Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Jaja Jamaludin

Melacak Akar Hedonisme

Eduaksi | Tuesday, 20 Feb 2024, 20:27 WIB

Oleh

Jaja Jamaludin, Staf Pengajar Universitas Bosowa dan Pengurus IKA UPI

Hedon. Prilaku ini kerap kita saksikan sebagai bagian inhern dinamika peradaban terutama dikalnagan remaja khususnya para pelajar di sekolah yang dilabeli sekolah elit. Di kota-kota besar di bilangan jakarta atau di kota-kota lain di Indonesia. Mengapa fenomena prilaku hedon justru tampil dalam lingkungan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang nota bene justru memiliki misi menbangun kesadaran keadaban prilbaku?

Hedonisme merupakan pandangan hidup atau filsafat yang menempatkan pencapaian kesenangan atau kebahagiaan pribadi sebagai tujuan tertinggi dalam hidup. Secara filosofis, hedonisme dapat dikaitkan dengan tradisi filsafat Yunani kuno, terutama dengan filsuf Epicurus dan Aristippus. Menurut Epicurus, tujuan hidup adalah untuk mencapai kebahagiaan (eudaimonia) yang dicapai melalui pencapaian kesenangan atau kenikmatan yang stabil dan berkelanjutan. Namun, Epicurus juga menekankan pentingnya menghindari kesenangan yang merugikan jangka panjang atau mengakibatkan rasa sakit atau penderitaan.

Sementara itu, Aristippus, pendiri aliran hedonisme klasik, lebih memfokuskan pada pencapaian kesenangan secara instan tanpa memperhatikan konsekuensi jangka panjang. Baginya, kesenangan adalah tujuan hidup yang paling penting dan semua tindakan manusia harus ditujukan untuk mencapai kesenangan tersebut.

Secara umum, hedonisme dianggap sebagai pandangan hidup yang terfokus pada pencapaian kesenangan dan kebahagiaan pribadi sebagai tujuan utama dalam hidup. Namun, pandangan ini sering dianggap sebagai pandangan yang dangkal dan terlalu terfokus pada kesenangan fisik semata. Oleh karena itu, terdapat pandangan alternatif seperti utilitarianisme yang menekankan pada pencapaian kebahagiaan atau manfaat terbesar bagi masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya untuk kepuasan diri sendiri.

"Apa penyebab hedonisme pada seorang anak seperti Mario yang viral bisa terjadi?", Salah satu Jawabannya mungkin kebanyakan orang akan cukup setuju, terutama bila dikaitkan dengan kecenderungan prilaku anak yang serba instan. Hedonisme pada anak adalah kecenderungan untuk mencari kesenangan instan dan gratifikasi dalam hidup mereka. Beberapa penyebab hedonisme pada anak dapat meliputi diantaranya, pertama, pengaruh lingkungan. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang memprioritaskan kesenangan dan hiburan bisa menjadi lebih cenderung mengembangkan pola pikir hedonis. Ini bisa terjadi jika orang tua atau teman sebaya memberikan tekanan pada anak untuk selalu memiliki barang-barang atau pengalaman yang baru dan menghibur.

Kedua, kurangnya pengalaman dan pemahaman tentang nilai-nilai. Anak-anak yang belum memiliki pengalaman dan pemahaman tentang nilai-nilai seperti tanggung jawab, kerja keras, dan integritas bisa menjadi lebih cenderung mengutamakan kesenangan dan gratifikasi.

Ketiga, kurangnya pengawasan dan bimbingan. Orang tua atau pengasuh yang tidak memberikan pengawasan dan bimbingan yang cukup bisa membuat anak tergoda untuk mencari kesenangan instan dan gratifikasi. Keempat, pendidikan yang tidak memperhatikan nilai-nilai moral. Sekolah yang tidak memberikan perhatian pada pengajaran nilai-nilai moral atau tidak membantu anak-anak mengembangkan rasa empati dan perhatian terhadap orang lain bisa meningkatkan risiko anak menjadi hedonis.

Namun, perlu diingat bahwa setiap anak memiliki karakteristik dan pengalaman yang unik sehingga penyebab hedonisme pada setiap anak mungkin berbeda. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pengasuh untuk memahami kebutuhan dan kepribadian anak mereka serta membimbing mereka dalam pengembangan nilai-nilai moral yang positif.

Hedonisme merupakan sebuah filsafat atau pandangan hidup yang mengutamakan pencapaian kesenangan dan kepuasan pribadi sebagai tujuan utama dalam hidup. Oleh karena itu, antitesa atau kebalikan dari hedonisme adalah pandangan hidup yang menekankan nilai-nilai yang lebih tinggi daripada kesenangan pribadi.

Beberapa contoh antitesa dari hedonisme diantaranya sebagai berikut:

Pertama Etika tugas. Etika tugas adalah pandangan hidup yang menekankan pentingnya menjalankan kewajiban atau tanggung jawab moral yang diberikan, meskipun kadangkala tindakan tersebut bisa membawa penderitaan atau ketidaknyamanan. Etika tugas menganggap bahwa tujuan hidup bukan semata-mata untuk meraih kesenangan atau kepuasan pribadi, melainkan juga untuk memenuhi kewajiban moral kepada diri sendiri dan orang lain.

