memperbaharui niat dan mengingatkan diri akan kewajiban beribadah kepada Allah. Kedua, memupuk rasa cinta dan dekat dengan Allah melalui dzikir, membaca al-Quran, dan amal shaleh. Ketiga, membatasi kesibukan duniawi agar tidak menyita waktu beribadah. Keempat, menjalin silaturahmi dengan orang-orang shaleh agar terus terdorong meningkatkan kualitas ibadah.


Dengan istiqamah, kualitas ibadah akan meningkat. Istiqamah membuat ibadah dilakukan dengan penuh kekhusyukan dan kebaikan, bukan sekedar rutinitas belaka. Allah sangat mencintai hamba-Nya yang istiqamah dalam beribadah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah telah mewajibkan kebaikan segala sesuatu. Maka jika kamu membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik. Dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik.

Hendaklah salah seorang di antara kamu menajamkan pisaunya dan menenangkan hewan sembelihannya." (HR Muslim). Inilah contoh istiqamah, melakukan seluruh perbuatan baik lahir maupun batin dengan cara yang terbaik menurut tuntunan agama.


Dengan beristiqamah, hidup menjadi terarah lurus di jalan Allah, penuh kedamaian dan keberkahan. Sebaliknya, tanpa istiqamah hidup akan mudah terombang-ambing oleh nafsu dan godaan duniawi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Istiqamahlah kamu sekalian,sesungguhnya Allah tidak akan menyatukan amalan kamu semua kecuali dengan beristiqamah. Bacalah jika kamu mau: 'Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya'". (QS. An-Nisa': 65)


Itulah pentingnya istiqamah dalam beragama. Jadilah hamba Allah yang senantiasa istiqamah dalam beribadah, baik yang wajib maupun sunnah, lahir dan batin. Penuhi semua perintah Allah dan jauhi segala larangan-Nya dengan penuh keikhlasan. InsyaAllah dengan istiqamah kita akan mendapatkan ridha Allah dan kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image