Kisah Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam Kepemimpinan Islam
Sejarah | 2022-01-13 08:47:06Pengangkatan Ali bin Abi Thalib Sebagai Pemimpin Islam
Sepeninggal Rasulullah, Ali bin Abi Thalib merupakan penerus kepemimpinan Islam. Dia menjadi khalifaur rasyidin yang keempat atau yang terakhir. Ali melanjutkan kepemimpinan khulafaur rasyidin dari Abu Bakar ash-Shidiq, Umar bin Khattab, dan Usman bin Affan .
Sebagai khulafaur rasyidin, Ali bertugas memimpin Islam. Selama menjabat, dia memiliki tanggung jawab memperluas syiar agama Islam, serta menyejahterakan kaumnya.
Masa pemerintahan Ali disebut sebagai periode tersulit dalam sejarah Islam karena terjadi perang saudara antar umat kaum Muslimin setelah tragedi terbunuhnya khalifah ketiga, Utsman bin Affan.
Dari sinilah Ali diangkat menjadi seorang pemimpin islam untuk melanjutkan kepemimpinan Utsman bin Affan. Naamun di kepemimpinannya Ali menghadapi banyak sekali permasalahan, karena banyaknya pemberontakan yang terjadi. Oleh karena itu, kebijakan pertama yang diambil Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah melenyapkan bibit reaksi masyarakat, yaitu dengan memberhentikan pejabat-pejabat yang melakukan korupsi.
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib beliau fokus untuk menyelesaikan segala kekacauan pada pemerintahan sebelumnya, berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, seperti :
1. Pengaturan Keuangan Negara atau Baitul Maal
Masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, ia membenahi sistem administrasi Baitul Mal, baik di tingkat pusat maupun daerah hingga semuanya berjalan dengan baik. Baitul Mal pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib mengalami surplus.
2. Pembangunan dan Perbaikan Tata Kota
Era pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib terdapat usaha positif yang dilaksanakannya terutama masalah tata kota. Keputusan menjadikan Madinah sebagai pusat pemerintahan dan politik hanya akan menyebabkan kota Madinah kehilangan sifat-sifat yang telah dibangun rasulullah sejak awal.
3. Zakat, Jizyah, dan Pajak
Selama pemerintahannya Ali bin Abi Thalib juga menetapkan pajak terhadap hasil hutan dan sayur-sayuran. ia menetapkan pajak terhadap para pemilik hutan sebesar 4000 dan mengizinkan Ibnu Abbas, gubernur Kufah, memungut zakat terhadap sayuran segar yang akan digunakan sebagai bumbu masakan. Tentang masalah pembayaran pajak tahunan, Ali bin Abi Thalib mengikuti ketentuan yang sudah ditetapkan Khalifah Umar bin Khattab.
4. Kepemilikan Tanah
Semasa menjabat sebagai khalifah menggantikan Umar bin Khattab, Utsman bin Affan banyak memberikan fasilitas dalam berbagai bidang kepada para kerabatnya. Ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah kebijakan tersebut kemudian dirubah. Ali bin Abi Thalib berusaha menarik kembali semua tanah pemberian Utsman bin Affan kepada keluarga maupun kerabatnya untuk dijadikan milik negara lagi.
4. Meniadakan Pengeluaran Negara Untuk Angkatan Laut
Pengeluaran untuk angkatan laut yang ditambah jumlahnya pada masa Khalifah Utsman dihilangkan karena sepanjang garis pantai Syiria, Palestina, dan Mesir berada di bawah kekuasaan Muawiyah.
5. Melawan Korupsi Dan Menindak Tegas Melawan Korupsi Dan Tindakan Penindasan Serta Mengontrol Pasar Dalam Tindak Penimbunan Barang Dan Pasar Gelap.
Khalifah Ali bin Abi Thalib sangat memerangi pejabat-pejabat negara yang melakukan tindakan korupsi dimesanya, meskipun kebijakan itu sering menimbulkan pergesekan politik Beliau merapihkan dan menyusun rahasia negara, dokumen-dokumen khalifah untuk diamankan dan diselamatkan.
Berakhirnya Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib
Di akhir kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib ini terjadi perpecahan menjadi tiga kelompok, yaitu : Muawiyah Syiah, pengikut Abdullah bin Saba' al-Yahudi yang menyusup barisan tentara Ali bin Abi Talib Al Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Talib. Hal inilah yang memicu terjadinya Perang Jamal dan Perang Shifin.
Pada Perang Jamal ini dimenangkan oleh Khalifah Ali Bin Abi Thalib, namun ketika Perang Shifin ini Ali mengalami kekalahan dan meninggal pada perang tersebut.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.