Kedua Utilitarianisme. Utilitarianisme adalah pandangan hidup yang menekankan pada konsekuensi dari tindakan yang diambil. Menurut utilitarianisme, tindakan yang benar adalah tindakan yang memberikan manfaat terbesar bagi jumlah orang terbesar. Dalam utilitarianisme, kesenangan dan kepuasan pribadi hanya menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam menilai manfaat atau konsekuensi dari tindakan.

Ketiga Agama. Banyak agama mengajarkan bahwa hidup bukan semata-mata tentang mencapai kesenangan atau kepuasan pribadi, melainkan juga tentang mencapai tujuan spiritual atau mengabdi pada Tuhan. Dalam agama, tujuan hidup adalah untuk menemukan makna atau tujuan hidup yang lebih besar daripada kesenangan atau kepuasan pribadi.

Keempat Etika kebajikan: Etika kebajikan adalah pandangan hidup yang menekankan pentingnya mengembangkan karakter atau sifat-sifat yang baik, seperti kejujuran, keberanian, dan kebaikan hati. Etika kebajikan menganggap bahwa tujuan hidup adalah untuk menjadi pribadi yang lebih baik, bukan semata-mata untuk meraih kesenangan atau kepuasan pribadi.

Hedonisme dan materialisme

Hedonisme dan materialisme keduanya adalah pandangan hidup yang menekankan nilai-nilai material atau dunia fisik yang terlihat sebagai tujuan utama dalam hidup. Beberapa watak Hedinisme dapat dilihat dari berbagai hal. Pertama, fokus pada kesenangan. Orang yang memiliki watak hedonis cenderung memfokuskan hidup mereka pada mencari kesenangan dan kenikmatan fisik, seperti makanan, minuman, seks, atau hiburan.

Kedua, kehidupan yang impulsive. Hedonis cenderung hidup secara impulsif, tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka. Ketiga, kepuasan diri sendiri. Hedonis seringkali hanya memikirkan kepuasan diri sendiri dan kurang memikirkan kepentingan atau perasaan orang lain.Keempat, hedonisme yang ekstrem. Hedonis yang ekstrem dapat mengabaikan kesehatan, tanggung jawab, atau etika demi mencapai kesenangan atau kepuasan pribadi.

Watak materalisme dapat diindikasikan seabagai berikut. Pertama, fokus pada barang atau uang: Orang yang memiliki watak materialistik cenderung memfokuskan hidup mereka pada memperoleh barang-barang atau uang. Kedua, hidup berlebihan: Materialistik cenderung hidup secara berlebihan dan menghabiskan uang untuk barang-barang atau pengalaman mewah yang tidak selalu dibutuhkan. Ketiga, kepuasan diri sendiri. Materialistik seringkali hanya memikirkan kepuasan diri sendiri dan kurang memikirkan kepentingan atau perasaan orang lain. Keempat, materialisme yang ekstrem. Materialistik yang ekstrem dapat menjadi sangat terobsesi dengan kekayaan atau status sosial, bahkan mengorbankan nilai-nilai moral atau hubungan interpersonal untuk mencapai tujuan mereka.

Meskipun hedonisme dan materialisme berbeda, keduanya seringkali saling terkait karena kesenangan fisik dan kemewahan materi dapat saling memperkuat satu sama lain. Namun, penting untuk diingat bahwa hidup yang bahagia dan memuaskan tidak selalu tergantung pada materi atau kesenangan fisik semata.

Dalam pergaulan, hedonisme dapat memiliki dampak yang berbeda tergantung pada bagaimana seseorang mengimplementasikannya. Berikut adalah beberapa dampak hedonisme dalam pergaulan. Dalam pergaulan, individu yang menganut hedonisme cenderung memprioritaskan kesenangan dan kebahagiaan di atas nilai-nilai lain seperti tanggung jawab dan kewajiban sosial. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap kesejahteraan orang lain atau lingkungan di sekitarnya. Risiko perilaku impulsif: Hedonisme dapat memacu seseorang untuk mengejar kesenangan secara impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka.

Hal ini dapat menyebabkan risiko perilaku merugikan diri sendiri atau orang lain. Hedonisme juga dapat menyebabkan individu menjadi terlalu terikat pada pengalaman menyenangkan atau perilaku tertentu yang menyebabkan kecanduan, seperti alkohol, obat-obatan, atau seks. Hal ini dapat membawa dampak buruk pada kesehatan mental dan fisik individu. Hedonisme dapat menyebabkan individu mencari kesenangan instan dan pemenuhan diri yang cepat.

Hal ini dapat membuat individu kurang sabar dan kurang mampu untuk menunggu hasil yang lebih baik dari suatu usaha atau kerja keras.Dalam pergaulan, hedonisme dapat memberikan kebahagiaan dan kesenangan yang sementara, tetapi dapat juga menyebabkan masalah dalam jangka panjang jika tidak diimbangi dengan kewajiban sosial dan nilai-nilai yang lebih tinggi. Oleh karena itu, perlu diimbangi dengan prinsip-prinsip moral yang benar dan bertanggung jawab.##wallohu’alam##

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image