Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

5 Jebakan dalam Memberdayakan Anak-Anak Dewasa

Parenting | Saturday, 10 Feb 2024, 09:32 WIB
Sumber gambar: Daily Record

Apakah Anda memberikan dukungan atau pemberdayaan yang sehat?

Poin-Poin Penting

· Orang tua yang memberdayakan mendukung anak-anak mereka yang sudah dewasa dengan cara yang menghambat pertumbuhan dan tanggung jawab pribadi.

· Mendukung anak Anda yang sudah dewasa bukan berarti melindungi mereka dari tantangan hidup.

· Penting untuk memberdayakan anak-anak dewasa untuk menghadapi tantangan masa dewasa secara mandiri.

Mengasuh anak adalah perjalanan seumur hidup, dan seiring pertumbuhan anak menjadi dewasa, dinamika hubungan orang tua-anak pun berkembang. Meskipun wajar jika orang tua ingin mendukung anak-anak mereka yang sudah dewasa, ada perbedaan tipis antara bersikap mendukung dan memberdayakan.

The New York Times baru-baru ini menerbitkan sebuah artikel yang mengutip penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka yang sudah dewasa. Detailnya mencakup cerita tentang orang tua yang mengirim SMS kepada anak-anak mereka yang sudah dewasa beberapa kali seminggu dan menawarkan nasihat serta dukungan finansial. Hubungan orang dewasa-anak-anak ini tampak sehat dan memuaskan.

Senang sekali saya membaca gambaran hubungan orang tua-dewasa-anak yang sehat dan harmonis. Saya mengetahui situasi, misalnya, ketika anak-anak dewasa tinggal bersama orang tua mereka dan berkontribusi dalam tanggung jawab dan keuangan rumah tangga bersama. Pengaturan ini bermanfaat bagi anak-anak yang sudah dewasa (menghemat uang dan merasa senang berkontribusi) dan orang tua (waktu bersama anak-anak kita).

Seimbang Memberi dan Menerima Versus Mengaktifkan

Pada saat yang sama, saya sering melihat bagaimana memberdayakan anak-anak dewasa secara tidak sengaja dapat menimbulkan banyak sekali masalah yang menghambat pertumbuhan dan kemandirian mereka. Di sisa postingan ini, saya akan mengeksplorasi masalah umum yang terkait dengan pengaktifan dan memberikan kuis untuk membantu Anda menentukan apakah Anda mungkin mengaktifkan anak-anak Anda yang sudah dewasa.

Memberdayakan anak-anak dewasa mengacu pada dinamika pengasuhan di mana orang tua secara tidak sengaja atau sadar mendukung anak-anak mereka yang sudah dewasa dengan cara yang menghambat pertumbuhan dan tanggung jawab pribadi. Perilaku ini sering kali berasal dari keinginan untuk melindungi anak-anak dari tantangan hidup, namun secara tidak sengaja dapat menghambat perkembangan mereka menjadi individu yang mandiri dan mandiri.

Orang tua yang berdiskusi dengan saya berbagi cerita tentang perilaku yang mendukung, termasuk dana talangan finansial, penyelamatan terus-menerus dari konsekuensi, dan pengambilan keputusan yang terlalu protektif. Meskipun orang tua mungkin memiliki niat terbaik, namun pemberdayaan biasanya menumbuhkan ketergantungan, menghambat keterampilan pemecahan masalah, dan menghambat pengembangan ketahanan. Hal ini dapat menghalangi anak-anak dewasa untuk mempelajari keterampilan hidup yang penting, menghadapi konsekuensi, dan membuat keputusan secara mandiri.

5 Bahaya Pengaktifan Orang Tua

1. Pertumbuhan Pribadi Terhambat. Mengaktifkan anak-anak dewasa dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka. Ketika orang tua terus-menerus menyelamatkan anak-anak mereka dari tantangan, baik finansial maupun emosional, hal ini menghalangi mereka untuk mempelajari keterampilan hidup yang penting. Anak-anak dewasa perlu menghadapi dan mengatasi hambatan untuk mengembangkan ketahanan dan kemandirian.

2. Ketergantungan Finansial. Pemberdayaan finansial adalah masalah umum ketika orang tua terus memberikan dukungan finansial kepada anak-anak mereka yang sudah dewasa. Saya telah melihat banyak anak-anak dewasa yang mencoba menjalani gaya hidup yang melampaui kemampuan finansial mereka. Ini termasuk situasi dengan anak-anak dewasa yang kemungkinan besar mampu berdiri sendiri. Ketergantungan ini dapat menciptakan siklus ketidakbertanggungjawaban keuangan dan menghambat pengembangan keterampilan penganggaran dan pengelolaan uang.

3. Kurangnya Tanggung Jawab. Pemberdayaan dapat menumbuhkan rasa berhak dan kurangnya akuntabilitas. Anak-anak yang sudah dewasa mungkin berharap bahwa masalahnya akan terselesaikan, sehingga menyebabkan kurangnya motivasi untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan atau keputusan mereka.

4. Renggangnya Hubungan Orang Tua. Seiring berjalannya waktu, perilaku pemberdayaan dapat membebani hubungan antara orang tua dan anak-anak yang sudah dewasa. Kebencian bisa muncul dari kedua belah pihak—orang tua mungkin merasa tidak dihargai, sementara anak-anak yang sudah dewasa mungkin merasa terkekang atau dikendalikan. Ketegangan ini dapat menyebabkan jarak emosional dan ketegangan dalam dinamika keluarga.

5. Implikasi Sosial. Mengaktifkan anak-anak dewasa juga dapat berdampak pada kehidupan sosial mereka. Jika orang tua secara konsisten turun tangan untuk menyelesaikan konflik atau melindungi mereka dari konsekuensi tindakan mereka, anak-anak yang sudah dewasa mungkin akan kesulitan menjalani hubungan sosial secara mandiri.

Kesimpulan

Mengenali dan mengatasi perilaku pendukung sangat penting untuk membina hubungan yang sehat dan seimbang dengan anak-anak dewasa. Meskipun orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka, penting untuk memberdayakan mereka untuk menghadapi tantangan masa dewasa secara mandiri.

Saat meneliti edisi ketiga buku, 10 Days to a Less Defiant Child, yang membahas pergulatan antara anak-anak dewasa dan orang tua, saya menemukan bahwa komunikasi, menetapkan batasan yang jelas, dan mendorong tanggung jawab pribadi adalah langkah-langkah kunci dalam memutus siklus pemberdayaan dan promosi. pertumbuhan dan perkembangan anak dewasa. Yang terpenting, ingatlah bahwa mendukung anak Anda yang sudah dewasa tidak berarti melindungi mereka dari tantangan hidup, namun membantu mereka membangun keterampilan untuk mengatasinya.

***

Solo, Sabtu, 10 Februari 2024. 9:27 am

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image