Studi: Perubahan Kimiawi di Otak Mampu Membantu Kita Mengatasi Putus Cinta
Iptek | 2024-02-16 11:50:31APAKAH ketidakhadiran benar-benar membuat hati menjadi lebih rindu? Meskipun kehadiran orang yang dicintai dan teman-teman meninggalkan "jejak kimiawi" di otak, perasaan tersebut tampaknya hampir menghilang setelah periode perpisahan yang lama. Demikian menurut sebuah penelitian terbaru.
Hal ini dapat memberikan harapan bagi mereka yang mengalami patah hati atau kehilangan orang yang dicintai, yang menunjukkan bahwa otak mampu melakukan semacam reset dan memberikan waktu untuk mencari pasangan baru.
Para ilmuwan di University of Colorado Boulder (CU Boulder) di AS menganalisis peran dopamin di otak tikus padang rumput dengan teknologi neuroimaging untuk penelitian ini, yang hasilnya diterbitkan dalam jurnal Current Biology, baru-baru ini.
Tikus padang rumput termasuk di antara 3 hingga 5 persen mamalia yang membentuk ikatan monogami, tetap bersama dalam jangka panjang dan berduka setelah kehilangan pasangan.
Salah satu aspek dari penelitian ini mengamati peran dopamin dalam otak ketika pasangan sedang bersama. Dalam satu skenario, tikus padang rumput harus menekan sebuah tuas untuk mencapai pasangannya atau memanjat pagar untuk mencapai pasangannya.
Sensor akan menyala ketika mendeteksi dopamin, yang merupakan neurotransmitter dan hormon yang berperan dalam menciptakan perasaan senang.
Para peneliti menemukan bahwa ketika tikus padang rumput mendorong tuas atau memanjat dinding untuk bersama pasangannya, dan sensor akan menyala. Begitu dijelaskan mahasiswa pascasarjana CU Boulder, Anne Pierce, yang merupakan penulis utama penelitian tersebut.
Hal yang sama terjadi ketika mereka mengendus atau meringkuk satu sama lain, tetapi sebaliknya, sensor meredup ketika ada tikus secara acak di sisi lain dari dinding atau pintu, dan bukan pasangan hewan pengerat tersebut.
"Sebagai manusia, seluruh dunia sosial kita pada dasarnya ditentukan oleh tingkat keinginan selektif yang berbeda untuk berinteraksi dengan orang yang berbeda, apakah itu pasangan romantis atau teman dekat Anda," kata Zoe Donaldson, seorang profesor ilmu saraf perilaku di CU Boulder yang juga penulis senior penelitian tersebut, sebagaimana dikutip Euro News.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa orang-orang tertentu meninggalkan jejak kimiawi yang unik di otak kita yang mendorong kita untuk mempertahankan ikatan ini dari waktu ke waktu," sambungnya
Para peneliti lantas mempelajari apa yang terjadi setelah periode perpisahan yang lama. Mereka membiarkan pasangan tikus padang rumput terpisah selama empat minggu, yang merupakan waktu yang lama dalam masa hidup hewan pengerat, sebelum menyatukan mereka kembali.
Mereka menemukan bahwa ketika pasangan itu bersama lagi, lonjakan dopamin sudah hampir menghilang.
"Kami menganggap ini sebagai semacam pengaturan ulang di dalam otak yang memungkinkan hewan tersebut untuk melanjutkan hidup dan berpotensi membentuk ikatan baru," kata Donaldson.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan bagaimana temuan ini diterjemahkan ke manusia, tetapi para ilmuwan berpikir bahwa hal ini dapat berimplikasi pada orang-orang yang berjuang untuk beralih dari hubungan masa lalu.
"Harapannya adalah dengan memahami seperti apa ikatan yang sehat di dalam otak, kita bisa mulai mengidentifikasi terapi baru untuk membantu banyak orang dengan penyakit mental yang mempengaruhi dunia sosial mereka," tutur Donaldson.***
--
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.