Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Penting Mempertimbangkan Penggunaan Emoji dalam Komunikasi Online

Gaya Hidup | Thursday, 15 Feb 2024, 19:46 WIB
Sejumlah emoji. Foto: creativefabrica.com.

SEBUAH penelitian terbaru dari University of Nottingham yang menyoroti kompleksitas interpretasi emoji mengungkapkan bahwa faktor-faktor seperti gender, budaya, dan usia secara signifikan memengaruhi bagaimana simbol-simbol ini dipahami.

Emoji -- gambar digital yang digunakan untuk mengekspresikan ide atau emosi -- telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari interaksi online kita. Ikon-ikon ini menawarkan cara untuk menyampaikan perasaan dan reaksi dalam bentuk visual, menjembatani kesenjangan antara komunikasi berbasis teks dan percakapan tatap muka.

Tim peneliti mengeksplorasi bagaimana kelompok demografis yang berbeda menginterpretasikan emoji. Penelitian ini difokuskan pada 24 emoji yang dipilih untuk mewakili enam kondisi emosional dasar yaitu kebahagiaan, rasa jijik, ketakutan, kesedihan, keterkejutan, dan kemarahan.

Emoji ini dipilih dari empat platform utama: Apple, Windows, Android, dan WeChat, dengan menyoroti sedikit variasi dalam desain yang dapat mempengaruhi interpretasi.

Para peneliti merekrut kelompok yang terdiri dari 523 partisipan dari Tiongkok dan Inggris, dengan distribusi gender yang hampir merata dan rentang usia yang berkisar antara 18 hingga 84 tahun.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa partisipan yang lebih tua cenderung tidak cocok dengan label emosional yang diberikan oleh para peneliti untuk emoji yang mengekspresikan keterkejutan, ketakutan, kesedihan, dan kemarahan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan generasi dalam literasi emoji, dengan pengguna yang lebih muda berpotensi memiliki pemahaman yang lebih baik tentang simbol-simbol yang digunakan.

Jenis kelamin juga memainkan peran, dengan interpretasi perempuan terhadap emoji untuk kebahagiaan, ketakutan, kesedihan, dan kemarahan lebih sering selaras dengan label yang diberikan oleh penulis penelitian dibandingkan dengan interpretasi laki-laki. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa perempuan lebih selaras dengan nuansa emosional yang disampaikan oleh emoji.

Perbedaan budaya juga muncul sebagai faktor signifikan dalam interpretasi emoji. Partisipan dari Inggris secara umum lebih mungkin untuk mencocokkan emoji dengan label yang diberikan oleh para peneliti, kecuali emoji yang dimaksudkan untuk menunjukkan rasa jijik. Emoji khusus ini, yang diklasifikasikan sebagai "wajah bingung" di Unicode.org, menyoroti tantangan dalam memilih emoji yang secara universal mewakili emosi tertentu.

Kesulitan dalam mengklasifikasikan emoji ini di kedua kelompok partisipan penelitian menggarisbawahi potensi kesalahpahaman ketika emoji digunakan dalam komunikasi lintas budaya.

Temuan penelitian menekankan pentingnya konteks dalam penggunaan emoji. Sebagai contoh, emoji "senyum", yang dikategorikan mewakili kebahagiaan dalam penelitian ini, mungkin tidak secara universal menandakan kegembiraan, terutama di antara partisipan dari Tiongkok.

Variasi ini menggarisbawahi potensi emoji untuk menyampaikan makna yang berbeda dalam konteks budaya yang berbeda, yang mengarah pada salah tafsir dalam komunikasi lintas budaya.

Para peneliti juga mencatat bahwa beberapa perbedaan demografis dalam interpretasi emoji dapat dijelaskan sebagian oleh keakraban partisipan dengan emoji tertentu.

Pengamatan ini menunjukkan bahwa pengalaman pribadi dengan emoji berperan dalam bagaimana emoji dipahami, yang menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut tentang bagaimana individu menafsirkan emoji yang lebih luas dalam berbagai konteks.

Pada akhirnya, penelitian ini menyoroti interaksi yang kompleks antara gender, budaya, dan usia dalam interpretasi emoji.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa meskipun emoji menawarkan alat yang ampuh untuk menambahkan kedalaman emosional pada komunikasi digital, emoji juga memperkenalkan lapisan ambiguitas. Ketidakjelasan ini dapat menyebabkan kesalahpahaman, terutama dalam pesan yang dipertukarkan melintasi perbedaan budaya, generasi, dan gender.

Penelitian ini menggarisbawahi perlunya kesadaran yang lebih besar akan faktor-faktor ini ketika menggunakan emoji dan menyarankan jalan untuk penelitian di masa depan untuk mengeksplorasi nuansa interpretasi emoji lebih lanjut.

Karena lanskap komunikasi digital kita terus berkembang, memahami seluk-beluk penggunaan emoji akan menjadi semakin penting dalam memfasilitasi interaksi yang jelas dan berempati secara online.

"Hasil penelitian saat ini memiliki implikasi penting ketika mempertimbangkan penggunaan emoji dalam komunikasi online, misalnya, dengan mitra percakapan dari budaya yang berbeda atau usia yang berbeda," simpul para peneliti, sebagaimana dikutip earth.com.

Menurut para peneliti, mengingat penggunaan emoji yang luas dan berkembang di domain lain, temuan perbedaan individu dalam interpretasi mereka juga memiliki implikasi yang lebih luas -- misalnya, dalam meningkatkan akurasi klasifikasi dalam analisis sentimen, dan terkait dengan iklan digital dalam pemasaran, perusahaan multinasional mungkin perlu menerapkan emoji yang berbeda untuk tujuan pemasaran di negara-negara yang berbeda.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image